Menurut pengurus harian LDNU, dakwah yang disampaikan oleh sekelompok umat Islam belakangan ini tidak lagi menjadi penyejuk, tapi telah menjadi medan untuk saling menghujat antarsesama. Dakwah bukan lagi merangkul, tapi memukul; bukan lagi ramah, tapi marah.
Lembaga Dakwah PBNU Prihatin atas Ceramah Agama Penuh Hujatan dan Caci-maki (Sumber Gambar : Nu Online) |
Lembaga Dakwah PBNU Prihatin atas Ceramah Agama Penuh Hujatan dan Caci-maki
LDNU mengadakan workshop bertema Membangkitkan Dakwah Ramah untuk Indonesia Berkeadaban. Dalam pertemuan ini mereka merumuskan pedoman dakwah Islam Nusantara yang ramah, toleran, dan menghargai kebudayaan. Hasilnya akan menjadi pedoman dakwah bagi para dai LDNU di seluruh Indonesia.Kesuksesan dakwah walisongo di Nusantara tak lepas dari pola dakwah yang digunakan oleh mereka. Dakwah ramah atau dakwah bil hikmah wal mau’izhatil hasanah (dengan hikmah dan tutur kata yang baik) telah menarik minat masyarakat Jawa hingga akhirnya ajaran Islam diserap secara perlahan-lahan oleh mereka.
Pondok Pesantren Tegal
Model dakwah demikian dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) karena hanya model dakwah seperti inilah saat ini yang cocok dengan karakter bangsa Indonesia yang majemuk dan terdiri dari berbagai macam suku bangsa, adat istiadat, dan agama.Pondok Pesantren Tegal
Tampak hadir sebagai narasumber Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, Prof Dr H Abdurrahman Mas’ud (Kemenag), Sidarta Danu Subroto (Wantimpres), Hosea Nicky Hogan (Direktur Pengembangan BEI), dan Kepala Balitbang Kementerian Sosial.Hasil pertemuan ini akan disahkan dalam Rakernas LDNU pada 20-21 Februari 2017 di Pesantren Ats-Tsaqafah asuhan Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, Jagakarsa, Jakarta Selatan. (Red Alhafiz K)
Dari Nu Online: nu.or.id
Pondok Pesantren Tegal IMNU, Doa Pondok Pesantren Tegal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar