Selasa, 28 Februari 2017

Habib Syech: Kerukunan Itu Indah, Harus Kita Jaga!

Solo, Pondok Pesantren Tegal. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Hal tersebut menjadi modal untuk menjadi bangsa yang besar. Meskipun di satu sisi perbedaan tersebut juga berpotensi menimbulkan bibit perpecahan.

Oleh karena itu, alangkah indahnya apabila bangsa ini dapat bersatu di tengah perbedaan yang ada. "Kerukunan itu indah, jadi harus kita jaga. Seperti sekarang ini, kita duduk bersama meskipun kita ada yang berbeda agama," kata Habib Syech bin Abdul Qadir As Segaf, Jumat malam (30/8) lalu.

Habib Syech: Kerukunan Itu Indah, Harus Kita Jaga! (Sumber Gambar : Nu Online)
Habib Syech: Kerukunan Itu Indah, Harus Kita Jaga! (Sumber Gambar : Nu Online)

Habib Syech: Kerukunan Itu Indah, Harus Kita Jaga!

Habib Syech menyampaikan pesannya kepada jamaah dalam acara Shalawat Akbar. Kegiatan yang dihelat di Benteng Vastenburg Solo tersebut diikuti ribuan jamaah, yang sebagian diantaranya adalah warga non-muslim.

Pondok Pesantren Tegal

Dalam kesempatan tersebut, ulama asal Solo itu juga mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga kerukunan. Menurutnya, kerukunan tersebut perlu dijaga dengan siapapun, meskipun dengan orang yang berbeda agama. Dalam acara ini pula, Habib Syech membuktikan bahwa Sholawat juga mampu mempersatukan umat dan memberikan kedamaian.

Pondok Pesantren Tegal

Salah seorang jemaah asal Karanganyar, Sumarno, mengakui hal tersebut. Menurutnya, shalawat yang dibawakan oleh Habib tersebut adalah metode dakwah Islam yang sangatlah luar biasa dan bisa menyentuh perasaan.

“Islam itu cintai damai, dan dengan bershalawat saya benar-benar merasakan kedamaian ajaran Islam.  Ini luar biasa,” ungkap Sumarno yang datang sejak sore untuk mengikuti acara tersebut. (Ajie Najmuddin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Doa, Jadwal Kajian, Kajian Islam Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 23 Februari 2017

GP Ansor Malang Bentuk 1000 Kader Pelopor Desa

Malang, Pondok Pesantren Tegal. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Malang, Jawa Timur, bertekad memberdayakan anggotanya untuk berperan lebih banyak di tingkat desa. Para kader yang sudah dididik diharapkan mempelopori kemajuan di sejumlah desa.

GP Ansor Malang Bentuk 1000 Kader Pelopor Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Malang Bentuk 1000 Kader Pelopor Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Malang Bentuk 1000 Kader Pelopor Desa

“Kepeloporan itu tidak hanya pada satu aspek kehidupan saja. Namun, dalam berbagai aspek. Misalnya, dalam keagamaan, sosial, budaya, keamanan dan ketertiban, termasuk juga dalam mengantisipasi serta mengatasi masalah dampak bencana bila terjadi bencana alam,” kata Ketua PC GP Ansor Malang Hasan Abadi, dalam siaran pers, Rabu (23/10).

Tekad tersebut, menurut Hasan, antara lain telah dimulai dengan mengadakan Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) kepada 1.100 anggota Barisan Serbaguna (Banser) se-Kabupaten Malang di Pesantren Teknologi SMK Plus Al-Maarif Singosari Malang, Jawa Timur, Sabtu lalu.

Pondok Pesantren Tegal

"Memang ? pesertanya dari ? seluruh ranting GP Ansor yang ada di ? 33 PAC (Pimpinan Anak Cabang) se-Kabupaten Malang. Mereka merupakan utusan khusus yang diharapkan bisa menjadi pelopor di desanya masing-masing," paparnya.

Pondok Pesantren Tegal

Hal mendapat dukungan dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar. Menurut dia, seluruh anggota Banser wajib menjadi ujung tombak bagi Nahdlatul Ulama (NU) karena GP Ansor adalah benteng ulama.?

“Banser mempunyai peranan penting tidak hanya menjaga NU, melainkan turut serta berjuang mempertahankan ukhuwah Islamiyah,“ ujarnya saat memberikan arahan Diklatsar.

Selain itu, pria yang akrab disapa Cak Imin ini mengatakan, seluruh anggota Banser harus menjadi tameng paling depan untuk memberantas aliran yang berpotensi merusak umat Islam. Dirinya juga menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap Banser atas kinerjanya selama ini kepada masyarakat dan juga antar umat beragama. (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Tokoh, Ahlussunnah, AlaSantri Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 19 Februari 2017

Pengertian Dosa Besar Menurut Ibnu Athaillah

Al-Quran dan hadits sudah jelas menyebut dosa besar yang harus dijauhi oleh bukan hanya pemeluk Islam, tetapi juga non-Muslim. Pasalnya, dosa besar merupakan pelanggaran hukum dan kejahatan yang sejalan dengan common sense, nalar umum. Allah menyediakan sanksi keras bagi para pelaku dosa besar.

Meskipun demikian, Allah SWT tetap membuka lapang karunia dan pintu rahmat-Nya sebagaimana keterangan Syekh Ibnu Athaillah berikut ini.

Pengertian Dosa Besar Menurut Ibnu Athaillah (Sumber Gambar : Nu Online)
Pengertian Dosa Besar Menurut Ibnu Athaillah (Sumber Gambar : Nu Online)

Pengertian Dosa Besar Menurut Ibnu Athaillah

? ? ? ? ?

Pondok Pesantren Tegal

Artinya, “Tak ada dosa besar ketika kau disambut dengan kemurahan-Nya.”

Pelaku dosa besar dianjurkan untuk memperbaiki diri dan tidak mengulangi kesalahan yang sama atau melakukan dosa besar lainnya. Mereka tidak perlu berkecil hati karena pintu tobat dan anugerah Allah masih terbuka.

Pondok Pesantren Tegal

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?... ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Dosa besar adalah pelanggaran yang pelakunya diancam dengan siksa atau diancam dengan hudud di Al-Quran atau hadits. Sebagian ulama mengatakan, dosa besar bukan yang disebut itu. Apapun itu, semuanya ditinjau secara lahiriah. Sedangkan di sisi Allah, dosa besar ditinjau dari kemurahan dan keadilan-Nya. Kadang fakta yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita duga seperti firman Allah dalam Surat Az-Zumar ayat 47, ‘Maka tampaklah bagi mereka dari Allah apa yang mereka tidak perkirakan sebelumnya.’

Mereka yang mendapat inayah dari Allah, tidak akan menjadi sulit karena dosa besar. Mereka adalah orang pilihan Allah yang dosanya digantikan dengan kebaikan. Amal itu memang menjadi tanda yang kadang berbeda untuk sejumlah maqam sehingga harap dan takutnya mengambil porsi 50%-50% pada sejumlah maqam. Kepasrahan mereka sepenuhnya hanya kepada Allah di setiap waktu karena ketentuan Allah telah selesai sehingga tidak berubah. Beberapa ulama mengatakan, ‘Kalau harap dan takut orang beriman ditimbang, niscaya salah satu piring timbangan takkan berat sebelah. Orang beriman itu seperti burung yang terbang dengan kedua sayapnya,’ sebagaimana dikatakan oleh Syekh Zarruq.

Menurut saya, sebuah hadits yang menceritakan seseorang yang sedang dihadapkan dengan 99 dokumen berisi catatan amal buruknya di mana tiap dokumen memiliki panjang sepandangan mata, kemudian muncul secarik kertas seukuran jari yang bertuliskan kalimat tauhid La ilâha Illallâh sehingga catatan kejahatan di banyak dokumen itu tampak keliru, menunjukkan kebesaran tanggungan dan rahmat Allah, serta keluasan cakupan kemurahan dan karunia-Nya,” (Lihat Syekh Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam, Beirut, Darul Fikr, tanpa keterangan tahun, juz I, halaman 85).

Orang yang melakukan pelanggaran berat masih mendapat kesempatan untuk menerima kasih sayang Allah. Mereka berkesempatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Mereka tidak boleh berputus asa karenanya mereka tidak boleh menjauh dari Allah.

? ? ? ? ? ? [?] ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Tidak ada yang disebut dosa besar–baik itu menurut ketentuan syar‘i maupun secara kualifikasi. Itu menjadi kecil, tetapi justru tidak ada sama sekali ketika kau disambut dengan kemurahan-Nya melalui pemberian maaf atau ampunan, dan rahmat-Nya sehingga terlebih lagi tak ada penyiksaan. Bayangkan bagaimana jika kau adalah hamba yang taat. Pada ketaatanmu itu ihsan, penyaksian, dan penglihatanmu bekerja di mana itu terjadi karena kau lenyap dari pandangan atas amal saleh saat mengerjakannya,” (Lihat Syekh Burhanuddin Ibrahim Al-Aqshara’i As-Syadzili, Ihkamul Hikam, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, cetakan I, 2008 M/1429 H, halaman 54).

Rahmat dan karunia Allah begitu besar untuk mereka yang melakukan dosa besar. Kabar gembira ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini.

? ? ? ? ? ? (49) ? ? ? ? ?

Artinya, “Kabarkanlah kepada para hamba-Ku bahwa Aku maha pengampun lagi maha penyayang dan sungguh siksa-Ku adalah siksa yang pedih,” (Surat Al-Hijr ayat 49-50).

Hikmah ini bukan anjuran bagi manusia untuk melakukan dosa besar karena kita tidak tahu apakah dosa besar kita akan disambut dengan pada maghfirah dan rahmat-Nya atau dihadapkan pada keadilan dan kebesaran-Nya. Hikmah ini lebih merupakan kabar gembira bagi mereka yang terlanjur berdosa besar agar bertobat serta tidak berputus asa dari rahmat Allah dan tidak mengulangi dosa besarnya. Hikmah ini menunjukkan besarnya rahmat dan karunia Allah. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kajian, Makam Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 14 Februari 2017

Kapolda DIY: Satu Kata Bagi Pengganggu Indonesia, Lawan!

Bantul, Pondok Pesantren Tegal



Kapolda DIY Brigjen H Ahmad Dhofiri menyampaikan, perlu koordinasi berkelanjutan dalam upaya menangkal paham radikalisme. Hal tersebut disampaikannya saat mengisi “Halaqah PCNU Bantul dan Polda DIY”, di Gedung PCNU Bantul, Sabtu (20/5).

Kapolda menambahkan, Yogjakarta yang dikenal sebagai kota pelajar, kota gudeg, kota wisata adalah miniatur Indonesia. Karenanya banyak wisatawan dari berbagai daerah mengunjungi dan tinggal untuk belajar.

Kapolda DIY: Satu Kata Bagi Pengganggu Indonesia, Lawan! (Sumber Gambar : Nu Online)
Kapolda DIY: Satu Kata Bagi Pengganggu Indonesia, Lawan! (Sumber Gambar : Nu Online)

Kapolda DIY: Satu Kata Bagi Pengganggu Indonesia, Lawan!

“Namun, di Yogjakarta masih ada kelompok yang memaksakan ideologi, separatisme; juga ada. Perlu kita sadari dan waspadai bahwa radikalisme itu gerakannya cepat dengan keras yang tumbuh di mana-mana,” kata Kapolda.

Ia menyebutkan adanya TKW yang awal keberangkatan berdandan dengan rambut masih biasa. Setahun bekerja di luar negeri, rambutnya sudah pirang kemudian berubah menggugunakan cadar.?

Pondok Pesantren Tegal

“Terus mau melakukan bom bunuh diri di Istana Merdeka. Alhamdulillah aparat mencium niat jahat tersebut dan langsung mengamankan pelaku,” paparnya.

Oleh karena itu, ia mendorong agar masyarakat merawat dan menjaga empat pilar yang membuat kokoh berdiri bangsa ini yaitu Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika.?

Kapolda mengharapkan masyarakat dan semua elemen bangsa untuk mewaspadai aksi gerakan seperti itu, karena mengancam keutuhan NKRI.?

