Senin, 30 Januari 2012

ASBIHU Buka Paket Umrah Murah di Bulan April Ini

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Masyarakat yang berniat menjalankan ibadah umrah pada bulan April ini bisa menarik nafas lega. Pasalnya ASBIHU Tour and Travel memiliki program khusus “Umrah Murah Bersama ASBIHU”.?

Wakil Sekretaris Jenderal ASBIHU NU, Nashir Maqsudi mengungkapkan, paket biaya murah yang disediakan ASBIHU dimaksudkan untuk memfasilitasi masyarakat yang memiliki keterbatasan biaya, namun sekaligus memiliki keinginan yang kuat untuk menjalankan ibadah umrah.

ASBIHU Buka Paket Umrah Murah di Bulan April Ini (Sumber Gambar : Nu Online)
ASBIHU Buka Paket Umrah Murah di Bulan April Ini (Sumber Gambar : Nu Online)

ASBIHU Buka Paket Umrah Murah di Bulan April Ini

“ASBIHU ingin memberikan keringanan biaya perjalanan umrah di bulan April ini. Jadi masyarakat bisa melaksanakan ibadah umrah dengan nyaman, tetapi dengan biaya yang sangat terjangkau,” kata Nashir di Jakarta, Selasa (4/4).

Pemberangkatan “Umrah Murah Bersama ASBIHU” dijadwalkan pada akhir April 2017. ? Tersedia dua paket yang dapat dipilih oleh calon jamaah. Paket pertama dengan biaya Rp18.750.000 untuk umrah 9 hari. Dan paket kedua dengan biaya Rp21.000.000 untuk umrah 12 hari.?

Harga tersebut terhitung jauh lebih murah dibandingkan biaya umrah reguler. Walaupun dengan biaya lebih murah, kenyamanan bagi jamaah sama dengan ketika jamaah mengambil paket regular.?

Pondok Pesantren Tegal

Masyarakat yang berminat melakukan ibadah umrah dengan harga promo di atas dapat mendaftarkan secara langsung ke kantor PT Al Anshar Asbihutama Sejahtera, di Jalan Basuki Rahmat No 12 Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Dapat pula menghubungi Hj Silvia Wulan Sari di nomor kontak 0812-9919-465. (Kendi Setiawan/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Humor Islam, Santri Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 27 Januari 2012

NU Temanggung Ajak Warga Pilih Lembaga Pendidikan Milik NU

Temanggung, Pondok Pesantren Tegal

Rais Syuriyah PCNU Temanggung Jawa Tengah KH Yacub Mubarak, mengimbau warga NU khususnya di daerah Temanggung agar tidak ragu dengan keberadaan lembaga-lembaga dan institusi pendididikan yang dikelola NU dalam hal mendidik dan menitipkan putra-putranya di lembaga dan institusi pendidikan tersebut.?

Hal itu dikemukakan lantaran akhir-akhir ini menurut penilaian KH Yacub Mubarak ada kecendrungan para orang tua yang sebenarnya masih warga NU tapi mulai kian sedikit yang memondokkan putra-putrinya di pesantren atau menyekolahkan di sekolah atau madrasah yang bernaung di LP Ma’arif.

NU Temanggung Ajak Warga Pilih Lembaga Pendidikan Milik NU (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Temanggung Ajak Warga Pilih Lembaga Pendidikan Milik NU (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Temanggung Ajak Warga Pilih Lembaga Pendidikan Milik NU

Padahal, kata Kiai Yacub, PCNU Temanggung sudah banyak memiliki lembaga pendidikan baik yang formal seperti MI, MTs, MA, SMK bahkan sampai perguruan tinggi, maupun yang nonformal seperti pondok pesantren. Meskipun begitu, ia mengakui lembaga-lembaga pendidikakan NU masih perlu banyak pembenahan. Maka, supaya lembaga-lembaga pendidikan tersebut kian mendapatkan kepercayaan masyarakat, ia meminta kepada jajaran dan pihak yang menangani dan mengelola lembaga pendidikan NU tersebut supaya lebih serius dan sungguh-sungguh dalam usaha meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran di dalamnya.

