Kamis, 28 April 2011

LKKNU Dukung Swasembada Daging

Bogor, NU-Online. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Kabupaten Bogor mengadakan pelatihan Penggemukan Kambing, Selasa (24/4) kemarin di “ Tawakal Farm” Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.

"LKKNU Kab.Bogor berusaha menerapkan ajaran Rasulluh, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia,” demikian dikatakan Dr Ade Heryati Helmi, Ketua PC LKKNU Kabupaten Bogor. "Melalui program penggemukan Kambing ini kami berusaha memberikan manfaat dalam lingkungan Keluarga dan Masyarakat," imbuhnya saat ditemui Pondok Pesantren Tegal.

LKKNU Dukung Swasembada Daging (Sumber Gambar : Nu Online)
LKKNU Dukung Swasembada Daging (Sumber Gambar : Nu Online)

LKKNU Dukung Swasembada Daging

"Sebagai respon terhadap program pemerintah swasembada daging yang dilaksanakan oleh LKKNU Kab.Bogor, saya berharap warga NU tidak hanya ngaji kitab, tapi juga Ngaji Peternakan, supaya tercipta warga-warga NU yang punya kwalitas bidang agama, ekonomi dan peningkatan kwalitas gizi masyarakat,” kata Kang Doni, sapaan akrab Ketua PCNU Kabupaten Bogor. Program ini diharapkan juga menciptakan para Muzakki-muzakki, ( orang yang berkewajiban mengeluarkan Zakat, Red )Tambah Kang Doni saat dihubungi Pondok Pesantren Tegal via Telephon.

Pondok Pesantren Tegal

Ditempat yang sama, wakil ketua LKKNU, Subarkah mengatakan, pelatihan ini bertujuan peningkatan ekonomi ummat khususnya warga Nahdliyin, “Kebutuhan daging qurban, aqiqah, dan konsumsi warung-warung sate di kabupaten Bogor, kian meningkat, dengan diadakannya pelatihan ini tentunya untuk menjawab tantangan yang cukup menjanjikan,” tegas, Kang Barkah, yang juga sebagai salah satu Hakim di Pengadilan Agama Bogor.

Pelatihan yang diikuti oleh 40 orang peserta dan 5 pembimbing ini diikuti oleh peserta dari berbagai wilayah kabupaten Bogor, diantaranya Kecamatan Jonggol, Tanjungsari,  Megamendung, Caringin, Cogombong, Ciseeng, Parungpanjang dan Ciawi, “Pesertanya cukup fariatif, mulai dari Mahasiswa, Santri, Kyai, dan Juga Praktisi Peternak Kambing, dan ini adalah Gelombang Pertama, berikutnya akan menyusul Gelombang ke II, karena beberapa calon peserta sempat kita tolak karena keterbatasan beberapa hal” kata Akhsan Ustadhi, sekretaris PCNU kabupaten Bogor kerpada Pondok Pesantren Tegal.

Pondok Pesantren Tegal

Salah satu Peserta KH Apang Sumarna dari Kecamatan Tanjungsari mengatakan “Apa yang saya dapat hari ini merupakan ilmu yang sangat bermanfaat dan akan saya praktekkan langsung sesampainya dirumah nanti” katanya dengan bangga, sementara itu Wendy Wicaksono,dari kalangan mahasiswa salah satu peserta berasal dari STANU Jakarta yang berkampus di Kemang Bogor, mengatakan  ilmu ini adalah ilmu yang tidak ia dapat dari Kampus, dan ia akan bersemangat mengikuti pelatihan tahap II, 

"Tawakal Farm” adalah salah satu tempat penggemukan Kambing yang dimiliki H Bunyamin, yang saat ini mempunyai 2800 ekor yang sedang dalam proses penggemukan, yang notabene H Bunyamin adalah salah satu Pengurus LKKNU Kabupaten Bogor. Saya senang tempat saya dijadikan tempat Pelatihan untuk warga Nahdliyin, dan akan selalu terbuka untuk memberikan ilmunya kepada semua. Saya berharap ilmu yang saya berikan bermanfaat untuk umat," tambahnya.