“Kalau ada yang menggangu keutuhan Indonesia, hanya satu kata: lawan!” pekiknya.

Pondok Pesantren Tegal

Ia mengutip lagu Ya lal wathon “Siapa datang mengancammu kan binasa di bawah dulimu.?

Turut hadir pada kegiatan tersebut rektor UNU Yogjakarta Purwo, anggota DPD RI HA Hafith Asrom, Rois Syuriah PCNU Bantul KH Kholiq Syifa, Kodim Bantul, Direktur NU Care Bantul Rustam Nawawi. (Kendi Setiawan/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kyai, Khutbah Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 04 Februari 2017

100 Anak Ikuti Kegiatan Khitanan Massal NU Care LAZISNU

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. NU Care LAZISNU menggelar khitanan massal di Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (28/7). Sebanyak 100 anak menjadi peserta dalam kegiatan yang bekerja sama dengan PT Alfaria Trijaya, Pondok Pesantren Al Tsaqafah dan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU). Mereka berasal dari Jabodetbek, bahkan beberapa di antaranya datang dari Kepulauan Seribu.

100 Anak Ikuti Kegiatan Khitanan Massal NU Care LAZISNU (Sumber Gambar : Nu Online)
100 Anak Ikuti Kegiatan Khitanan Massal NU Care LAZISNU (Sumber Gambar : Nu Online)

100 Anak Ikuti Kegiatan Khitanan Massal NU Care LAZISNU

Ketua PBNU Sulton Fatoni menyampaikan khitanan massal tersebut merupakan wujud bakti sosial yang rutin dilakukan NU. Ia mengimbau para orangtua masing-masing diharapkan semakin hati-hati dalam pendidikan bagi anak. Orangtua hendaknya menitipkan anak-anak ke sekolah yang tepat, berkualitas baik dalam ilmu agama dan mapun pengetahuan umum.

“Anak-anak ini harus diititipkan di ponpes NU, karena pendidikan di luar sudah sedemikain bebas. Demikian pula pola pergaulan yang sulit dikontrol. Pilih pondok pesantren juga harus hati-hati. Jangan asal mondok. Pondok pesantren itu ada kiainya atau tidak,” pesannya.

General Manajer PT Alfaria Trijaya, Nurrahman mengungkapkan kegiatan khitanan massal hari ini merupakan salah satu pemanfaatan sumbangan uang kembalian pelanggan Alfamart yang dikumpulkan melalui NU Care LAZISNU periode 1-31 Mei 2017.

“Pada periode tersebut dana yang terkumpul senilai 864 juta rupiah. Selain khitanan ini juga akan digunakan untuk renovasi masjid, terutama tempat wudlu dan toilet.kami berharap kerjasama dengan NU Care LAZISNU dapat diteruskan,” kata Rahman.

Pondok Pesantren Tegal

Salah satu orangtua peserta, Abdusalam, mengungkapkan kegiatan khitanan massal adalah hal yang sangat bermanfaat. Ia bersyukur, dengan adanya kegiatan tersebut.

“Anak saya Irfan Ibrahim, kelas dua SD. Dia semangat dan senang ikut khitanan massal” kata pria yang tinggal di Beji, Depok.

Sementara M Rafka Aljabbar, peserta asal Ciganjur menceritakan walau awalnya sedikit takut, akhirnya senang juga sudah disunat.

Pondok Pesantren Tegal

“Senang, dapat sepeda,” cerita Rafka. Selain mendapatkan sepeda, setiap peserta juga menerima uang santunan. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pemurnian Aqidah Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 03 Februari 2017

Gus (ti)Dur

Setelah mendapat gelar Kanjeng Pangeran Aryo dari Keraton Surakarta, Gus Dur berbincang dengan Sinuhun Paku Buwono XII.

“Tapi nanti saya tidak mau dipanggil dengan panggilan Gusti seperti orang keraton itu, lho,” kata Gus Dur.

