Sabtu, 30 Mei 2015

Koperasi Mabadikku Kembangkan Operasi Fintech

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal



Fintech atau finansial technology, belum banyak orang yang memahami kata ini. Tetapi itulah  salah satu inovasi terbaru yang menggabungkan antara keuangan dan teknologi, yang menghasilkan transaksi keuangan yang mudah tetapi aman. Fintech inilah yang akan dikembangkan oleh Koperasi Mabadiku Bintang Sembilan yang merupakan koperasi yang dimiliki oleh warga NU.

Koperasi Mabadikku Kembangkan Operasi Fintech (Sumber Gambar : Nu Online)
Koperasi Mabadikku Kembangkan Operasi Fintech (Sumber Gambar : Nu Online)

Koperasi Mabadikku Kembangkan Operasi Fintech

“Kami memang ingin membangun pondasi ekonomi berbasis financial technology di lingkungan NU,” kata Ketua Umum Koperasi Mabadikku Irnanda Laksamawan di gedung PBNU, Sabtu.

Salah satu produk dari Mabadikku adalah M-Cash atau Mabadikku Cash. Dengan kartu ini, bisa melakukan sejumlah transaksi seperti transfer uang antara M-Cash, membayar listrik, BPJS, beli pulsa, dan lainnya. 

“Jadi, santri yang habis lulus dari pesantren, belum punya pengalaman berwirausaha, belum punya jaringan, belum punya modal. Asal rajin saja, bisa memanfaatkan M-Cash untuk berusaha,” katanya dalam rapat anggota tahunan Mabadikku. 

Pondok Pesantren Tegal

Fintech saat ini juga berkembang sangat cepat. Mantan Ketua Umum Ikatan Alumni ITS Surabaya ini menuturkan, Mabadiku sedang mengembangkan layanan pengambilan uang di ATM tanpa perlu menggunakan kartu ATM sebagaimana yang berlaku saat ini. Dengan metode paling canggih ini, dengan notifikasi yang ada, uang dari mesin langsung akan keluar. Hidup akan semakin praktis karena tidak perlu lagi membawa-bawa dompet yang tebal dengan beragam kartu. 

Dengan potensi ekonomi yang sangat besar tersebut, fintech akan mampu mendayagunakan potensi ekonomi di lingkungan NU yang selama ini masih terpendam. Mantan Deputi Kementerian BUMN ini menjelaskan, inklusi keuangan di Indonesia saat ini baru menyentuh angka 20 persen. Banyak orang punya uang, tetapi tidak menyentuh dunia perbankan karena berbagai kendala, seperti jarak yang jauh di daerah-daerah perbankan.

Pondok Pesantren Tegal

Produk lain yang digagas adalah minimarket Mabadiku. Berbeda dengan minimarket biasa yang mematikan pedagang kecil di sekitarnya. Mabadiku Mart memiliki sistem yang membangun kerjasama dengan toko kelontong di sekitarnya. Mereka akan disetori barang kemudian pembayarannya dilakukan dengan payment online system (POS). Minimarket ini hanya memerlukan modal minimal 200 juta. Jauh lebih kecil daripada minimarket besar yang kini mensyaratkan ketersediaan modal sampai 700 juta.

Mabadiku sendiri merupakan koperasi primer tetapi bersifat nasional karena pendaftarannya berbasis Information Communication Technology (ICT). Keanggotaannya tersebar di berbagai daerah di seluruh Indonesia. (Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Internasional, Fragmen Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 29 Mei 2015

Jihad Pagi Bahas Manisnya Ibadah

Pringsewu, Pondok Pesantren Tegal. Sebagai salah satu cara Allah memberikan rahmat-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya adalah dengan memberikan tugas atau kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap makhluq-Nya. Dengan kewajiban-kewajiban yang diberikan ini banyak makhluq seperti manusia merasa berat untuk melakukannya.

Padahal jika kewajiban itu dilakukan orang yang beriman dan diberi rahmat-Nya, maka kewajiban itu tidak akan menjadi beban berat. Sebaliknya, kewajiban yang dilakukannya akan berubah menjadi sebuah kenikmatan yang luar biasa.

Jihad Pagi Bahas Manisnya Ibadah (Sumber Gambar : Nu Online)
Jihad Pagi Bahas Manisnya Ibadah (Sumber Gambar : Nu Online)

Jihad Pagi Bahas Manisnya Ibadah

Demikian penjelasan KH Sujadi Saddad ketika menjadi pemateri tafsir Al-Quran pada Kegiatan Jihad Pagi (Ngaji Ahad Pagi) yang rutin dilaksanakan di Gedung NU, Ahad (8/11). Dalam Jihad Pagi yang dimulai tepat pada pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 07.00 WIB ini, ia menjelaskan tafsir lafadz Ar-Rahman dan Ar-Rahim.

Pondok Pesantren Tegal

Lebih lanjut Abah Sujadi menjelaskan bahwa dengan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Allah SWT menyimpan sesuatu yang belum kita ketahui. "Kewajiban-kewajiban kita selaku makhluq-Nya seperti beribadah tidak berarti memberatkan dan mempersulit kita. Allah akan mempermudah kepada semua yang telah diciptakan-Nya," tegasnya.

Abah Sujadi mencontohkan hal ini dengan bentuk pendidikan orang tua kepada anak-anaknya. "Cara orang tua mendidik anaknya terkadang terkesan membebani anak. Dengan bentuk aturan yang ketat, orang tua tidak bosan-bosan mengingatkan bahkan terkadang memarahinya dan memberi hukuman kepada anaknya," katanya.

Pondok Pesantren Tegal

Namun di balik semua itu, ada hal yang terkadang jarang diketahui oleh anak-anaknya. "Membuat peraturan, mengingatkan, memarahi dan pemberian hukuman merupakan wujud kasih sayang orang tua kepada putra-putrinya," lanjut Mustasyar PCNU Pringsewu ini.

Di akhir Jihad Pagi itu, Abah Sujadi memberikan ijazah berupa dzikir agar hati tenang dan jiwa lapang dalam mengarungi kehidupan di dunia. "Baca ayat Al-Quran surat Al-Fajri ayat 27 dan 28 sebanyak 101 kali. Yang 100 dibaca biasa dan yang 101 dibaca sambil menyilangkan kedua tangan di dada," jelasnya. (Muhammad Faizin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaNu Pondok Pesantren Tegal

Histeria Grup Musik Debu di Induk Pesantren Indonesia

Kebumen, Pondok Pesantren Tegal. Grup musik Debu tampil di depan puluhan ribu jamaah pesantren tertua di Jawa Tengah, Alkahfi Somalangu Kebumen. Lantunan khas Debu pun sontak membuat para penonton berdiri bermaksud mengikuti irama khasnya, hingga kemudian pihak panitia meminta para penonton agar tetap duduk di tempat masing-masing.

?

Histeria Grup Musik Debu di Induk Pesantren Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Histeria Grup Musik Debu di Induk Pesantren Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Histeria Grup Musik Debu di Induk Pesantren Indonesia

Vokalis Debu, Mustafa mengaku sangat gembira bisa tampil di pesantren Alkahfi yang menurutnya sebagai induk dari seluruh pesantren yang ada di Indonesia. Terlebih bisa bersua dengan puluhan ribu jamaah pesantren paling bersejarah di negeri ini.

?

"Kami sangat senang, jadi kami akan tampilkan yang terbaik," kata Mustafa saat akan memulai memainkan alat musiknya di Pesantren Alkahfi Somalangu, Kebumen, Ahad (29/5) malam.

Pondok Pesantren Tegal

?

Debu tampil di pesantren Alkahfi Somalangu melalui biaya Debu sendiri. Hal ini diakui Mustafa sebagai wujud menghormati sejarah pesantren tertua yang dinilainya tidak lelah dan terus eksis ikhlas melayani umat dari generasi ke generasi.?





Pondok Pesantren Tegal

Salah satu penonton asal Wonosobo, Jawa Tengah, Fikri mengaku gembira melihat secara langsung penampilan Debu.

?

"Debu melantunkan lagu dengan membawa nilai-nilai historis. Tatkala saat ini banyak yang melupakan sejarah, seperti anak lupa dengan kakeknya, namun penampilan Debu mengingatkan kita," papar Fikri.

Pada acara siang harinya, dalam diskusi out door, M. Fathul Maskur (Hubungan Internasional PP GP. Ansor) berharap pesantren Alkahfi Somalangu Kebumen sebagai pesantren tertua yang telah menginspirasi hadirnya pesantren-pesantren di Indonesia dengan menggelar kegiatan Alkahfi Intercultural Fair telah memberikan edukasi tambahan pada seluruh pesantren yang ada saat ini.

Sekarang ini, lanjut Maskur, banyak orang menilai keras ajaran Islam, pesantren tertua ini dengan acara AIF menegaskan sebaliknya. Pesantren Alkahfi menampilkan berbagai budaya dari berbagai negara dengan para penampilnya beragama non-Islam.

?

"Pesantren Alkahfi sebagai pesantren tertua ini saat ini memperlihatkan apabila ajaran Islam itu seperti yang ditampailkan dalam acara AIF ini. Ratusan orang non-Muslim berjoged di panggung pesantren tertua ini. Inilah Islam," paparnya.

?

Penulis buku Islam Nusantara, Ahmad Baso berharap, nilai-nilai kepesantrenan bisa tersiar dalam pentas global. Mengingat, nilai-nilai kepesantrenan sebagai wujud Islam Nusantara.

?

"Nilai-nilai kepesantrenan seharusnya tersebar ke seluruh dunia," harapnya.

?

Pembicara lain, Hariqo Wibawa Satria (Koordinator Komunitas Peduli ASEAN) menilai, sudah saatnya santri menjadi generasi uploader bukan downloader. Generasi santri produktif bukan konsumtif. Ia juga beranggapan, dengan era internet saat ini, setiap santri dituntut untuk menjadi diplomat.

?

"Setiap santri adalah diplomat. Jadi harus bisa memanfaatkan internet sebaik-baiknya," katanya.

?

Debu dalam penampilannya merupakan penutup dari serangkaian acara Alkahfi Intercultural Fair yang diselenggarakan oleh pesantren Alkahfi Somalangu Kebumen. Setelah pagi sebelumnya tampil sembilan budaya dari sembilan negara. (Septika Wahyu Diananda/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Amalan, Sholawat, Hikmah Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 28 Mei 2015

Sekolah Ma’arif NU se-Cirebon Siap Dirikan Komisariat IPNU-IPPNU

Cirebon, Pondok Pesantren Tegal. Puluhan kepala sekolah Ma’arif NU dan sekolah yang dikelola warga NU se-kabupaten Cirebon menandatangani nota kesepahaman dengan cabang IPNU dan IPPNU Cirebon, di STAI Bunga Bangsa Cirebon jalan Widasari III Tuparev, Cirebon, Ahad (20/4). Mereka sepakat mendirikan komisariat di sekolah masing-masing dan memberlakukan pengenaan logo pelajar NU pada pakaian seragam siswa.

“Kehadiran komisariat IPPNU di sekolah sangat penting terutama di dalam membangun kader NU. Misalnya, ketika lulus dari sekolah, mereka tidak tergagap dan minder dalam mengamalkan amaliyah NU seperti tahlilan, barzanjian, sholawatan, dan lainnya,” kata Sekretaris PP IPPNU bidang Pembentukan Komisariat Wahyu Widiya dalam acara sosialisasi pendirian komisariat IPNU-IPPNU di Cirebon.

