Jumat, 26 Agustus 2011

Perpisahan SMA NU, Alumni Dihimbau Berpegang Teguh Paham Aswaja

Sumenep, Pondok Pesantren Tegal 

Siswa akhir SMA Nahdatul Ulama Sumenep menggelar perpisahan di Gedung Pendidikan dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara Kolor Sumenep, Sabtu (19/5) pagi.

Perpisahan SMA NU, Alumni Dihimbau Berpegang Teguh Paham Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)
Perpisahan SMA NU, Alumni Dihimbau Berpegang Teguh Paham Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)

Perpisahan SMA NU, Alumni Dihimbau Berpegang Teguh Paham Aswaja

Sebanyak 46 siswa kelas XII, yang terdiri dari 29 siswa putra dan 17 siswa putri menangis haru saat menyanyikan lagu perpisahan. Sebagai ucapan terima kasih kepada semua guru yang telah membina dan membimbing hingga lulus, para siswa memberibunga kepada para guru sebagai simbol ucapan terima kasih.

Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 200 undangan yang terdiri dari wali murid, Pengelola dan guru SMA NU, perwakilan dari UPT Pendidikan Sumenep, tampak juga hadir mantan Bupati Sumenep sekaligus Wakil Rais Syuriyah PCNU Sumenep KH Moh. Ramdlan Siraj.

Pondok Pesantren Tegal

Kepala Sekolah dalam sambutannya menghimbau agar siswa Nahdiyyin tetap berpegang teguh kepada ajaran Ahlussunnah wal jamaah. Pendidikan keaswajaan sangat penting ditanamkan sejak dini kepada para peserta didik agar watak Aswaja yang mencerminkan pluralitas dan menjunjung tinggi syariat beragama mampu diserap dengan baik, sehingga akan terbentuk karakter manusia yang benar-benar tawaddu dan tasammuh.

Pondok Pesantren Tegal

“Sebagai warga dan siswa Nahdiyyin harus mencerminkan sifat dan watak ke-Aswaja-an kita. Momentum perpisahan ini sebagai refleksi dan ajang evaluasi kita agar para peserta didik tidak bertindak preman dan foya-foya dalam mengekspresikan kegembiraan menyambut pelulusan tanggal 26 Mei mendatang,” ungkap Gofur.

Ia juga tidak mengijinkan siswanya corat-coret baju dan mengadakan konvoi. Hal itu, menurutnya, pekerjaan yang tidak mencerminkan watak Nahdiyin. “Ekspresikan rasa kegembiraan itu dengan memperbanyak syukur kepada Allah,” katanya. 

 

Redaktur     : Mukafi Niam

Kontributor: Hendriyanto, M Kamil Akhyari

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ulama Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 20 Agustus 2011

Gus Mus: Beragama Harusnya Enak, Kok Malah Dipersulit?

Malang, Pondok Pesantren Tegal - Islam di Indonesia saat ini lebih banyak memperlihatkan wajah marah daripada ramah. Mengapa begitu? Hal ini karena esensi dakwah telah menghilang dan luput dari karakter pendakwah Muslim di negeri ini.

Demikian pesan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam Silaturahmi dan Tausyiah di Masjid Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur, Selasa (23/8/2016).

Gus Mus: Beragama Harusnya Enak, Kok Malah Dipersulit? (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus: Beragama Harusnya Enak, Kok Malah Dipersulit? (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus: Beragama Harusnya Enak, Kok Malah Dipersulit?

Dalam agenda ini, mustasyar PBNU ini didampingi Rektor Universitas Negeri Malang (UM) Ah. Rofiuddin dan segenap jajaran pimpinan kampus UM, serta guru besar, dosen dan pengurus NU Kota Malang dan Kabupaten Malang.

Dalam ceramahnya, Gus Mus menyampaikan pentingnya ruhuddakwah (semangat mengajak), yang harus dimiliki oleh ustadz, pendakwah, dan segenap umat Muslim negeri ini. "Di antara krisis umat Islam adalah krisis ruhud-dakwah," terangnya. Menurut Gus Mus, hilangnya ruh dakwah akan menjadikan pesan Islam menjadi melenceng dari apa yang diperintahkan Allah.

Pondok Pesantren Tegal

Gus Mus juga mengecam para pendakwah yang bersikap keras dan cenderung main hakim sendiri, tanpa ada ajakan dengan kedamaian dan rahmat. "Semua sedang berjalan menuju Allah. Ada yang mampir, ada yang bergeser. Tapi semua belum sampai ke tujuan. Jika masih di jalan, tapi belum sampai kok disikat," ujar Gus Mus, di hadapan ribuan mahasiswa dan dosen.

Pondok Pesantren Tegal

Lebih lanjut, Gus Mus menjelaskan bahwa Rasulullah Muhammad diutus untuk berdakwah dan mengajarkan cinta, bukan melaknat manusia. "Buitstu daaiyan, saya diutus untuk berdakwah bukan melaknat. Itulah ungkapan Nabi Muhammad," kisah Gus Mus.

Dalam esensi dakwah dengan cinta, Nabi Muhammad senantiasa bersabar dan terus mengajak kepada kebaikan, meski dibalas musuhnya dengan kejam. Namun, kesabaran Nabi Muhammad membuahkan hasil dengan Islam yang berkembang pesat.

"Kalian tahu siapa Khalid bin Walid? Khalid bin Walid itu anaknya Walid al-Mughirah, yang merupakan tokoh yang memusuhi Nabi Muhammad. Kalian mengenal Hindun? Perempuan bernama Hindun, istrinya Abu Sufyan, yang dahulu pernah memakan jantungnya Sayyidina Hamzah, di perang Uhud. Setelah masuknya Islam, Hindun sangat mencintai Nabi Muhammad, sebagai pujaan dan panutan," terang Gus Mus.

Gus Mus mengimbau kepada umat Muslim, khususnya pendakwah agar memahami bab tobat. Ia mengatakan bahwa tobat itu sampai pada akhir hayat, sebelum nyawa dicabut, setiap manusia bisa bertobat.

"Sunan Kalijaga ketika masih menjadi Brandal Lokajaya, itu merupakan begal. Kalau pada masa itu Sunan Bonang bersikap keras, maka ya tidak ada Sunan Kalijaga," kisah Gus Mus.

Dalam taushiyahnya, Gus Mus mengimbau agar umat Muslim mengedepankan akhlak dan memudahkan kesulitan.

"Yuriidu bikumul yusra walaa yuriidu bikumul usra. Allah menghendaki kalian gampang, dan tidak menghendaki kalian sulit. Allah itu tidak ingin kita itu sulit, kok kita malah mempersulit," terang Gus Mus.

Gus Mus menambahkan bahwa beragama itu seharusnya menjadi kenikmatan. "Beragama itu harusnya enak, tapi kok sekarang malah dipersulit? Islam itu harusnya rahmatan lil alamin (kasih sayang bagi seluruh alam), tapi kayaknya malah jadi lanatan lil alamiin (laknat bagi seluruh alam)," jelas Gus Mus.

Dalam agenda ini, Gus Mus berpesan kepada mahasiswa dan akademisi untuk teguh mengaji, tekun belajar, dan memberi kontribusi pada NKRI. Ia juga berharap agar kampus UM menjadi universitas yang memberi manfaat pada kehidupan, dan turut berkontribusi pada kebaikan Indonesia. (Munawir Aziz/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ubudiyah, Kajian Pondok Pesantren Tegal

Senin, 08 Agustus 2011

Tokoh Syiah Minta Rakyat Irak Lukis Pesan Anti-AS

Baghdad, Pondok Pesantren Tegal. Tokoh Syiah Irak Muqtada al-Sadr, Senin (30/4), meminta rakyat Irak untuk melukiskan pesan-pesan anti AS di sekitar Baghdad dengan lukisan dinding sebagai simbol "wajah jelek" pasukan AS di Irak.

Pasukan AS dan Irak secara bertahap sedang membangun dinding-dinding di sekitar Baghdad yang disebut para komandan pasukan AS dan Irak dirancang untuk menghindarkan rakyat Irak dari kekerasan sektarian.

Tokoh Syiah Minta Rakyat Irak Lukis Pesan Anti-AS (Sumber Gambar : Nu Online)
Tokoh Syiah Minta Rakyat Irak Lukis Pesan Anti-AS (Sumber Gambar : Nu Online)

Tokoh Syiah Minta Rakyat Irak Lukis Pesan Anti-AS

Namun, sebagian besar rakyat Irak menganggap barikade-barikade yang dibangun pasukan AS dan Irak itu hanya akan meningkatkan ketegangan antara kaum Sunni dan Syiah.

Pondok Pesantren Tegal

Dewan Baghdad telah meminta para seniman profesional untuk melukis di dinding-dinding dengan dengan lanskap dan pemandangan-pemandangan yang menggambarkan keindahan alam Irak. Namun Sadr sebagai orator olong memiliki pandangan yang lebih dramatis.

Seperti dilaporkan sumber AFP, Sadr meminta agar para seniman itu "menggambar kejelekan dan watak teroris pendudukan pasukan AS, penghasutan, bom-bom mobil, darah dan sejenisnya yang mereka bawa kepada rakyat Irak".

Pondok Pesantren Tegal

"Lukis peradaban Irak dan kejelekan pasukan pendudukan (AS). Lukis wajah cerah (rakyat) Irak dan wajah jelek pasukan pendudukan tersebut," ungkap Sadr.

Sadr juga meminta agar para seniman melukiskan segala penderitaan yang disebabkan oleh pasukan AS dan sekutunya sejak 2003 silam. (dar)Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Bahtsul Masail Pondok Pesantren Tegal

Abu Madyan Al Ghauts, Sufi Agung dari Andalusia

Oleh Idris Sholeh



Abu Madyan Al Ghauts, siapa yang tidak kenal dengan nama ini? Dialah sufi agung dari wilayah Islam paling barat. Nama lengkapnya adalah Abu Madyan Syuaib bin Husein Al Anshari Al Andalusi. Para pengagumnya menyebut dia sebagai sang sufi terbesar sepanjang sejarah, dia dianggap sebagai syaikhul masyayikh (mahaguru) karena keberhasilannya dalam menggabungkan antara syariat dan hakikat. Dia termasuk salah satu wali abdal pada masanya, dan sangat dikenal karena memiliki sifat takwa, wara, dan zuhud. Ia lahir di kota Qunthiyanah Sevilla Andalusia pada tahun 509 H. Pernah menempuh pendidikan di kota Fez Maroko, dan menetap di kota Bejaia.