Menurut pengasuh pondok pesantren Nida Al-Quran ini, bahwa potensi paham radikalisme dalam beragama juga tak kecuali merambah sampai ke daerah-daerah. Maka perlu mengantisipasi potensi pemahaman yang destruktif tersebut diantaranya melalui jalur pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai Ahlussunah wal Jamaah an Nahdhiyah. ?

"Bila orang tua menyekolahkan anak-anaknya di sekolah NU atau pondok pesantren maka mereka akan lebih terjaga dan aman dari bahaya paham radikalisme yang hingga kini menjadi masalah bersama," ? kata Kiai yang juga ketua MUI Temanggung itu kepada Pondok Pesantren Tegal ditemui di rumahnya, Besaran Parakan, Kamis (18/2). ? ?

Pondok Pesantren Tegal

Tidak cuma itu, tambah Kai Yacub, pendidikan khas NU dalam memosisikan siswa dan santri tidak hanya memperhatikan sisi talim atau aspek kognitifnya belaka, melainkan juga sangat ditekankan ranah tadib dan tarbiyahnya sehingga peserta didik akan terbiasakan bersikap ramah, santun, toleran, fleksibel, dan religius. Dengan begitu murid atau santri tidak mudah tertarik pada paham agama yang mengutamakan kekerasan dan sarkasme yang acap menggunakan dalih jihad dan amar maruf nahi mungkar.?

Selanjutnya Kia kharismtik dari kota "bambu runcing" ini mengajak putra-putri dan warga NU khususnya di daerah Temanggung agar ikut berkiprah dan mengaktualisasikan diri di NU sesuai tingkat usia dan kecenderungan minatnya. Tidak usah mendirikan kelompok sendiri-sendiri sekedar demi popularitas. Karena pada dasarnya di NU melalui berbagai banom-dan lembaganya sudah bisa menampung berbagai tigkat umur warganya serta mewadahi dari segala macam bidang minat yang dimiliki. (M. Haromain/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Pemurnian Aqidah, Pendidikan Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 11 Januari 2012

Ma’had Aly sebagai Lembaga Kaderisasi Mutafaqqih Fiddin

Oleh Suwendi



Tantangan keulamaan atau kekiaian dewasa ini semakin kompleks. Bukan hanya pada ? penguasaan khazanah keislaman yang mendalam (tafaqquh fiddin), melainkan juga kader ulama harus mampu merespons perubahan sosial akibat kecanggihan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan, dan arus globalisasi yang demikian deras. Ruang lingkup keulamaan menjadi tak berbatas. Tidak hanya pada wilayah keagamaan, kader ulama juga harus mampu masuk ke dalam diskursus dan ruang gerakan sosial budaya, sosial politik, sosial ekonomi, dan politik kebangsaan.?

Ma’had Aly sebagai Lembaga Kaderisasi Mutafaqqih Fiddin (Sumber Gambar : Nu Online)
Ma’had Aly sebagai Lembaga Kaderisasi Mutafaqqih Fiddin (Sumber Gambar : Nu Online)

Ma’had Aly sebagai Lembaga Kaderisasi Mutafaqqih Fiddin

Semua itu adalah realitas kehidupan yang sehari-hari mempengaruhi kehidupan keagamaan. Ulama kontemporer niscaya menguasai segala hal yang berorientasi pada kemaslahatan umat manusia (tafaqquh fi mashalihil khalqi).



Dalam konteks kaderisasi ulama melalui lembaga pendidikan tinggi, di tahun 2016 yang lalu, tepatnya pada hari Senin, tanggal 30 Mei 2016, Kementerian Agama telah menerbitkan Izin Pendirian Ma’had Aly kepada 13 Pondok Pesantren di seluruh Indonesia dan melaunchingnya di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur yang dikukuhkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3002 Tahun 2016.?

Ke-13 Ma’had Aly itu adalah sebagai berikut. Pertama, Ma’had Aly Saidusshiddiqiyyah, Pondok Pesantren As-Shiddiqiyah Kebon Jeruk (DKI Jakarta)dengan program takhasus (spesialisasi) “Sejarah dan Peradaban Islam” (Tarikh Islami wa Tsaqafatuhu); Kedua, Ma’had Aly Syekh Ibrahim Al Jambi, Pondok Pesantren Al Asad Kota Jambi (Jambi), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu); Ketiga, Ma’had Aly Sumatera Thawalib Parabek, Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek, Agam (Sumatera Barat), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu); Keempat, Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya, Pondok PesantrenMahadul Ulum Ad Diniyyah Al Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya, Bireun (Aceh), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu); Kelima, Ma’had Aly Asadiyah, Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang (Sulsel), dengan program takhasus “Tafsir dan Ilmu Tafsir” (Tafsir wa Ulumuhu); Keenam, Ma’had Aly Rasyidiyah Khalidiyah, Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai (Kalsel), dengan program takhasus “Aqidah dan Filsafat Islam” (Aqidah wa Falsafatuhu); Ketujuh, Ma’had Aly salafiyah Syafi’iyah, Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Situbondo (Jatim), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu); Kedelapan, Ma’had Aly Hasyim Al-Asyary, Pondok PesantrenTebuireng Jombang (Jatim), dengan program takhasus “Hadits dan Ilmu Hadits” (Hadits wa Ulumuhu); Kesembian, Ma’had Aly At-Tarmasi, Pondok Pesantren Tremas (Jatim), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu); Kesepuluh, Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al-Fiqh, Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati (Jateng), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu); Kesebelas, Ma’had Aly PP Iqna ath-Thalibin, Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang (Jateng),dengan program takhasus “Tasawwuf dan Tarekat” (Tashawwuf wa Thariqatuhu); Kedua belas, Ma’had Aly Al Hikamussalafiyah, Pondok Pesantren Madrasah Hikamussalafiyah (MHS)Cirebon (Jabar), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu); dan ketiga belas, Ma’had Aly Miftahul Huda, Pondok PesantrenManonjaya Ciamis (Jabar), dengan program takhasus “Aqidah dan FIlsafat Islam” (Aqidah wa Falsafatuhu).

Pondok Pesantren Tegal

Eksistensi Ma’had Aly sesunggunya memiliki landasan hukum yang sangat kuat. Setidaknya ada 2 (dua) Undang-Undang yang dapat dijadikan dasar hukum.?

Pertama, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang di pasal 15 disebutkan bahwa di antara jenis pendidikan yang ada di negara kita adalah jenis pendidikan keagamaan. Undang-Undang ini kemudian diturunkan ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, yang di dalam pasal 9 disebutkan bahwa Pendidikan Keagamaan di antaranya terdiri atas Pendidikan Keagamaan Islam. Atas dasar regulasi itu, diterbitkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam, yang di pasal 23 disebutkan bahwa Ma’had Aly merupakan bentuk dari pendidikan diniyah formal jenjang pendidikan tinggi.?

Pondok Pesantren Tegal

Kedua, Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang di dalam pasal 30 ayat (2) disebutkan bahwa “Pendidikan tinggi keagamaan berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi dan dapat berbentuk Ma’had Aly”. Atas dasar kedua Undang-Undang tersebut, Kementerian Agama menerbitkan Peraturan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 2015 tentang Ma’had Aly.?

Dengan melihat posisi regulasi di atas, Ma’had Aly memiliki legalitas yang sangat kuat dan sekaligus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Pada sisi yang lain, regulasi-regulasi itu memperjelas kesungguhan komitmen Pemerintah untuk mewujudkan Ma’had Aly setara dan semartabat dengan lembaga perguruan tinggi lainnya seperti UIN, IAIN, dan STAIN serta lembaga pendidikan tinggi umum lainnya, baik dalam pengakuan, status, lulusan, maupun perhatian Pemerintah terhadap keberlangsungan dan pengembangannya. ? ?

Sebagaimana dicantumkan dalam PMA 71 Tahun 2015, tujuan didirikannya Ma’had Aly adalah menciptakan lulusan yang ahli dalam bidang ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning. Dengan demikian, Ma’had Aly adalah wujud pelembagaan sistemik dan formal atas tradisi intelektual pesantren tingkat tinggi sehingga keberadaannya melekat pada pendidikan pesantren.?