“Lha kok bisa, Gus? Apa takut dianggap syirik?” tanya Sinuhun. (Gusti dalam bahasa Jawa dapat bermakna raja,-red)

“Bukan apa-apa. Cuma nggak enak aja kalau ditambahi tambahan Gusti. Nanti, malah bisa keliru panggilannya jadi Gus Tidur,” jawab Gus Dur. (Ajie Najmuddin)

Gus (ti)Dur (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus (ti)Dur (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus (ti)Dur

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Pesantren Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 02 Februari 2017

Kicauan Menteri Agama Soal Buka Warung di Bulan Puasa

Oleh Waki Ats Tsaqofi

Baru-baru ini, menjelang puasa Ramadhan sosial media (Sosmed) ramai setelah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta agar tak ada pihak yang memaksa warung-warung ditutup selama berlangsungnya bulan Ramadhan. Dia berharap agar umat Islam menghormati sesama yang tidak menjalani puasa.

"Warung-warung tak perlu dipaksa tutup. Kita harus hormati juga hak mereka yang tak berkewajiban dan tak sedang berpuasa," demikian seperti dari akun Twitter Lukman Hakim, @lukmansaifuddin, Senin (8/6).

Kicauan Menteri Agama Soal Buka Warung di Bulan Puasa (Sumber Gambar : Nu Online)
Kicauan Menteri Agama Soal Buka Warung di Bulan Puasa (Sumber Gambar : Nu Online)

Kicauan Menteri Agama Soal Buka Warung di Bulan Puasa

Apa yang dilakukan Menteri Agama ini, mengingatkan kita pada sikap mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ia pernah mengatakan, "Jika kita merasa terhormat, maka kita akan berpuasa dengan menghormati yang tidak berpuasa."

Menag mengeluarkan pernyataan menanggapi Agung Prasetyo Utomo, melalui akun twitternya @agungprasetyo_u. Dia meminta agar sekalian saja warung-warung ditutup. Pasalnya menurut Agung, keberadaan warung-warung yang buka siang hari tersebut akan mengurangi khidmatnya Ramadhan. Namun Lukman tetap bersikukuh bahwasanya dengan membiarkan warung-warung tetap buka, akan memudahkan pemeluk agama lain. Islam harus menjadi agama yang toleran. Sejauh ini penutupan paksa terhadap warung-warung di bulan puasa merupakan tindakan sepihak yang dilakukan Ormas berbau islami. "Hemat saya, kita semua saling menghormati hak orang lain," balas Lukman.

Pondok Pesantren Tegal

Tapi anehnya ketika Wali Kota Bandung Ridwan Kamil pun ikut memperbolehkan pemilik tempat makan buka di siang hari selama bulan suci Ramadhan. Para Netizen tidak memprotesnya bahkan media-media radikal yang sempat diblokir oleh pemerintah ikut bungkam kerika Kang Emil, sapaan akrab Wali Kota Bandung itu. Emil menegaskan tidak akan membuat aturan khusus terkait hal itu. Emil mengaku hanya akan mengimbau para pedagang agar menghormati umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. "Karena sebagian pedagang juga kan orang Islam. Jadi imbauan kepada pedagang yang juga orang Islam pasti akan mudah dituruti," ujar Emil di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Senin (15/6/2015).

Kedua orang tersebut sama-sama mengatakan pendapatnya bahwa tidak akan menutup warung yang buka di bulan puasa, tapi anehnya Menag di-bully sedangkan Pak Wali Kota Bandung tidak ada yang berkomentar. Mem-bully Menag seakan akan Menag salah langkah dan tak islami, tapi ketika Wali Kota Bandung yang sama sikapnya, tidak mereka komentari dan persalahkan. Ada apa ini kira-kira? Padahal dari dulu tidak ada masalah?

Pondok Pesantren Tegal

Mungkin karena Pak Lukman salah satu orang yang membumikan Islam Nusantara yang menumbuhkan karakter wasathiyah, moderat, dan toleran agar tidak ada perpecahan. Makanya para netizen dan media-media radikal (tidak senang terhadap adanya istilah Islam Nusantara) menghujat, disindir, dan terus dibacarakan di mana-mana. Andai kata Kang Emil termasuk salah satu orang yang membumikan Islam Nusantara mungkin juga dihujat habis-habisan. Hehe J 

Terlepas dari itu, saya mencoba memberikan sedikit padangan, orang sedang mencari nafkah, masa iya dilarang? Makin banyak warung buka siang hari di hadapan kita, berarti tantangan dan ujian akan kualitas puasa kita akan besar pula. Semakin banyak tantangan, semakin tinggi pula kelas puasa kita, iya kan? Kalaupun warung disuruh tutup, maka warung-warung yang buka jajanan buka puasa di sore hari harus tutup juga dong? Karena penjual kue sore hari ini yang banyak batalin puasa kita. Karena bikin ngiler lidah dan mata jadi hijau lihat aneka jajanan buka puasa yang enak-enak. Iya kan?