Redaktur     : A. Khoirul Anam

Kontributor : Akhsan Ustadhi

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Tegal, AlaSantri Pondok Pesantren Tegal

Senin, 04 April 2011

Kemana Arah Pergerakan Kita?

Oleh Iwan Adi Kusuma

Desa adalah awal mula sekaligus tujuan. Modal utama dalam membangun peradaban Indonesia. Desa mempunyai fungsi dan peranan yang sangat besar dan strategis bagi dasar pembangunan nasional Indonesia. Baik di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya maupun di bidang pertahanan dan keamanan nasional. Dengan demikian, daerah perdesaan tidak hanya merupakan sumber kekuatan ekonomi terutama pangan dan energi, melainkan juga merupakan dasar bagi ketahanan nasional bangsa dan negara.

Kemana Arah Pergerakan Kita? (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemana Arah Pergerakan Kita? (Sumber Gambar : Nu Online)

Kemana Arah Pergerakan Kita?

Di sinilah eksistensi pesantren lahir dan berkembang sebagai sebuah institusi pendidikan yang khas nusantara. Menjaga dan melestarikan nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan dan keislaman. Tanpa menafikan kearifan lokal, bahkan berjalan beriringan saling memperkokoh.

Oleh karenanya, menjadi kewajiban bagi Nahdlatul Ulama untuk tetap menjaga nilai-nilai tersebut. Kultur intelektualitas pesantren itulah yang menjadi modal dasar bagi kader-kader PMII. Menjadi nilai-nilai dasar pergerakan dengan metodologi yang dinamis. Yakni penjagaan terhadap nilai-nilai lama yang baik, pararel dengan penemuan nilai-nilai baru yang lebih baik.

Pondok Pesantren Tegal

Bagi PMII hal itu seharusnya dibaca menjadi, penjagaan atas tradisi humaniora yang telah diwariskan oleh pesantren di lokalitas masing-masing, serta kemutlakan mengambil tradisi sains dan teknologi yang kini berkembang pesat.

Pondok Pesantren Tegal

Ada ungkapan lama yang mengatakan, ‘deso mowo coro, negoro mowo toto.’ Maknanya negara memiliki tatanan atau peraturan dan desa memiliki adat atau aturan tak tertulis. Tatanan negara dan adat desa tidak boleh bertentangan, tetapi keduanya harus saling mendukung karena memiliki tujuan yang sama, yaitu tatanan kehidupan yang damai dan menyejahterakan semuanya. Ungkapan itu sejatinya menjadi dogma bagi “negara-negara” di nusantara. Sementara eksistensi Indonesia merupakan pelanjut belaka dari sejarah panjang nusantara itu sendiri.

Kelanjutan menarik dari apa yang penulis dapatkan dalam forum diskusi bulanan di PBNU adalah, sejak dahulu di nusantara tidak mengenal kosa kata ‘miskin’ atau kata-kata sepadan lainnya. Semisal fakir, melarat, ngemis, pengemis, dan sebagainya. Kesemuanya merupakan kata-kata serapan dari bahasa asing (Arab). Sementara istilah ‘pengemis’ dalam kamus bahasa Indonesia tidak dikenal kata dasarnya, karena memang tumbuh dari akar sebuah peristiwa.

Bermula dari Paku Buwono X (Surakarta Hadiningrat) yang dikenal sangat welas asih dan dermawan. Ia suka membagi-bagikan sedekah untuk kaum tak berpunya. Tiap hari Kamis sang raja itu keluar dari istana untuk melihat-lihat kondisi rakyatnya. Kebiasaanya, berjalan kaki dari gerbang istana menuju Masjid Agung melalui alun-alun lor (alun-alun utara). Saat berjalan kaki dengan diiringi para pengawal kerajaan, Paku Buwono X senantiasa dielu-elukan oleh rakyatnya yang berjejer rapi di tepi kanan-kiri sepanjang jalur perjalanan.

Pada waktu itulah sang raja bersedekah dengan langsung memberikan uang kepada rakyatnya, tanpa ada satupun rakyat yang berjejer di sana terlewatkan. Rutinitas tersebut? terus berlangsung setiap hari Kamis (Kemis-bahasa Jawa). Sejak saat itu itulah dikenal istilah atau sebutan ‘ngemis’ bagi orang-orang yang ikut berkumpul di sepanjang jalan dari istana ke Masjid Agung, sambil mengharapkan barakah (sedekah) di hari Kamis. Dari istilah ‘ngemis’ ini selanjutnya dikenal pula istilah ‘pengemis’ bagi orang yang melakukan aktifitas ‘ngemis.’

Apa artinya? Bangsa-bangsa Nusantara, para pendahulu kita benar-benar merasa berkecukupan. Sadar dengan berlimpahnya kekayaan alam yang ada disekitarnya namun tidak pernah rakus mengeksploitasinya. Mereka selalu menjaga keseimbangan hubungan antarsesama dan juga terhadap alam. Bila keseimbangan itu timpang oleh keserakahan manusia maka alam akan marah. Dan muncullah berbagai malapetaka. Begitulah kepercayaan yang mereka yakini. Namun justru sistem kehidupan itulah yang membuat mereka selalu berkecukupan. Tidak pernah merasa kekurangan, yang bisa disebut dengan kata-kata ‘miskin’, ‘melarat’, ‘fakir’ dan sebagainya.

Kenyataan lain yang patut diperhatikan, para penentu kebijakan di dunia sangat sadar bahwa kini mereka tengah dihadapkan pada krisis energi dan pangan. Tidak terkecuali Indonesia yang sangat kaya sumber daya alamnya akibat keserakahan dan salah urus. Konfik yang terjadi di Irak, Iran, Libya, Kuwait, Mesir, Suriah, Yaman, Sudan dan Ukraina, semuanya sebagai negara penghasil energi. Kenyataan itu membawa pada kesimpulan konflik atau perang di dunia, mayoritas berlatar belakang energi.

Konflik di waktu mendatang dari aspek latar belakang dan lokasinya jelas akan mengalami perubahan. Hal ini dipicu karena energi fosil diprediksi pada 2043 akan habis. Dan hanya bisa digantikan dengan energi alternatif (energi baru terbarukan), yang bisa hidup sepanjang tahun hanya di wilayah Ekuator, yaitu Amerika Latin, Afrika Tengah dan Asia Tenggara termasuk di dalamnya Indonesia.

Energi adalah pijakan berbagai aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Ketersediaan energi juga salah satu tantangan besar bagi pengembangan tahapan-tahapan industrialisasi. Padahal krisis energi di Indonesia sudah mulai menunjukkan gejalanya. Kalau tidak ada penemuan cadangan baru, dengan kebutuhan energi yang terus meningkat, dan pasokan yang terus menurun, maka sekitar 11-12 tahun lagi selesailah, Indonesia akan kehabisan minyak dan gas, menjadi net importir.

Saat ini kondisi ketahanan energi nasional telah berada dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Salah satu indikasinya adalah mengacu pada ketersediaan stok BBM nasional yang kini baru mencapai hingga kurun waktu 20-25 hari saja. Minimnya ketersediaan BBM di dalam negeri terjadi sebagai akibat dari ketergantungan impor minyak mentah maupun BBM yang tidak lagi sebanding dengan tingkat konsumsi nasional.

Hal itu mendorong pemerintah mulai berpikir ulang, jika sebelumnya ketahanan energi selalu erat kaitannya dengan SDA berbentuk minyak dan gas, belakangan terus berkembang ke seluruh sumber daya fosil lainnya seperti batubara. Bahkan, dalam satu dekade terakhir, geliat energi non fosil yang dikenal sebagai energi baru terbarukan (EBT) juga mendapat perhatian cukup serius. Seperti hidro power, panas bumi, hidrogen, biofuel, biodiesel, biomassa, matahari, uranium dan sebagainya. Kenyataannya berbagai bauran energi ini mayoritas sangat mudah di dapatkan di wilayah pinggiran.

