Rabu, 19 April 2017

Konjen Amerika Ziarahi Makam Gus Dur

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Konsul Jenderal (Konjen) Amerika di Surabaya Joaquin Monserrate mengunjungi Pesantren Tebuireng Jombang. Konjen yang baru dua bulan menjabat ini juga berziarah dan tabur bunga di makam presiden RI ke-4 KH Abdurrahman wahid (Gus Dur), Rabu (29/11).

“Tidak ada agenda tertentu, hanya memperkenalkan diri dan ingin mengetahui pesantren saja,” ujar KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), pengasuh pesantren Tebuireng usai mendampingi Joaquin Monserrate melakukan tabor bunga di makam Gus Dur.

Konjen Amerika Ziarahi Makam Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)
Konjen Amerika Ziarahi Makam Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)

Konjen Amerika Ziarahi Makam Gus Dur

Usai berkunjung ke Tebuireng, Konjen pengganti Kristen F. Bauer ini kemudian melanjutkan safarinya bertemu dengan bupati Jombang Suyanto di pendopo kabupaten. 

Pondok Pesantren Tegal

Joaquin adalah Konjen baru yang menggantikan yang pindah ke kantor Konjen AS di Jakarta. Joaquin mengatakan dirinya adalah pengagum Gus Dur. Ia datang ke Jombang untuk lebih mendekatkan diri dengan tokoh-tokoh besar Jombang seperti Gus Sholah. “Saya pikir Gus Sholah adalah salah satu tokoh besar Indonesia,” ujarnya saat berbincang santai dengan Bupati Suyanto 

Pondok Pesantren Tegal

Sebagai pengagum Gus Dur, Joaquin mengatakan ingin dekat dengan kultur budaya yang ada di Jombang. Bagaimana sejarah perjuangan Gus Dur sehingga menjadi sosok yang mendunia.

“Saya adalah pengagum sosok Gus Dur dan saya ingin mendekatkan diri dengan Bupati Jombang, Gus Sholah, Universitas Pesantren dan mahasiswanya,” tandas Joaquin. 

Selain bertanya seputar Gus Dur dan pesantrennya, Joaquin juga mengungkapkan rasa ingin tahu yang besar terhadap Jombang yang memiliki keanekaragaman budaya dan agama.

“Jombang ini memiliki keunikan tersendiri, selain tidak pernah ada konflik langsung antara rakyat dan pemerintah, di Jombang juga tidak pernah ada konflik antar agama,” tegas Bupati Suyanto.

Bupati  lantas memberi contoh sebuah desa yang masyarakatnya memiliki beragam agama. Bahkan jarak antara tempat ibadah seperti masjid, pura dan gereja juga tak terlampau jauh. 

“Tidak pernah ada konflik antar agama, bahkan tempat ibadah jaraknya sangat dekat tak kurang dari 200 meter,” kata Suyanto. Hingga kini, lanjutnya, kebersamaan itu masih tetap terjalin dengan indahnya.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Muslim Abdurrahman

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Pondok Pesantren Tegal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar