Rabu, 29 Desember 2010

Dikelola Tidak Produktif, Wakaf Kehilangan Potensi Berkembang

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Wakaf merupakan salah satu ajaran Islam yang dapat berfungsi sebagai alat penciptaan keadilan sosial. Berbeda dengan zakat dan infak yang bisa dimanfaatkan secara langsung dan dihabiskan, wakaf diharapkan dikelola sebagai harta abadi yang hasilnya dimanfaatkan secara terus menerus.

Dikelola Tidak Produktif, Wakaf Kehilangan Potensi Berkembang (Sumber Gambar : Nu Online)
Dikelola Tidak Produktif, Wakaf Kehilangan Potensi Berkembang (Sumber Gambar : Nu Online)

Dikelola Tidak Produktif, Wakaf Kehilangan Potensi Berkembang

Temuan Badan Wakaf Indonesia (BWI) menunjukkan adanya 4.142 juta km persegi tanah wakaf di Indonesia. Sayangnya lebih dari 90 persen pemanfaatannya untuk pemakaman, masjid, dan pesantren atau sekolah Islam. JE Robbyantono dari divisi pengelolaan dan pemberdayaan BWI mengungkapkan wakaf seharusnya dikelola secara produktif sehingga menghasikan keuntungan bukan menimbulkan biaya tambahan untuk pengelolaannya. Hal ini dijelaskan dalam pertemuan antara BWI, para wartawan, dan pemangku kepentingan BWI di Jakarta, Rabu (29/6). Akibatnya, biaya-biaya tersebut harus ditanggung oleh masyarakat berupa mahalnya biaya dan penjualan tanah kuburan, sekolah yang mahal, dan kotak infak masjid. Jika dikelola secara produktif, harta wakaf bahkan bisa dimanfaatkan untuk operasional dan pembangunan masjid, pendidikan gratis, kesehatan gratis, lembaga kajian strategis, dan lainnya.?

Salah satu yang sedang digagas oleh BWI adalah membangun properti berupa gedung perkantoran Global Wakaf Tower yang berlokasi di daerah Kuningan Jakarta bekerja sama dengan Islamic Development Bank (IDB) sebagai sarana untuk meningkatkan produktifitas tanah wakaf di lokasi-lokasi strategis. Ia menjelaskan, tanah yang dikelola oleh Yayasan Raudhatul Mutaallimin ini setiap tahun hanya mendapatkan dana sebesar 200 juta. Pengembangan tersebut diharapkan mampu meningkatkan pendapatan sampai dengan 1.6 Miliar per tahun. Setelah masa kerjasama tersebut, potensi pendapatannya menjadi 6 miliar per bulan atau 72 miliar per tahun. Sebuah peningkatan yang luar biasa dengan perubahan tata kelola.

Wakaf produktif memang belum populer di Indonesia karena ? pemahaman yang masih lemah, baik masyarakat, wakif, nazhir, dan pemerintah sebagai regulator. Di sisi lain, terdapat permasalahan seperti terjadinya ruislagh tanah-tanah strategis di kota-kota besar yang tidak setara nilai ekonominya. Padahal untuk bisa menghasilkan keuntungan maksimal, maka lokasi-lokasi tanah wakaf yang akan dibangun harus berada di lokasi yang strategis. Menurutnya, lembaga keuangan saat ini juga belum memberikan dukungan untuk pengembangan aset wakaf menjadi produktif. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga wakaf juga menjadi persoalan.

Beberapa negara telah berhasil menjadikan aset wakafnya produktif seperti Singapura dengan Waqaf Real Estate Service (Warees). IDB sendiri memiliki program pendanaan untuk pengembangan aset wakaf melalui Awqaf Properties Investment Fund (APIF) yang telah mendanai sejumlah proyek di berbagai negara.

Pondok Pesantren Tegal

Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya keyakinan bahwa aset wakaf tidak boleh berkurang. Hal ini harus dilakukan pengkajian ulang.?

Pondok Pesantren Tegal

"Padahal namanya bisnis pasti ada risiko kerugian," jelasnya. Tanah di lokasi tertentu yang jalannya terkena proyek flyover harganya pun menjadi turun, katanya memberi contoh.

Bahrul Hayat dari Kementerian Agama dalam sesi yang sama melihat peranan ? wakaf dalam mengembangkan pendidikan. Ia berpendapat, wakaf harus diserahkan pada penyediaan layanan pendidikan yang bermutu dengan menyeimbangkan aset penguatan lembaga dan aset produktif untuk pengembangan program.?

Mengacu pada dana-dana endowment di Barat untuk pendidikan, sebagian besar diarahkan untuk pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan riset dan ilmu pengetahuan, chaired professorship, beasiswa, dan riset di bidang kemanusiaan. Dengan dukungan dana endowment yang besar, universitas terbaik di dunia bisa terus berkembang seperti Harvard yang memiliki dana abadi sebesar 35.8 miliar USD AS atau sekitar 483 triliun rupiah. Stanford University memiliki dana abadi 21.446 miliar USD, Massachusetts Institute of Technology memiliki dana abadi senilai 12.425 miliar USD. Universitas terbaik di Indonesia, seperti ITB, UI, dan UGM masih menggantungkan sebagian besar pendanaannya dari pemerintah dan kemampuan pendanaannya masih jauh dibandingan dengan universitas top kelas dunia. Universitas di negeri Muslim yang sudah memiliki dana wakaf adalah ? Al Azhar, dan yang terbaru adalah King Saud University dengan dana 2.7 miliar dolar Amerika Serikat. (Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ulama, Fragmen Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 01 Desember 2010

Akar Nasionalisme dari Pesantren

Semarang, Pondok Pesantren Tegal. Nasionalisme atau jiwa kebangsaan Indonesia, bukanlah kesadaran yang datang belakangan. Jiwa mencintai tanah air ini sudah mengakar jauh sebelum ada Indonesia. Dan akar itu ada di pesantren, di kalangan para ulama Nusantara.

Demikian disampaikan Katib Syuriyah PBNU KH Yahya Staquf salam sambutan pembukaan Konferensi Wilayah NU Jateng ke-14 di komplek sekolah Semesta Gunungpati, Semarang, Ahad (23/6).

Akar Nasionalisme dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Akar Nasionalisme dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Akar Nasionalisme dari Pesantren

Para kiai, sambung KH Yahya, sejak masa penjajahan sudah menyadari, mencintai dan membela tanah air adalah sebagian dari iman. Karena itu, nasionalisme adalah pengamalan syariat Islam. Jadi, semakin orang beriman, semakin cinta pada tanah airnya, dan semakin cinta pada bangsanya. Hal itu pula yang dijiwai oleh Hadlrotus Syaikh KH Hasyim Asy’ari ketika mendirikan NU di tahun 1926 masehi.

Pondok Pesantren Tegal

Kiai muda yang biasa dipanggil Gus Yahya ini mengungkapkan, para ulama Aceh pada tahun 1886, dalam dokumen yang ditemukan oleh peneliti NU Jadul Maula pernah berfatwa, jika suatu masa ada kerajaan berdiri setelah merdeka dari jajahan Belanda, umat Islam di Aceh wajib menaati kerajaan tersebut.

Pondok Pesantren Tegal

“Fatwa Ulama Aceh itu terbukti dengan pengakuan rakyat Aceh terhadap Proklamasi Kemerdekaan RI oleh Bung Karno, dan Aceh menjadi penyumbang sangat besar bagi berdirinya republik ini,” tuturnya.

NU, kata dia, ikut mendirikan republik ini. KH Abdul Wahid Hasyim yang menjadi anggota tim 9 (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia-PPKI), ikut menyusun piagam Jakarta dan menyetujui Pancasila dan UUD 1945. Jadi NU sejak dulu dan sampai kapanpun akan menjadi penjaga  NKRI.

Puncaknya, lanjut dia, pada Muktamar NU ke-27 tahun 1984 di Situbondo, Rais Am Syuriyah waktu itu, KH Ahmad Siddiq menegaskan, NKRI yang berdasar Pancasila dan UUD 1945 adalah bentuk final perjuangan umat Islam menjalankan syariat agama.

“Semua sikap NU dalam mendirikan dan mengawal republik ini, itu berdasar syariat. Ketika pada Oktober 1945 Rais Akbar NU KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad untuk membela tanah air, itu juga demi menjalankan syariat,” tuturnya.

Ia tegaskan, sikap NU yang seperti itu harus dikabarkan. Agar orang-orang tahu bahwa Islam itu bukan yang memusuhi NKRI, menuding Pancasila sebagai thoghut dan menganggap Indonesia negara kafir. Agar khalayak mengerti bahwa  yang bersikap seperti itu tidak mewakili umat Islam.

Pembukaan Konferwil dihadiri sejumlah tokoh nasional, sesepuh NU pejabat pemerintah, politisi, pengamat dari luar negeri maupun tokoh ormas lain. Diantaranya mantan gubernur Jateng Ali Mufiz, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, mantan Wakil Gubernur H Ahmad, Dubes RI untuk Aljazair Ahmad Niam Salim.

Redaktur      : Abdullah Alawi

Kontributor : Muhammad Ichwan

     

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaNu, Tokoh Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 28 Oktober 2010

Santri Didorong Jadi ‘Trendsetter’ dalam Percepatan Teknologi

Surabaya, Pondok Pesantren Tegal. Di tengah arus perkembangan teknologi, sudah saatnya santri tidak hanya menjadi follower (pengikut), tapi sebagai trendsetter (panutan). Hal inilah yang disampaikan KH. Abdul Ghoffar Rozin (Gus Rozin), Ketua Pengurus Pusat Rabithah Maahid Islamiyyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, dalam diskusi Hari Santri dalam agenda "Santri Urban Carnival" di Maspion Square, Surabaya, Rabu (25/10). 

Dalam diskusi "E-Literacy untuk Penguatan Pendidikan" yang dipandu moderator Munawir Aziz (LTN PBNU/Periset Islam Nusantara), hadir narasumber M. Hasan Chabibie (Pustekkom Kemdikbud), H. Ahmad Athoillah (Ketua Panitia Hari Santri). Hadir juga KH. Lukman Haris Dimyati (Ketua Gerakan Ayo Mondok, Pengasuh Pesantren Tremas Pacitan), Gus Reza Ahmad (Ketua RMI Jatim), dan beberapa kiai pengasuh pesantren di Jawa Timur.

Santri Didorong Jadi ‘Trendsetter’ dalam Percepatan Teknologi (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri Didorong Jadi ‘Trendsetter’ dalam Percepatan Teknologi (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri Didorong Jadi ‘Trendsetter’ dalam Percepatan Teknologi

Dalam diskusi ini, Gus Rozin menekankan betapa santri zaman sekarang harus percaya diri dan terus mengembangkan kreatifitas. "Santri zaman sekarang tantangannya di dunia digital. Kita punya instrumen untuk mengembangkan diri. Teknologi informasi hanya sebagai alat, sebagai wasilah, maka harus digunakan sesuai konteksnya agar bermanfaat secara maksimal," ungkap Gus Rozin.

Dalam agenda ini, Gus Rozien mengisahkan bahwa pesantren memiliki kultur pengetahuan yang kuat, dan tetap relevan dalam perkembangan digital sekarang. "Pesantren punya tradisi sanad, untuk menjaga pengetahuan. Ada teman-teman yang merumuskan Fikih Media Sosial, di antaranya menggali metode sanad untuk akurasi informasi," jelas pengasuh Pesantren Maslakul Huda, Kajen Pati, Jawa Tengah. 