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh ampunan, bulan penuh rahmat, bulan untuk mengumpulkan pahala, bulan di mana saatnya keagamaan ditingkatkan. Bulan Ramadhan, bulan di mana toleransi harus lebih dijalankan buat yang tidak berpuasa. Hormati yang lagi beribadah puasa, hargai bulan suci ini. Sekarang timbul pertanyaan, apakah yang dihormati hanya yang berpuasa? Atau coba berpikir sebaliknya, apakah yang berpuasa juga sudah menghormati dan menghargai yang tidak berpuasa?

Perilaku beragama masyarakat Indonesia yang cenderung moderat, toleran, dan akomodatif. Saling menjaga dan menghormati satu sama lain menjadi salah satu faktor yang menjadikan bangsa ini bisa bersatu dan hidup rukun di antara puluhan bahkan ratusan macam suku dan bahasa. Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, bisa mewujudkan kehidupan yang rukun dan penuh toleransi dengan pemeluk agama lain.

Selamat berpuasa. Tetap Toleran terhadap sesama.

 

Waki Ats Tsaqofi, Anggota SEMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kader PMII Komfaka

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Budaya Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 01 Februari 2017

Awal Tarawih dan Puasa Tunggu Hasil Rukyat

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Lajnah Falakiyah PBNU menegaskan, penetapan tangga 1 Ramadhan 1435 H atau awal puasa masih menunggu hasil rukyatul hilal yang dilaksanakan pada Jum’at (27/6) hari ini, bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban. Rukyatul hilal atau pengamatan bulan sabit dilakukan sesaat setelah matahari tenggelam.

Awal Tarawih dan Puasa Tunggu Hasil Rukyat (Sumber Gambar : Nu Online)
Awal Tarawih dan Puasa Tunggu Hasil Rukyat (Sumber Gambar : Nu Online)

Awal Tarawih dan Puasa Tunggu Hasil Rukyat

Demikian disampaikan Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri di Jakarta, Jum’at (27/6) menjawab pertayaan wartawan. “Kami mengimbau warga menunggu hasil rukyatul hilal terlebih dahulu,” kata Kiai Ghazalie.

Dengan demikian pelaksanaan shalat tarawih juga masih menunggu hasil rukyatul hilal yang dilanjutkan dengan sidang itsbat di kantor Kementerian Agama.

Pondok Pesantren Tegal

Menurut Kiai Ghazalie, tahun ini Lajnah Falakiyah PBNU akan mengoordinir pelaksanaan rukyat di sedikitnya 70 titik rukyat yang tersebar di berbagai tempat strategis di Indonesia, seperti pantai, bukit, menara atau balai rukyat.

Pondok Pesantren Tegal

Pelaksanaan rukyat sendiri akan dipandu oleh hasil hisab atau perhitungan astronomis yang telah dicetak dalam almanak NU. Data hisab penentuan awal Ramadhan 1435 H dalam almanak NU untuk markaz Jakarta menunjukkan, ijtima’ atau konjungsi baru terjadi pada pukul 15.07.

Artinya umur hilal pada saat dilakukan rukyat hanya sekitar tiga jam dari waktu tenggelam matahari, pada tanggal 29 Sya’ban. Sementara Ketinggian hilal hanya 0 derajat 25 menit di atas ufuk.

Dalam kondisi seperti itu, hilal dinyatakan belum imkanur rukyat atau belum mungkin dilihat. Namun, proses rukyatul hilal tetap harus dilaksanakan sebagai prasyarat penentuan awal bulan dalam sistem penanggalan Islam. (A. Khoirul Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sholawat, Kajian Pondok Pesantren Tegal