Kamis, 17 April 2014

PWNU Jatim Tak Akan Keluarkan Ikhbar Awal Syawal

Surabaya, Pondok Pesantren Tegal

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur tidak akan mengeluarkan Ikhbar (pemberitahuan awal bulan Syawal) kepada warga Nahdliyyin sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

“NU Jatim tidak akan mengeluarkan Ikhbar. Hanya Pengurus Besar (PBNU) saja yang melakukannya,” kata H Masyhudi Muchtar, Sekretaris PWNU Jatim kepada Pondok Pesantren Tegal di Surabaya, Ahad (7/10).

PWNU Jatim Tak Akan Keluarkan Ikhbar Awal Syawal (Sumber Gambar : Nu Online)
PWNU Jatim Tak Akan Keluarkan Ikhbar Awal Syawal (Sumber Gambar : Nu Online)

PWNU Jatim Tak Akan Keluarkan Ikhbar Awal Syawal

Padahal sejak bertahun-tahun yang lalu, NU Jatim telah melakukannya secara rutin. Malahan Ikhbar dari Jatim selalu dijadikan pedoman utama penetapan (itsbat) awal bulan di Jakarta, baik oleh PBNU maupun Sidang Isbat Departemen Agama.

Pondok Pesantren Tegal

Hal itu dimungkinkan, karena setiap menjelang tanggal 1 Ramadlan dan 1 Syawal, NU Jatim selalu melakukan rukyat di 11 tempat strategis. Sementara para pengambil keputusan (unsur Syuriah, Tanfidziyah dan Ketua Lajnah Falakiyah) selalu setia menunggu di Kantor PWNU. Setiap ada laporan masuk dari lokasi rukyat, keputusan resmi bisa cepat diambil.

Pondok Pesantren Tegal

Langkah tidak mengeluarkan Ikhbar ditempuh karena pada tahun yang lalu sikap itu menjadi sebab salah persepsi. Sampai akhirnya, NU Jatim dan PBNU lebaran berbeda hari. Mungkin baru kali itu PWNU dan PBNU lebaran berbeda sepanjang perjalanan sejarahnya.

Menurut Masyhudi, saat itu, sebagaimana biasanya, PWNU mengirim laporan hasil rukyatul hilal kepada PBNU dan Departemen Agama, namun laporan PWNU waktu itu tidak bisa diterima dengan alasan tertertu sebagaimana dalam disiplin ilmu falakiyah.

Sementara PWNU Jatim karena yakin rukyatul hilal yang berhasil dilaksanakan telah memenuhi persyaratan dan para perukyat sudah lebih dulu disumpah oleh hakim pengadilan agama setempat akhirnya berlebaran lebih awal.

Masyhudi meyakinkan sepenuhnya bahwa peristiwa tahun lalu itu murni kesalahpahaman. Tidak ada unsur politik di dalamnya. Apalagi merasa sederajat dengan PBNU. Sebab NU Jatim melakukan Ikhbar itu sudah rutin, sejak 15 tahun silam.

Untuk tahun ini, alumnus Pesantren Tebuireng itu sangat berharap agar tidak lagi ada perbedaan hari raya antara PWNU dan PBNU. Peristiwa tahun lalu adalah pelajaran yang sangat berharga dan harus terjadi hanya sekali karena menyangkut kepentingan banyak umat banyak.

Di sisi lain, ia sangat mengharapkan, agar para pengambil keputusan di PBNU berada di tempat dan bisa dihubungi pada saat-saat paling menentukan itu. “Terutama para ru’asak (pimpinan),” Masyhudi berharap.

Menurut Masyhudi, dalam menentukan keputusan hari raya yang berlaku di kalangan NU, tidak bisa hanya diserahkan pada falaki (ahli falak). Tapi juga harus didukung dengan fiqhi (hukum Islam) dan ijtima’i (kemasyarakatan). “Kalau mereka stand by di kantor, kan bisa cepat nantinya,” tuturnya.

Masyhudi berandai-andai, jika nantinya laporan dari PWNU tidak disambut dengan baik di PBNU, pihaknya tetap diam menunggu. Tidak melakukan Ikhbar sendiri. Namun kalau ada kiai NU yang merasa yakin dengan kesaksian melihat bulan, lalu berlebaran lebih dulu, pihaknya tidak melarang. Itu dinilai sebagai hak pribadi.(sbh)Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sunnah, PonPes, Amalan Pondok Pesantren Tegal

Amanat Rais Aam PBNU pada Pengurus Lembaga-lembaga

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin berharap kepada pengurus lembaga-lembaga di tingkat pusat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya. Baik tugas sebagai pimpinan, keumatan, serta kebangsaan.

Amanat Rais Aam PBNU pada Pengurus Lembaga-lembaga (Sumber Gambar : Nu Online)
Amanat Rais Aam PBNU pada Pengurus Lembaga-lembaga (Sumber Gambar : Nu Online)

Amanat Rais Aam PBNU pada Pengurus Lembaga-lembaga

“Kita berharap bahwa NU periode 2015 menjadi lebih baik daripada periode sebelumnya. Dan itu tanggung jawab kita,” katanya pada sambutan pelantikan pengurus lembaga-lembaga di PBNU yang berlangsung di halaman gedung PBNU, Jakarta, Rabu malam (16/9).

Menurut kiai trah Syekh Nawawi Al-Bantani tersebut, saat ini banyak tugas yang harus dipikul pengurus NU yang telah dirumuskan pada Muktamar 33.

Pondok Pesantren Tegal

Tugas itu, lanjut dia, adalah menjaga melindungi menjaga umat dari paham-paham yang cara berpikirnya menyimpang. “Kita menjaga umat kita dari cara berpikir radikal yang menimbulkam masalah baik nasional maupun internasional. Radikal dalam agama maupun radikal sekuler,” jelasnnya.

Kiai yang Ketua Umum MUI ini meminta untuk tetap menjalankan NU sesuai misi-misi yang telah ditentukan dengan cara-cara yang santun, tidak keras, tapi juga tidak halus.

Pondok Pesantren Tegal

Ia memperjelas lagi, menjalankan NU, pengurus-pengurus harus dengan kesukarelaan, kebersediaan, dan mengajak umat pun bukan dengan cara memaksa atau intimidasi.

Kemudian, harus menerima perbedaan dan pandangan-pandangan kalangan lain, tidak bersikap egois dan fanatik yang menganggap diri hanya kita yang benar.

“Saling mencintai dan menyayangi dengan orang berbeda agama, tidak saling membenci dan bermusuhan. Inilah prinsip Islam Nusantara,” tegasnya.

Kedua, kata dia, tugas pengurus NU adalah menjaga umat agar tidak? berpikir tekstual yang hanya mengandalkan nash. Kita mengakomodasi kreativitas berpikir sepanjang dalam koridor ajaran agama. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Doa, Kajian, Internasional Pondok Pesantren Tegal