Hasan Chabibie (Pustekkom Kemdikbud) menggambarkan betapa percepatan teknologi harus disikapi secara optimis. "Media televisi butuh 20 hingga 30 tahun untuk mempengaruhi publik, radio bahkan lebih lama. Sekarang, teknologi informasi dan media sosial sangat cepat berkembang. Komunitas santri harus siap dengan perkembangan ini, jadilah aktor yang mewarnai media sosial. Di sisi lain, komunitas pesantren harus memiliki knowledge management yang bagus, untuk mewariskan pengetahuan pesantren pada lintas generasi," tegasnya.

Pondok Pesantren Tegal

Ketua Hari Santri Nasional, H. Ahmad Athoillah (Gus Aik), mengingatkan para santri tentang kaidah penting. "Para santri punya kaidah: al-muhafadzatu ala al-qadimi as-shalih, wal akhdzu bil jadidi al-ashlah, menjaga sesuatu yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik. Kaidah ini dapat digunakan untuk masa kini, jadi kita menggunakan teknologi untuk mengambil manfaat yang lebih baik. Dengan tetap menjaga khazanah pesantren yang baik, di antaranya kemampuan mengaji kitab kuning dan mengkaji pelbagai masalah keagamaan-kehidupan yang kontekstual," pinta Gus Aik.

Agenda diskusi ini, ditutup dengan penyerahan hadiah bagi para pemenang Lomba Esai Pesantren dan Videotren (video pesantren). Rangkaian agenda Hari Santri diselenggarakan di berbagai kawasan, baik di pelosok Indonesia, maupun kota-kota di Eropa, Australia, Amerika dan Timur Tengah. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal AlaSantri, Kajian Sunnah, Kajian Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 10 Juli 2010

Pemkab Jombang Beri Insentif Takmir Masjid dan Musholla

Jombang, Pondok Pesantren Tegal - Pemerintah kabupaten Jombang, Jawa Timur, bakal memberikan insentif kepada takmir masjid dan musholla di setiap desa. Anggaran untuk pengelola tempat ibadah ini mencapai Rp 10 juta setiap desa.

Kepastian pemberian dana insentif bagi takmir masjid dan musholla ini dikatakan Bupati Nyono Suharli saat peluncuran dana Alokasi Dana Desa (ADD) serta Dana Desa (DD) yang bersumber dari APBN. "Untuk takmir masjid dan musholla juga kita anggarkan sebesar Rp 10 juta setiap desa," ujarnya di hadapan ratusan kepala desa se-Jombang di pendopo kabupaten, Rabu (27/1).

Pemkab Jombang Beri Insentif Takmir Masjid dan Musholla (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemkab Jombang Beri Insentif Takmir Masjid dan Musholla (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemkab Jombang Beri Insentif Takmir Masjid dan Musholla

Tidak hanya takmir masjid dan musholla, pemerintah juga memberikan insentif bagi penjaga makam yang nilainya sebesar Rp 3 juta. "Pada tahun anggaran 2016 ini insentif penjaga makam naik dari tahun sebelumnya," tambahnya.

Pondok Pesantren Tegal

Insentif juga bakal diberikan kepada kepala Rukun Tetangga (RT) dan rukun Warga (RW) yang nilainya setiap RT/RW sebesar Rp 500 ribu. "Kalau tahun lalu hanya Rp 100 ribu saja. Pada tahun ini setiap RT akan menerima insentif sebesar Rp 500 ribu. Ada sebanyak 9.984 RT/RW," kata Nyono.

Pondok Pesantren Tegal

Alokasi anggaran itu, dikatakan bupati Nyono harus dianggarkan oleh desa dari alokasi anggaran desa dan dana desa. Anggaran Alokasi Dana Desa untuk kabupaten Jombang tahun anggaran 2016 mencapai Rp 309 miliar. Anggaran itu bersumber dari APBD sebesar Rp 118 Miliar dan DD yang bersumber dari APBN sebesar Rp 191 Miliar."Ada 302 desa yang bakal menerima dari 306 desa dan kelurahan. Setiap desa rata rata menerima Rp 1 miliar lebih," pungkasnya.

Pemerintah Jombang setiap tahun juga memberikan insentif bagi guru ngaji di TPQ dan para penghafal Al-Quran atau hufadz.? Namun untuk guru TPQ dan hufadz ini anggarannya tidak melekat pada ADD dan DD, tetapi berada di bagian Kesra sekretariarat daerah. Setiap TPQ mendapatkan Rp 2,5 jutasetiap tahun sedangkan hufadz mendapatkan Rp 3 juta. (Muslim Abdurrahman/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaNu Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 03 Juni 2010

Kirim Santri Ke Mesir, Inilah Motif Syekh A Khotib Minangkabau

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal - Di antara ulama Nusantara yang menjadi imam besar di Mekkah adalah Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Selain mengajar di sekitaran Ka‘bah, ia juga mengarang beberapa kitab dengan berbagai macam bidang ilmu keislaman.

Syekh Ahmad Khatib Minangkabau memang tidak secara langsung menulis nasionalisme di dalam karya-karyanya, tetapi ia memiliki semangat nasionalisme. Hal itu ia buktikan dengan pengiriman murid-muridnya ke Mesir untuk menimba ilmu di sana dan menyerap semangat nasionalisme yang sedang menguat di Mesir.

Kirim Santri Ke Mesir, Inilah Motif Syekh A Khotib Minangkabau (Sumber Gambar : Nu Online)
Kirim Santri Ke Mesir, Inilah Motif Syekh A Khotib Minangkabau (Sumber Gambar : Nu Online)

Kirim Santri Ke Mesir, Inilah Motif Syekh A Khotib Minangkabau

Demikian disampaikan Zainul Milal Bizawie usai acara Kajian Turats Ulama Nusantara dengan tema Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Kemilau Nusantara di Tanah Mekkah di Islam Nusantara Center (INC) Ciputat, Tangsel, Sabtu (29/7).

"Motif yang dilakukan Syekh Ahmad Khatib mengirim santrinya ke Mesir, saya pikir untuk menimba semangat nasionalisme," ujar Gus Milal.

Pondok Pesantren Tegal

Senada dengan Penulis buku Masterpiece Islam Nusantara itu, Pemateri diskusi A Ginanjar Syaban menerangkan, saat itu menjadi pusat pergerakan belajar Indonesia yang sedang belajar di sana untuk menyuarakan kemerdekaan Indonesia di dunia internasional.

Pondok Pesantren Tegal

"Ini bisa disimak dari dua majalah. Pertama, Majalah Seruan Al-Azar yang ditulis dalam Arab pegon berbahasa Melayu tahun 1925 sampai 1927 dan diterbitkan oleh Thohir Jalaluddin, Mahfud Yunus, dan Idris Marbawi. Kedua, Majalah Merdeka," urainya.

Alumni Al-Azhar Kairo Mesir itu menambahkan, terjadi korespondensi antara dua majalah tersebut dengan majalah pelajar Indonesia yang ada di Belanda, Bintang Timur. Mereka bertugas menyebarkan gagasan terkait dengan cara memerdekakan Bumi Putera.

"Semangat kemerdekaan ini terus diperjuangkan oleh para murid Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Dengan melobi para pejabat kerajaan Mesir," ungkapnya.

Lebih lanjut, Ginanjar menceritakan bahwa setelah Perdana Menteri Mesir saat itu Nukrashi Pasya mengetahui bahwa ada negara yang penduduk Muslimnya besar. Lalu kemudian, Nukrashi bersama dengan Sekjen Liga Arab mengampanyekan kemerdekaan Indonesia di koran-koran Negara Arab, bahkan dibawa ke dalam sidang Liga Arab.

"Liga Arab mendukung penuh dan berhasil menekan PBB. Sampai PBB menekan Belanda agar menghentikan agresi militernya. Makanya kemerdekaan Indonesia pada 1949, merdeka secara total," terangnya.