Sekolah Ma’arif NU se-Cirebon Siap Dirikan Komisariat IPNU-IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Sekolah Ma’arif NU se-Cirebon Siap Dirikan Komisariat IPNU-IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Sekolah Ma’arif NU se-Cirebon Siap Dirikan Komisariat IPNU-IPPNU

Beda sekali dengan para pelajar sekolah meskipun dikelola oleh LP Maarif NU dan warga NU. Mereka cenderung lepas dari tradisi NU, tandas Widiya.

Pondok Pesantren Tegal

Kehadiran komisariat IPPNU di sekolah-sekolah, menurut Widiya, juga berfungsi mengembangkan potensi kepemimpinan para siswi mengingat OSIS kerap didominasi para siswa.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara guru bidang Kesiswaan SMK Ma’arif NU Pangenan Muttaqin dalam forum itu meminta pengurus cabang untuk istiqomah membina komisariat-komisariat IPPNU di sekolah. Pasalnya, komisariat-komisariat itu pernah dibentuk di sekolahnya pada 2001 tetapi sebentar kemudian organisasi pelajar itu mati.

“Ini disebabkan lebih karena minimnya arahan, bimbingan, dan sapa dari pengurus cabang,” tegas Muttaqin.

Kemandekan dan tidak berkembangnya komisariat IPNU dan IPPNU di sekolah, kata Ketua PC IPPNU kabupaten Cirebon Putri Hidayani, lebih dikarenakan minusnya perhatian sekolah kepada komisariat.

“Pihak sekolah lebih mendukung kegiatan OSIS yang selanjutnya kurang fokus mendukung IPPNU di sekolah. Padahal jangkauan gerakan komisariat IPPNU lebih luas dan jauh ke depan. Karenanya, kita sepakat dengan Ma’arif NU untuk mengganti OSIS dengan komisariat di sekolah masing-masing,” terang Putri.

Padahal keberlangsungan komisariat IPNU dan IPPNU di sekolah, tegas Putri, bukan hanya tanggung jawab pembina maupun pengurus cabang tetapi juga sinergitas dari pihak sekolah. Sedangkan pengalaman yang sudah-sudah, pihak sekolah bersikap acuh terhadap kehadiran komisariat, imbuh Putri.

Ia menyebut proyek sukses kehadiran tunggal komisariat IPNU dan IPPNU tanpa OSIS pada sekolah-sekolah di bawah naungan YLPI Buntet Pesantren, SMPNU Gebang, serta MANU dan MtsNU Ambit Waled.

“Gerakan ini harus didukung terutama oleh pihak sekolah. Di sekolah kami Mts NU Putra I Buntet Pesantren, hanya ada komisariat IPNU. Kita hanya mengadakan komisariat IPNU di sekolah agar semua pelajar sadar bahwa mereka itu IPNU. Kalau ada OSIS dan komisariat IPNU, justru menjadi rancu. Karenanya, kita mendukung penghapusan OSIS,” kata guru pembina IPNU di MtsNU Buntet.

“Kemenag dan Kemendiknas kabupaten Cirebon sangat mendukung gerakan penggantian OSIS menjadi komisariat IPNU dan IPPNU terutama di sekolah Maarif NU dan sekolah yang dikelola warga NU,” tandas Putri di mana sepekan sebelumnya mengadakan pertemuan dengan Kasi Bidang Madrasah Sofiyuddin. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Meme Islam Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 22 Mei 2015

Bersihkan Kotoran Jiwa dengan Taubat dan Ikhlas

Boyolali, Pondok Pesantren Tegal. Manusia diperintahkan oleh Allah SWT untuk bersuci. Bersuci atau yang juga dikenal dengan istilah thaharah, juga disayaratkan sebagai salah satu syarat ibadah shalat. Bersuci tak hanya cukup lahirnya saja, batin pun mesti kita sucikan.

"Ada dua macam bersuci. Yang pertama yakni menyucikan jiwa kita. Kedua membersihkan badan kita dari kotoran dan najis," terang Rais Syuriah MWCNU Banyudono, KH Asikin, pada pertemuan rutin yang diadakan di Masjid An-Nur Puluhan Bendan Banyudono Boyolali, Selasa (17/1) malam.