Dalam sejarahnya, Ma’had Aly memang didirikan dan dikembangkan dari dan oleh masyarakat pesantren dan berada di lingkungan pesantren, sehingga Ma’had Aly ke depan tidak ada yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau berstatus negeri. Meski demikian, tujuan yang hendak dicapai dari Ma’had Aly tidak semata-mata untuk kepentingan pesantren, tetapi untuk kepentingan umat dan bangsa. Selain untuk keberlangsungan pesantren sendiri dengan tumpuan pada tradisi intelektual tingkat tinggi, Ma’had Aly juga dimaksudkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan keislaman dan transformasi sosial dalam kehidupan bangsa yang terus berubah. Oleh karena itu, keberadaan Ma’had Aly sebetulnya bukan lagi kepentingan masyarakat pesantren an sich, melainkan kebutuhan bangsa Indonesia, terutama dalam menyempurnakan sistem pendidikan nasional yang dicita-citakan, dan kebutuhan dunia Islam.?

Secara epistemologi keilmuan, mengutip pernyataan Ulil Abshar Abdalla, setidaknya ada 3 pola kajian akademik yang berkembang pada pendidikan tinggi, yakni ilmu umum-murni, ilmu keislaman-murni, dan ilmu yang mengkorelasikan sekaligus menginterkoneksikan antara ilmu-umum murni dengan ilmu-keislaman murni. Ilmu keislaman-murni dalam tradisi pendidikan Islam di Indonesia itu dikembangkan oleh pondok pesantren utamanya dengan literatur kitab kuning. Adapun ilmu umum-murni itu lebih banyak dikembangkan pada lembaga perguruan tinggi umum, semisal UI, IPB, ITB, dan lain. Sedangkan ilmu yang mengkorelasikan sekaligus menginterkoneksikan antara ilmu umum-murni dengan ilmu keislaman-murni itulah yang dilakukan oleh UIN, IAIN, dan STAIN.?

Dalam kontek epistemologi keilmuan itu, Mahad Aly sebagai perguruan tinggi keagamaan Islam adalah lembaga yang paling otoritatif mengawal dan mengembangkan ilmu-keislaman murni itu. Kajian kitab kuning tingkat tinggi harus menjadi bahan kajian pada Ma’had Aly. Kitab semisal Jam’ul Jawami’ fi Ushulil Fiqh karya Imam as-Subki (bidang Ushul Fiqh), Fathul Wahhab bi Syarhi Manhaji ath-Thullab karya Imam Zakariya al-Anshari (bidang fiqh), al-Hikam karya Muhammad Ibnu ‘Atho’illah as-Sakandary (dalam bidang tasawwuf), Tafsir Marah Labib karya Syaikh Nawawi al-Jawi (bidang tafsir), Ihya’ Ulumiddin karya Imam Ghazali (bidang tasawwuf), Tahafutul Fasalasifah karya Imam Ghazali dan Tahafutut Tahafut karya Ibnu Rusyd (dalam bidang falsafah), dan lain-lain merupakan kitab yang menjadi referensi wajib untuk diajarkan. Kitab-kitab semacam itu merupakan kitab yang selama ini kita banggakan, namun tidak banyak membaca dan mengkajinya.

Sebagai bentuk dari pendidikan tinggi keagamaan, Ma’had Aly merupakan salah satu wujud dari PTKI ((Perguruan Tinggi Keagamaan Islam) yang menyelenggarakan pendidikan akademik dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) berbasis kitab kuning yang diselenggarakan oleh pondok pesantren. Sebagai pendidikan akademik, Ma’had Aly menyelenggarakan program pendidikan dari Strata Satu (S1) hingga Strata Tiga (S3). Untuk membangun keunggulan dengan integritas akademik yang tinggi, satu Ma’had Aly hanya diberikan izin penyelenggaraan untuk satu Program Studi. Posisi program studi pada Ma’had Aly tidak semata-mata program studi, tetapi ia akan dikembangkan menjadi pusat kajian keilmuan keislaman dan kepesantrenan secara sekaligus. Untuk itu, perlu didorong agar Ma’had Aly benar-benar menjadi pusat-pusat unggulan ini. ? Dengan posisi ini, Ma’had Aly akan tetap ditempatkan sebagai lembaga khusus yang ada pada pesantren sebagai lembaga kaderisasi ulama.?