Abu Madyan Al Ghauts, Sufi Agung dari Andalusia (Sumber Gambar : Nu Online)
Abu Madyan Al Ghauts, Sufi Agung dari Andalusia (Sumber Gambar : Nu Online)

Abu Madyan Al Ghauts, Sufi Agung dari Andalusia

Abu Madyan terlahir menjadi anak yatim dan menjalani kehidupan yang sangat sederhana sehingga telah membentuk kepribadian yang memiliki tekad sangat kuat. Al Tadili meriwayatkan cerita dari Muhammad Al Anshari yang mendengar langsung dari Abu Madyan tentang awal mula kehidupannya. "Aku adalah seorang anak yatim dari Andalusia, saudara-saudaraku mempekerjakanku sebagai penggembala ternak mereka. Setiap kali aku melihat orang shalat atau membaca Al-Quran, aku selalu tertarik dan terpesona, maka aku mendekati dan memperhatikan mereka. Namun, aku seringkali berduka lantaran tidak bisa menghafal Al-Quran dan tidak tahu cara shalat. Seketika itulah muncul keinginan yang sangat kuat dalam diriku untuk meninggalkan gembalaan agar aku bisa belajar Al-Quran dan mempelajari syariah."

Salah satu guru Abu Madyan di kota Fez adalah seorang pakar fikih bernama Abu Hasan Ali bin Ghalib (w 592 H), kepada beliau juga, Abu Madyan belajar ilmu hadits yaitu kitab As-Sunan karya Abu Isa Al Tirmizi. Sedangkan mengenai ilmu tasawuf, beliau berguru kepada Abu Abdullah Al Daqqaq dan Abu Yaza Yalnur bin Maimun. Tentang guru-gurunya, Abu Madyan pernah bercerita "Saya mendengarkan cerita-cerita orang shaleh sejak zaman Uwais Al Qarni hingga sekarang, tidak ada yang menakjubkan bagiku selain tentang sosok Abi Yaza, dan tidak ada kitab yang menakjubkan bagiku selain kitab Ihya Ulumuddin karya Al Ghazali."

Karena kemasyhuran Abu Madyan atas keluasan ilmu dan karamahnya, akhirnya banyak orang-orang yang menimba ilmu kepadanya. Di antara murid-murid beliau adalah : 

Pondok Pesantren Tegal

1. Abdurrazaq Al Jazuli, kuburan beliau terletak di kota Alexandaria Mesir. Seperti dilansir oleh Ibnu Qanfazd dalam kitab Al Wafayat, beliau adalah salah satu guru dari Sidi Abi Muhammad Abdul Aziz Al Mahdawi dan Abi Baqa Abdullah.

2. Jafar bin Sidi Bunnah Al Khazai. Murid Abu Madyan ini pernah yang disebutkan oleh Lisanudin Ibnu Khatib dalam kitab Al Ihathah fi Akhbar Al Gharnathah.

3. Abdussalam bin Masyisy, beliau adalah salah satu guru dari tokoh besar yaitu Abu Hasan Al Syazili.

Pondok Pesantren Tegal

Diakhir hidupnya, beliau difitnah oleh orang-orang yang dengki dan iri atas kemasyhuran namanya, sehingga mereka memprovokasi penguasa Muwahidin pada saat itu yaitu Yakub Al Mansur dengan menyematkan kepadanya sebutan ulama Zindiq. Akhirnya beliau meninggalkan kota Bejaia menuju kota Tlemcen sampai akhir hayatnya pada tahun 594 H.

Salah satu karya beliau yang sangat terkenal adalah qasidah Ma Lazdah Al Isy . Berikut sebagian kutipan dan pesan-pesan yang terkandung didalamnya :

1. ? ? ? ? ? ? *** ? ? ? ?

Tidak ada kenikmatan hidup kecuali berteman dengan orang-orang fakir

Mereka adalah para sultan, para pemimpin dan para penguasa



2. ? ? ? ? *** ? ? ? ? ?

Maka bertemanlah dan bersikap baiklah di dalam majelis-majelis mereka

Dan tinggalkanlah kepentingan pribadimu sekalipun mereka menawarkan kepadamu



3. ? ? ? ? ? *** ? ? ? ? ? ?

Manfaatkanlah waktu, dan hadirlah selalu bersama mereka

Ketahuilah! sesungguhnya keridhaan itu tercurahkan khusus bagi orang yang hadir



4. ? ? ? ? ? *** ? ? ? ? ?

Ikutilah seorang guru dalam segala hal, semoga

Kebaikannya akan memberikan pengaruh kepadamu.

Penulis adalah wakil ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU), kepala Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah Ciganjur Jakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal IMNU, Kajian Sunnah Pondok Pesantren Tegal