Selasa, 11 Desember 2007

KH Masyhuri Naim: Perbedaan itu Layak Terjadi

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Perbedaan yang terjadi dalam penentuan awal Dzulhijjah 1427 H antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi tidak perlu dirisaukan. Perbedaan itu wajar terjadi karena secara geografis kedua negara tersebut berbeda.

Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Rais Syuriah KH Muhammad Masyhuri Na’im menanggapi pertanyaan seputar munculnya pengumuman dari beberapa masjid besar di Jakarta yang akan melakukan shalat sunat Idul Adha pada hari Sabtu (30/12) depan. Dikatakannya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau masyarakat di Indonesia untuk mengikuti ketetapan (itsbat) pemerintah Indonesia.

KH Masyhuri Naim: Perbedaan itu Layak Terjadi (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Masyhuri Naim: Perbedaan itu Layak Terjadi (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Masyhuri Naim: Perbedaan itu Layak Terjadi

Seperti diberitakan Pondok Pesantren Tegal (22/12), pemerintah Kerajaan Arab Saudi akhirnya menetapkan awal Dzulhijjah pada hari Kamis, 21 Desember 2006, dan secara otomatis Shalat Idul Adha akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Desember 2006. Sementara pemerintah Indonesia, dalam hal ini Departemen Agama, berdasarkan sidang itsbat bersama ormas-ormas Islam di Indonesia menetapkan Idul Adha pada Hari Ahad, 31 Desember 2006.

“Di sini kita harus mengukuti itsbat pemerintah Indonesia, kecuali jika dalam penentuan awal bulan Dzulhijjah itu pemerintah tidak berdasar pada rukyatul hilal atau istiqmal. Patokannya ya dimana seseorang itu berada lah! Karena perbedaan tempat itu menentukan sudut pandang hilal dan matahari,” kata Kiai Mashuri Na’im.

Umat Islam di Indonesia tidak harus mengikuti? ketetapan-ketetapan yang diberlakukan di Timur Tengah. Dalam penentuan bulan Dzulhijjah, hanya para jamaah haji yang diharuskan mengikuti ketetapan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

”Bisa dikiaskan dengan masalah zakat pertanian, misalnya, tidak bisa komoditi yang dikeluarkan zakatnya di Indonesia harus sama dengan di Arab. Apa iya atas dasar Islam diturunkah di Makkah? lantas kita harus semua ikut sana? nggak harus tekstual begitu lah!” kata Kiai Masyhuri Na’im.

Pondok Pesantren Tegal

Ketinggian Negatif

Sementara itu berdasarkan data dari Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU), pada tanggal 29 Dzulqa’dah (20 Desember lalu) ijtima’ atau bulan baru di? makkah terjadi sekitar 0 jam 41 menit sebelum terbenam matahari (ijtima’ qabla ghurub). Namun ketinggian hilal pada saat ghurub masih berada di bawah ufuk pada ketinggian sekitar -2051,7

Dijelaskan, hilal di Makkah dengan demikian memang sudah merupakan hilal Dzulhijjah karena sudah melampaui ijtima’, namun dengan ketinggian yang negatif ini secara obyektif hilal tidak mungkin dapat terlihat. Besar kemungkinan jika dilihat hanya pada posisi hilal semata, baik di Indonesia maupun di Arab Saudi akan mengawali bulan Dzulhijjah pada hari yang bersamaan, yakni pada hari Jum’at tangal 22 Desember 2006 dan wukuf akan diberlangsungkan pada hari Sabtu, 30 Desember 2006.

”Namun kalau pemerintah Saudi tetap memutuskan begitu ya terserah sana. Kita memang boleh berbeda pendapat atau mengikuti pendapat yang kita yakini tapi tidak boleh frontal menolak. Juga jangan sampai ada rasa curiga,” kata Kiai Masyhuri Na’im. (nam)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Cerita, Pemurnian Aqidah Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 16 Agustus 2007

IPPNU Raudlatul Malikiyah Gelar Lomba Paduan Suara dan Puisi

Probolinggo, Pondok Pesantren Tegal. Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) SMK Raudlatul Malikiyah Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo menggelar lomba paduan suara dan lomba puisi, Rabu (11/11).

Lomba yang digelar sejak pagi hari ini diikuti oleh seluruh siswa SMK Raudlatul Malikiyah. Satu persatu perwakilan setiap kelas menampilkan kelompok paduan suaranya dan membawakan puisi hasil karyanya.

IPPNU Raudlatul Malikiyah Gelar Lomba Paduan Suara dan Puisi (Sumber Gambar : Nu Online)
IPPNU Raudlatul Malikiyah Gelar Lomba Paduan Suara dan Puisi (Sumber Gambar : Nu Online)

IPPNU Raudlatul Malikiyah Gelar Lomba Paduan Suara dan Puisi

“Lomba ini bertujuan untuk menghormati jasa-jasa para pahlawan bangsa yang telah gugur berjuang melawan penjajah sekaligus meneladani perjuangannya yang tidak pantang menyerah supaya bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Ketua PK IPPNU SMK Raudlatul Malikiyah Sri Wahyuni.

Pondok Pesantren Tegal

Menurut Sri Wahyuni, lomba paduan suara dan lomba puisi ini merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan oleh generasi muda akan perjuangan yang dilakukan para pahlawannya.

“Sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Ini merupakan salah satu bentuk penghargaan yang kami berikan atas pengorbanan para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk meraih kemerdekaan dari tangan penjajah,” jelasnya.

Pondok Pesantren Tegal

Melalui lomba ini Sri Wahyudi mengharapkan agar dari diri para pelajar ini nantinya tumbuh semangat patriotisme dan nasionalisme untuk bersama-sama mengisi pembangunan.

“Salah satu bentuk nyata dari pelajar dalam mengisi pembangunan adalah belajar demi menggapai cita-cita. Semoga nilai-nilai kepahlawanan ini bisa terus terpatri agar bisa memberikan manfaat bagi masyarakat,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)  

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Doa, Berita, Hikmah Pondok Pesantren Tegal

Senin, 13 Agustus 2007

Pemilik Naga Atoin Meto Kupang Terima Kasih untuk Gus Dur

Kupang, Pondok Pesantren Tegal. Pemilik Naga Atoin Meto (NAM) Kupang Leonard Antonio menyampaikan terima kasih kepada Presiden Ke-4 RI KH Abdurahman Wahid yang sering disapa Gus Dur. Leonard menyampaikan terima kasihnya usai perayaan misa syukur Tahun Baru China yang ke-2567 di Gareja Katedral Kupang, Senin (8/2).

Pemilik Naga Atoin Meto Kupang Terima Kasih untuk Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemilik Naga Atoin Meto Kupang Terima Kasih untuk Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemilik Naga Atoin Meto Kupang Terima Kasih untuk Gus Dur

"Saya dan seluruh warga Tionghoa mengucapkan terima kasih kepada bapak Gus Dur, Presiden Republik Indonesia yang Keempat karena beliau memberikan kesempatan kepada kami untuk bisa merayakan Imlek di Indonesia," ungkap Leonard.

Pemilik Naga Atoin Meto Kupang ini mengatakan, perayaan dan tradisi yang kita laksanakan adalah bentuk syukur kepada Tuhan dan menghormati semua leluhur atas rejeki yang diberikan selama setahun.

Pondok Pesantren Tegal

Menurutnya, tahun Monyet Api akan memberikan keberuntungan dan kesejahteraan bagi mereka. Monyet dianggap sebagai hewan yang lincah dalam bergerak ke mana-mana, jelasnya.

Pondok Pesantren Tegal

Dalam perayaan itu, Leornad Antonio menyampaikan pertunjukan Barongsai di sepanjang jalan Siliwangi Kota Kupang. Barongsai atau tarian naga sebagai tradisi China ini menjadi tontonan ribuan warga Kota Kupang.

Para pemain tarian pertunjukan barongsai adalah karyawan NAM. Sementara pelatih barongsai didatangkan dari Malang. Ia berharap tarian barongsai dapat menghibur warga Kota Kupang yang menyaksikan pertunjukan tarian naga itu. (Ajhar Jowe/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Warta, Kyai Pondok Pesantren Tegal

Senin, 28 Mei 2007

Sampah dan Cerita Kemapanan Ekonomi Kita

Oleh Muhammad Ishom



Banyak orang memandang sebelah mata terhadap keranjang sampah. Mereka berpikir keranjang sampah adalah tempat kotor karena fungsinya sebagai penampung sampah. Memang benar demikian. Tetapi persoalannya di balik image negatif itu, keranjang sampah sebenarnya bisa bercerita tentang kita. 

Sampah dan Cerita Kemapanan Ekonomi Kita (Sumber Gambar : Nu Online)
Sampah dan Cerita Kemapanan Ekonomi Kita (Sumber Gambar : Nu Online)

Sampah dan Cerita Kemapanan Ekonomi Kita

Cobalah luangkan waktu sejenak untuk mencoba melihat apa saja yang ada dalam keranjang sampah kita. Keragaman dan volume sampah serta berbagai merek produk di dalamnya bisa bercerita tentang tingkat kemakmuran, gaya hidup dan status sosial kita. Jadi keranjang sampah memiliki fungsi lain yang bisa mencerminkan hal-hal pribadi tentang kita. 

Keragaman sampah bisa bercerita bahwa kita memiliki banyak pilihan terkait apa yang kita konsumsi. Jika sampah tetangga sebelah kita tidak seaneka ragam sampah kita, itu bisa berarti mungkin mereka tidak memiliki banyak pilihan karena terbatasnya budget. Jadi beragamnya sampah bisa menunjukkan budget kita untuk konsumsi sehari-hari cukup longgar. 

Jika memang demikian maka secara ekonomi mungkin kita lebih makmur daripada tetangga sebelah kita. Atau, kitalah yang kurang bisa menahan nafsu untuk menuruti keinginan perut sehingga apa saja masuk ke dalamnya. Ini artinya jangan-jangan kita termasuk abdul buthun, yakni manusia penghamba perut. 

Pondok Pesantren Tegal

Manusia seperti itu sudah pasti akan memproduksi sampah dalam jumlah yang lebih besar daripada mereka yang lebih suka berpuasa dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi volume sampah yang tinggi bisa jadi menujukkan bahwa kita memiliki gaya hidup konsumtif. Orang konsumtif sudah pasti memproduksi sampah dengan volume lebih tinggi daripada mereka yang bisa menahan diri dari gaya hidup konsumtif. . 

Gaya hidup kita sesungguhnya tidak hanya tercermin dalam volume sampah yang tinggi, tetapi juga dalam merek-merek produk yang tertera dalam barang-barang yang telah menjadi sampah. Kaleng atau botol minuman dengan merek tertentu yang dibeli dari pusat-pusat perbelanjaan seperti mall tentu lebih bergengsi daripada wadah minuman tanpa merek seperti kantong plastik untuk es teh yang dibeli dari warung makan PKL pinggir jalan. 

Ketika sampah-sampah kita banyak terdiri dari barang-barang bermerek dengan keragaman dan volume yang tinggi, dari situlah sebenarnya bisa dibaca hal-hal tentang diri kita sebagaimana telah diuraikan di atas.

Namun, sadarkah kita semakin tinggi tingkat kemakmuran kita, kita bisa semakin konsumtif. Itu artinya semakin banyak kita memproduksi sampah. Semakin banyak sampah kita produksi, samakin tinggi tingkat pencemaran terhadap lingkungan. Semakin kita konsumtif, semakin tinggi tingkat eksploitasi terhadap bumi dan isinya.

Ingatlah Tuhan telah berfirman, kerusakan di bumi disebabkan oleh ulah manusia sendiri sebagaimana tertulis di dalam Al-Qur’an, Surah Ar-Ruum, ayat 41:

Pondok Pesantren Tegal

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)."

Maka keserderhanaan hidup sebagimana telah dicontohkan Rasulullah SAW dengan banyak berpuasa, makan ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang, sesungguhnya merupakan hal yang sangat terpuji karena itu berarti bersikap tidak konsumtif dan karenanya tidak banyak memproduksi sampah. Ini berarti bersikap lebih ramah terhadap lingkungan. Sikap ini semakin relevan dengan tuntutan zaman sekarang di mana telah ada kesadaran bersama untuk berikhtiar menjaga bumi dari pencemaran dan eksploitasi yang membabi buta. 

Penulis adalah dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Habib, Nusantara Pondok Pesantren Tegal