Menurut Dosen Turats STAINU itu, ini juga tidak lepas dari perjuangan santri-santri Nusantara yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tempat di mana mereka belajar.

"Tentang nasionalisme Syekh Ahmad Khatib sangat jelas sekali traknya," tegas Direktur INC itu. (Muchlishon Rochmat/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Ulama Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 09 Maret 2010

Berbahaya, Jika Islam Dipahami Hanya Sebatas Gerakan

Jakarta, NU.Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi dan Syeikh Agung Al-Azhar Prof Dr Mohamed Sayed Tantawi  dalam pertemuannya di Kairo, Mesir, sependapat bahwa Islam tidak bisa dipahami hanya sebagai konsep gerakan semata, tapi harus di pahami secara holistik sebagai sebuah ajaran. Jika pola pikir gerakan yang dikedepankan, ini sangat berbahaya. Pasalnya pemahaman seperti ini hanya akan memberikan penilaian salah dan memasukan Islam sebagai kelompok radikal. Padahal, unsur radikalisme itu ada pada semua agama.

"Dalam pertemuan itu, PBNU dan Al-Azhar sepakat memprakarsai suatu pertemuan internasional di Jakarta untuk menampilkan Islam sebagai ajaran, dan bukan sebagai gerakan atau kekuatan. Sebab, sangat berbahaya, jika Islam hanya dipahami sebagai gerakan," kata Hasyim Muzadi,  Minggu (25/5).

Menurut Gus Hasyim, Pertemuan internasional yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta sekitar akhir 2003 ini, akan dihadiri para rektor universitas Islam di seluruh dunia, di samping para ulama yang membidani bidang ajarannya, bukan politikus Islam.

Muzadi dan Syeikh Tantawi berpandangan bahwa realitas sekarang  yang sangat ditonjolkan adalah Islam sebagai gerakan atau kekuatan, sehingga seolah-olah Islam itu berhadap-hadapan atau saling memusuhi dengan negara-negara Barat atau kelompok non-Islam lainnya.

"Sehingga pada gilirannya sangat merugikan dunia Islam dalam konteks hubungan internasional. Oleh karena itu, perlu kita tampilkan Islam sebagai ajaran atau sebagai filsafat hidup yang mengandung kebenaran rahmatan lil alamin (menjadi rahmat bagi semesta alam)," paparnya.

Pelaksanaan pertemuan internasional yang akan dijadwalkan itu  merupakan bagian dari upaya PBNU dalam langkah menjembatani antara dunia Islam dan dunia Barat, yang dalam hal ini akan difokuskan ke Eropa.

Dalam upaya menjembatani dunia Islam dan dunia Barat ini, PBNU telah berkunjung ke negara-negara Eropa, dan bertemu dengan pimpinan parlemen Uni Eropa serta sejumlah pejabat di sana, khususnya di Jerman beberapa waktu lalu, dan ternyata mereka mengharapkan agar NU menjembatani hal tersebut.

"Bertalian dengan itu, PBNU yakin bahwa jembatan yang paling baik adalah jika Islam ditampilkan sebagai ajaran, dan bukan sebagai kekuatan," tandas Muzadi.

Pada kesempatan tersebut, PBNU dan pihak Al-Azhar sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan. Dalam pertemuan dengan Syeikh Al-Azhar tersebut, Muzadi didampingi sejumlah pimpinan PBNU, di samping Kepala Bidang Politik Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo Agil Salem Al-Attas mewakili Dubes RI untuk Mesir Prof Dr Bachtiar Ali, MA yang saat ini melakukan tugas kerja di Jakarta, dan Kasub-Bidang Protokoler KBRI Krishna Djelani.