Posisi Ma’had Aly sebagai lembaga pendidikan tinggi keagamaan (keislaman) menjadi sangat signifikan dan strategis bagi masa depan bangsa Indonesia dan dunia Islam. Disadari benar bahwa kehadiran Ma’had Aly ini merupakan bagian implementasi dari skenario besar untuk menjadikan pendidikan Islam di Indonesia, khususnya pesantren, sebagai destinasi pendidikan dunia. Sebab, dalam konteks pendidikan Islam secara global, harapan masyarakat dunia terhadap pendidikan Islam masa kini dan masa depan itu berada di pundak Indonesia. Pondok pesantren memiliki konvidensi dan kekuatan yang luar biasa untuk menjadi corong kepada masyarakat dunia. Sebab, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang khas (genuin) Indonesia yang mampu menghasilkan intelektual muslim yang berkarakter rahmatanlil’alamin.?

Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon dan Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat. Terlibat aktif sebagai salah seorang konseptor Peraturan Menteri Agama tentang Ma’had Aly

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal RMI NU, Humor Islam Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 06 Januari 2012

Kisah Hubungan Aceh-Turki dalam Khutbah Jihad

Tangerang Selatan, Pondok Pesantren Tegal

Indonesia mempunyai sejarah yang besar, termasuk tentang hubungan antara Turki dan Aceh pada zaman dulu. Moch. Syarif Hidayatullah menyampaikan hal ini dalam forum diskusi kajian Turats Ulama Nusantara yang diadakan Islam Nusantara Center di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (19/8).

Kisah Hubungan Aceh-Turki dalam Khutbah Jihad (Sumber Gambar : Nu Online)
Kisah Hubungan Aceh-Turki dalam Khutbah Jihad (Sumber Gambar : Nu Online)

Kisah Hubungan Aceh-Turki dalam Khutbah Jihad

Dalam pemaparannya, dosen UIN Syarif Hidayatullah ini mengatakan bahwa hubungan itu dilihat dari naskah khutbah jihad yang pernah digelorakan oleh masyarakat Aceh pada abad ke-19 saat melakukan perang melawan penjajah.

Menurutnya, pada abad itu hampir seluruh wilayah belahan dunia yang mayoritas beragama Islam sedang dijajah.

Pondok Pesantren Tegal

“Abad ke-19 ini adalah abad terpenting untuk perjuangan-perjuangan umat Islam melawan penjajah, termasuk wilayah nusantara,” ujar Syarif.

Pondok Pesantren Tegal

Pada masa itu, masjid, surau, pesantren, dan mushala, katanya, menjadi tempat paling efektif untuk mengadakan perlawanan, tidak terkecuali yang terjadi di Aceh.

“Pada perang Aceh melawan Belanda, dalam perang pertama menang. Tetapi ketika Snouck Hurgronje masuk dalam penasihat perang, Aceh kalah,” tambahnya.



Khutbah Jihad


Pada masa kekalahan saat itu, ulama Aceh mengobarkan semangat berjuang melalui khutbah jihad. Menurutnya, khutbah Jumat memang menggunakan bahasa Arab. Namun, usai shalat Jumat, khutbah serupa disampaikan secara jelas dalam bahasa Aceh.

Dalam khutbah itu, katanya, pemimpin-pemipin dari Turki Usmani disebut. Selain itu, dalam naskah yang ditemukan juga terdapat doa untuk menghancurkan Belanda. “Namun, keadaan pada abad ke-19, Turki posisinya sudah lemah,” ujar alumnus Pondok Pesantren Darussunnah itu.

Berbeda halnya ketika nama Sultan Turki Usmani disebut dalam khutbah dan diketahui oleh orang-orang Portugis pada abad ke-16. Menurutnya, saat itu Turki Usmani masih menjadi negara Islam yang super power dan ditakuti sampai akhrinya Portugis tidak berani.

Hubungan antara Turki dan Aceh tidak berhenti sampai di situ. Di Turki, terkenal kisah orang Aceh dengan lada sejupa.

Menurutnya, kisah lada itu berawal ketika lada yang dibawa oleh orang Aceh dalam ukuran besar yang dimuat di kapal selama 8 bulan dan mengarungi laut lepas, dihantam badai dan segala macamnya, hingga yang tersisa tinggal segenggam. Akhirnya, Turki tersentuh dan dikirimlah meriam untuk membantu Aceh. Hingga akhirnya meriam itu dijuluki sebagai meriam lada sejupa.

“Jika kita ke Turki, hal yang pertama yang diketahui dari Indonesia itu Aceh,” pungkasnya. (M. Ilhamul Qolbi/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Cerita, Pendidikan Pondok Pesantren Tegal