Kamis, 03 Maret 2005

"Sunan Kalijaga Berpikir Global Bertindak Lokal"

Yogyakarta, Pondok Pesantren Tegal. Perjalanan hidup Sunan Kalijaga, salah seorang wali yang sukses menyebarkan Islam di Nusantara, terbagi dalam 3 periode. Masing-masing periode terdapat nilai-nilai atau prinsip.

Sunan Kalijaga Berpikir Global Bertindak Lokal (Sumber Gambar : Nu Online)
Sunan Kalijaga Berpikir Global Bertindak Lokal (Sumber Gambar : Nu Online)

"Sunan Kalijaga Berpikir Global Bertindak Lokal"

Demikian disampaikan Mohammad Damami, guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam seminar nasional dengan tema “Sunan Kalijaga dan Budaya Bangsa” di convention hall kampus, Kamis (10/10).

“Pertama, adalah masa remaja. Beliau dari kalangan darah biru atau ningrat. Tapi pribadinya sangat memperhatikan wong cilik. Dia memang dilatih oleh ayahnya, bersama adiknya untuk turba. Dia juga memiliki watak Robin Hood,” ungkapnya.

Pondok Pesantren Tegal

Ia menuturkan, dalam periode ini prinsip yang dapat diambil adalah prinsip kerakyatan dan pemberdayaan ekonomi.

Periode kedua adalah periode belajar agama. Pada saat Sunan Kalijaga belajar pada Sunan Bonang, terdapat satu prinsip hidup yang dijalaninya, yaitu integrasi ilmu keislaman eksoteris (lahir) dan esoterik (batin).

Pondok Pesantren Tegal

Sedangkankan prinsip selanjutnya yaitu dapat disarikan pada saat Sunan Bonang menyuruh Sunan Kalijaga untuk belajar ke Mekah dan pada saat sampai di Malaysia bertemu dengan Sunan Maghribi lalu Sunan Kalijaga berguru kepadanya.  

“Sunan Kalijaga pada saat itu telah mengalami globalisasi atau belajar ke luar negeri. Prinsipnya di sini adalah berpikir global tapi bertindak lokal,” ujar Damami.

Periode ketiga adalah ketika Sunan Kalijaga kembali berdakwah di tanah air. Dalam proses dakwahnya, dapat diambil satu prinsip yaitu prinsip perjuangan atau pendekatan kultural.

Demikian pula saat Sunan Kalijaga menjadi penasehat di kerajaan Demak. Ada suatu prinsip yang dapat pula diambil, yaitu prinsip perjuangan atau pendekatan struktural.  (Nur Hasanatul Hafshaniyah/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Ulama Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 16 Januari 2005

Terorisme Harus Dibuang Jauh-jauh dari Pesantren

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur bersama Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) melakukan antisipasi gerakan dan organisasi radikalisme berkedok Islam di Jawa Timur, terutama di basis pondok pesantren.

Kamis (2/5) kemarin, GP Ansor menggelar sarasehan bahasa terorisme” yang digelar di Aula pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

Terorisme Harus Dibuang Jauh-jauh dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Terorisme Harus Dibuang Jauh-jauh dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Terorisme Harus Dibuang Jauh-jauh dari Pesantren

Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor Jatim Alfa Isnaeni mengatakan, paradigma teroris berkembang di pesantren harus dibuang jauh-jauh. Pesantren adalah tempat mencari ilmu, terutama ilmu agama. Bukan sebaliknya, pesantren sebagai lahan subur untuk menyemai bibit radikalisme.

Pondok Pesantren Tegal

Bagi kami NKRI adalah harga mati. Sedangkan pesantren adalah tempat untuk menuntut ilmu agama dan digunakan untuk kemaslahatan umat. Paradigma pesantren sebagai akar teroris harus dibuang," ujar Alfa didampingi Komandan densus 99 PP GP Ansor,  Habib Zaman disela sela kegiatan yang diiukuti Banser Ansor se Jatim.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara itu, Kombespol, Thoriq dari BNPT mengatakan radikalisme dan teror masih terus berkembang dan melakukan perekrutan. Dan sekarang jaringan yang digunakan salah satunya adalah melalui dunia maya dengan memakai web dan blog. Karenanya dibutuhkan kerjasama semua pihak baik Ansor Banser serta pesantren.

Dikatakannya, pada saat ini ada pergeseran gerakan yang dilakukan dalam perekrutan anggota dan pendanaan. “Diantaranya pendanaan itu dengan melakukan aksi pencurian dan perampokan,” ujarnya menyampaikan.

Pergeseran target terrorisme, lanjutnya yang dulu adalah warga asing serta aset-aset asing kini juga bergeser kepada aparat dan asset pemerintah dan polisi. “Kasus Brimob yang diberondong 4 orang meninggal itu salah satunya,” ungkapnya seraya mengatakan asset milik pemerintah juga menjadi target seperti kantor yang dibangun pemerintah dan kendaraan plat merah.

Dikatakan Thoriq, meski Jawa Timur bukan menjadi prioritas pemantauan BNPT,  namun pihaknya tetap melakukan pemantauan gerakan. Karena dimungkinkan pelakuknya juga dari jatim.

”Fokus kita memang Solo dan Papua namun tidak menutup kemungkinan, pelakuknya juga dari sini,” ujarnya.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Muslim Abdurrahman

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal IMNU, Olahraga, Tokoh Pondok Pesantren Tegal