KH Hasyim Muzadi bersama rombongan PBNU melakukan kunjungan selama beberapa hari ke Mesir setelah melakukan ibadah umrah di Arab Saudi. Dalam kunjungan tersebut beliau didampingi oleh KH Abdul Aziz Ahmad, KH Masduki Baidlawi,  Ronin Hidayat, KH Sofyan Hidayat Bin Najmuddin. KH. Mas Soebadar, KH A. Idris Muzakki, Slamet Effendy Yusuf,  KH. Abd Wahid Bisri, Fakhrurozi, Muhammad Nafi, Ibu Mutammimah Muzadi,  Siti Aniroh Slamet,  Abd Hikam Hidayat, Elina Almaghfiroh, Laily Abidah, dan Alfi Rahamawati.

Selama di Mesir, selain bertemu dengan Syeikh Al-Azhar, juga Rektor Universtas Al-Azhar Prof Dr Omar Hashim, dan Wakil Menteri Waqaf Mesir. Dalam pertemuan tersebut, PBNU sepakat dengan kementerian wakaf untuk kerja sama di bidang wakaf, dan dalam hal ini PBNU akan mengirim tim khusus untuk melakukan studi banding ke Mesir menyangkut pelaksanaan wakaf.

"Manajeman wakaf  sangat penting dipelajari, karena selama ini kita belum mempraktekan secara baik manajeman wakaf, padahal persoalan ini sangat bertalian dengan pemanfaatan harta umat" ungkapnya.(Kln-S/kol/cih)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Internasional Pondok Pesantren Tegal

Berbahaya, Jika Islam  Dipahami Hanya Sebatas Gerakan (Sumber Gambar : Nu Online)
Berbahaya, Jika Islam Dipahami Hanya Sebatas Gerakan (Sumber Gambar : Nu Online)

Berbahaya, Jika Islam Dipahami Hanya Sebatas Gerakan

Kamis, 28 Januari 2010

LKNU Sumenep Periksa 400 Penderita Sakit Mata

Sumenep, Pondok Pesantren Tegal. Lembaga Kesehatan Nahdatul Ulama (LKNU) Kabupaten Sumenep mengadakan pemeriksaan (screening) mata di sekretariat PCNU pada Sabtu (2/10. Sekitar 400 orang memeriksakan kesehatan matanya.

Menurut Ketua LKNU Sumenep Hadariyadi, jumlah pengunjung yang memeriksakan kesehatan matanya di luar dugaan. Hingga H-1, peserta yang mendaftar hanya sekitar 300 orang. "Gak tahu tiba-tiba banyak yang datang dan langsung mendaftar di tempat," katanya.

LKNU Sumenep Periksa 400 Penderita Sakit Mata (Sumber Gambar : Nu Online)
LKNU Sumenep Periksa 400 Penderita Sakit Mata (Sumber Gambar : Nu Online)

LKNU Sumenep Periksa 400 Penderita Sakit Mata

Sebelumnya, LKNU telah menyebarkan pengumuman operasi katarak gratis melalui SMS dan jejering sosial. Dalam pengumuman itu disebutkan warga yang hendak mengikuti program tersebut harus terlebih dahulu mendaftar kepada beberapa panitia yang telah ditunjuk dan disyaratkan menyerahkan selembar foto copy kartu tanda penduduk.

Pondok Pesantren Tegal

Sekalipun langsung mendaftar di tempat, semua pengunjung dilayani. "Sekalipun di luar kuota kami, semuanya tetap diperiksa. Kasihan mereka telah datang jauh-jauh dari rumahnya," katanya di kantor PCNU Jalan Trunojoyo.

Pemeriksaan mata tersebut untuk mengetahui orang-orang yang akan dioperasi katarak. Karena tidak semua orang yang diduga mengalami katarak bisa dioperasi karena ternyata bukan katarak, atau katarak tetapi sudah sangat parah sehingga tidak bisa dioperasi.

Pondok Pesantren Tegal

Dari ratusan orang yang memeriksakan kesehatan matanya, terdapat 96 orang yang positif menderita katarak. Mereka akan menjalani operasi pada tanggal 15-17 November 2013 di RSUD dr. H. Moh. Anwar, Sumenep. (Kamil Akhyari/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul, Daerah Pondok Pesantren Tegal