Sementara pertambahan populasi penduduk dunia semakin cepat. Paska 2011 untuk menambah 1 milyar hanya butuh enam tahun. Padahal sebelumnya, diperlukan puluhan bahkan ratusan tahun. Kenyataan ini mengingatkan kita pada teori Maltus yang mengatakan pertambahan penduduk meningkat seperti deret ukur. Sedangkan ketersediaan pangan meningkat ibarat deret hitung. Apabila garis pertambahan penduduk dengan garis ketersediaan pangan bersinggungan di suatu titik, maka disitulah terjadinya titik kritis. Padahal populasi ideal penduduk dunia sekitar 3-4 milyar untuk dapat hidup dengan layak. Realitanya saat ini sekitar 15 juta bayi meninggal setiap tahunnya karena kemiskinan, kelaparan dan kesehatan buruk. Artinya penduduk dunia sudah sangat melebihi kapasitasnya. Maka bila populasi penduduk tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan pangan, jelas akan memicu krisis. Apalagi pangan yang awalnya hanya untuk makan, ke depan akan dibagi dua, untuk makan dan energi.

Terlihat jelaslah bahwa wilayah perdesaan tetap menjadi tumpuan dan harapan bagi krisis yang akan dihadapi oleh negara ini. Dan menjadi jelas pula arah langkah pergerakan kita untuk mengantisipasi krisis di masa depan bukan?

Iwan Adi Kusuma, Mahasiswa Pasca Sarjana STAINU, Koordinator Forum Komunikasi PMII



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Berita Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 01 April 2011

Sambut Harlah, Ansor Pringsewu Gelar Lomba Futsal

Pringsewu, Pondok Pesantren Tegal

Menyambut Hari Lahir (harlah) ke-83 GP Ansor yang jatuh pada 24 April 2017 mendatang, Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Pringsewu akan menggelar kegiatan lomba baris berbaris bagi anggota Banser dan Liga Futsal bagi anggota Ansor yang akan diselenggarakan pada hari Ahad,16 April 2017 di Lapangan Futsal Sukoharjo.



Sambut Harlah, Ansor Pringsewu Gelar Lomba Futsal (Sumber Gambar : Nu Online)
Sambut Harlah, Ansor Pringsewu Gelar Lomba Futsal (Sumber Gambar : Nu Online)

Sambut Harlah, Ansor Pringsewu Gelar Lomba Futsal



Selain menggelar lomba, beberapa agenda kegiatan juga akan digelar diantaranya; Apel Akbar Ansor-Banser pada 23 April 2017, Pembacaan shalawat serta pengajian sebagai puncak acara peringatan harlah ke-83 Ansor pada 24 April 2017 yang dipusatkan di Gedung PCNU Kabupaten Pringsewu.



Pondok Pesantren Tegal



Hal tersebut disampaikan M. Sofyan, ketua GP Ansor Kabupaten Pringsewu saat menghadiri kegiatan rutinan PAC Ansor Kecamatan Ambarawa di Mushola Darus Saadah desa Kresnomulyo, Jumat malam (14/04).



Pondok Pesantren Tegal



Di depan para kadernya, Sofyan meminta dan mengharapkan agar seluruh anggota Ansor dan Banser di tingkat Ranting dan Anak Cabang untuk bisa ikut ambil bagian serta mensukseskan kegiatan tersebut.





Selain itu, dirinya juga mengharapkan agar kegiatan-kegiatan rutinan Ansor dengan berbagai bentuk kegiatan terus dijalankan dalam rangka mensyiarkan akidah Ahlussunnah wal Jamaah an Nahdliyah dan menjaga eksistensi organisasi.





Terkait maraknya informasi-informasi palsu di media sosial dan munculnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal, Sofyan meminta kepada seluruh kadernya untuk tetap siaga satu komando dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang mereka gunakan memecah belah persatuan.





"Kalau ada informasi-informasi hoax yang mendiskreditkan NU dan masih bisa kita klarifikasi, ya kita klarifikasi. Tetapi kalau dengan klarifikasi tidak bisa, kita datangi dan kita ajak diskusi baik-baik sambil ngopi bareng. Namun kalau masih tidak bisa juga, maka apa boleh buat, kita lawan!", tegasnya. (Henudin/Mukafi Niam).



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Aswaja, Pesantren Pondok Pesantren Tegal