Bersihkan Kotoran Jiwa dengan Taubat dan Ikhlas (Sumber Gambar : Nu Online)
Bersihkan Kotoran Jiwa dengan Taubat dan Ikhlas (Sumber Gambar : Nu Online)

Bersihkan Kotoran Jiwa dengan Taubat dan Ikhlas

Dipaparkan Kiai Asikin, cara membersihkan jiwa yang kotor yakni dengan bertaubat. "Istighfar dan tidak akan mengulangi lagi perbuatan maksiat tersebut," tutur dia.

Adapun hati yang kotor, lanjut dia, disebabkan karena melakukan berbagai akhlak jelek, seperti sirik, sombong, iri, dengki dan lain sebagainya. "Hal-hal tersebut bisa membuat kotor hati. Cara menghilangkannya bagaimana? dengan ikhlas, yakni tidak sakit hati ketika direndahkan, dan tidak besar hati ketika dipuji," kata dia.

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Sedangkan kotoran yang menempel pada badan, yang bersifat lahir, dapat dibersihkan dengan cara wudhu, mandi wajib dan sebagainya. (Ajie Najmuddin)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pondok Pesantren, Daerah, Aswaja Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 05 Mei 2015

LPBI NU Lakukan Aksi Kemanusiaan Korban Banjir Manado

Manado, Pondok Pesantren Tegal. Pengurus Pusat Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (PP LPBI NU) memberikan bantuan untuk korban banjir bandang di Kota Manado berupa paket sembako, air mineral dan selimut kepada 350 KK di 5 (lima) kecamatan: Wenang, Tikala, Singkil, Paal Dua, dan Wanea, Kamis (23/1).?

LPBI NU Lakukan Aksi Kemanusiaan Korban Banjir Manado (Sumber Gambar : Nu Online)
LPBI NU Lakukan Aksi Kemanusiaan Korban Banjir Manado (Sumber Gambar : Nu Online)

LPBI NU Lakukan Aksi Kemanusiaan Korban Banjir Manado

Pemberian bantuan ini dilakukan berdasarkan hasil assessment yang dilakukan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Utara.?

Ketua PWNU Sulawesi Utara H Sya’ban Mauludin mengatakan akibat banjir bandang yang terjadi beberapa waktu yang lalu, masyarakat terdampak di Kota Manado kehilangan tempat tinggal dan aset yang dimiliki. Selain itu, beberapa infrastruktur juga mengalami kerusakan. Dan saat ini mereka sangat membutuhkan bantuan berupa sembako, peralatan masak, obat-obatan serta perlengkapan tidur (bantal dan selimut).?

Pondok Pesantren Tegal

Avianto Muhtadi Munir, Ketua PP LPBI NU, mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh LPBI NU sebagai bentuk kepedulian Nahdlatul Ulama kepada para korban terdampak banjir bandang di Kota Manado. Bantuan kemanusiaan ini didistribusikan oleh PWNU Sulawesi Utara.?

Pondok Pesantren Tegal

Lebih lanjut Avianto berharap kepada pemerintah, masyarakat dan sektor swasta agar kejadian saat ini dapat menjadi bahan introspeksi dan selanjutnya merumuskan langkah bersama dalam pemeliharaan lingkungan dan upaya pengurangan risiko bencana agar kejadian tersebut tidak terulang di masa yang akan datang.

Suwarno Tuiyo, sekretaris PWNU Sulawesi Utara mengatakan, bantuan yang diberikan oleh PP LPBI NU ini sangat membantu masyarakat yang terdampak banjir bandang di Kota Manado. PWNU Sulawesi Utara juga mengucapkan terima kasih kepada PP LPBI NU atas bantuan yang diberikan dan akan mendistribusikannya ke masyarakat terdampak.

Banjir bandang yang menerjang pada 15 Januari 2014 di Kota Manado, Sulawesi Utara mengakibatkan 11 kecamatan terendam, di antaranya Wanea, Singkil, Tikala, Sario, Wenang, Paal Dua, Tuminting, Paal Empat, dan Bunaken.?

Menurut data BNPB, dampak banjir bandang di Kota Manado berdampak pada 85.831 jiwa atau 23.204 KK (Kepala Keluarga). Saat ini sebanyak 15.000 jiwa mengungsi di posko-posko dan tempat yang aman.?

Sampai hari ini, tercatat sudah 19 korban jiwa meninggal baik akibat langsung maupun tidak langsung dari banjir bandang. ? Sementara dari sisi infrastruktur, kerusakan terjadi di 19 ruas jalan dengan panjang 31,6 kilometer. Beberapa jembatan ambruk dan putus. Saluran air bersih rusak serta jaringan listrik di beberapa wilayah padam. Banjir bandang juga menyebabkan lebih dari 500 warga kehilangan tempat tinggal.?

Pemerintah Kota Manado mencatat terdapat 3.609 rumah yang rusak berat, 1.966 rumah yang rusak dengan skala sedang, serta 4.789 rumah rusak ringan. (mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kiai Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 03 Mei 2015

Hj Khofifah: Negeri Ini Harus Belajar Banyak Nilai dari Pesantren

Jombang, Pondok Pesantren Tegal - Menteri Sosial RI Hj Khofifah Indar Parawansa mengimbau pejabat dan aparat negara untuk sejenak melihat kiprah pesantren. Menurutnya, pesantren menyimpan banyak pelajaran yang patut dijadikan pelajaran.

Demikian disampaikan Hj Khofifah pada peringatan satu abad Pesantren Bahrul Ulum di Gedung Serba Guna Hasbullah Said Tambakberas, Jombang, Ahad (15/5).

Hj Khofifah: Negeri Ini Harus Belajar Banyak Nilai dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Hj Khofifah: Negeri Ini Harus Belajar Banyak Nilai dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Hj Khofifah: Negeri Ini Harus Belajar Banyak Nilai dari Pesantren

"Negeri ini harus belajar banyak dari pesantren," katanya.

Pesantren telah banyak melahirkan tokoh berkharisma dan sangat berpengaruh terhadap tatanan kebangsaan. Hal ini disebabkan kontribusi pesantren tak diragukan dalam mendidik generasi bangsa.

Pondok Pesantren Tegal

"Negeri ini harus banyak belajar tentang nasionalisme, belajar tentang mencintai bangsanya. Dari pesantren lahirlah Presiden RI yang bijaksana, lahirlah Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), pahlawan nasional dan para pejabat lainnya," kata Khofifah.

Para santri di pesantren tentu telah diajarkan bagaimana mencintai negerinya dengan baik. Terlebih pendidikan cinta tanah air (hubbul wathan) merupakan salah satu cara kiai untuk menanamkan keyakinan santri dalam berbangsa dan bernegara.

Pondok Pesantren Tegal

Seperti yang sering diungkapkan oleh Pendiri Pesantren Bahrul Ulum KH Abdul Wahab Hasbullah semasa hidupnya. "Hubbul wathon minal iman (mencintai negara adalah sebagian dari iman) itu sering sekali disampaikan oleh Mbah Wahab bahkan seakan-akan sudah diangap seperti hadits," ujarnya.

Dalam kesempatan itu ia juga menyampaikan budaya pesantren harus terus dilestarikan misalnya kajian sejumlah disiplin ilmu hendaknya terus menjadi keharusan tersendiri bagi santri agar menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas. Tak kalah penting penguasaan santri terhadap bahasa asing.

Sebelumnya, Khofifah menyerahkan santunan kepada anak yatim dengan total santunan Rp. 60. 000. 000,- berupa uang tunai dan peralatan sekolah bersama Ketua Yayasan Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

Kedatangannya disambut antusias baik dari pihak yayasan pesantren terkait, santri, pelajar, mahasiswa hingga jamaah Muslimat dan Fatayat NU dengan jumlah kurang lebih 1.000 peserta. Hampir seluruh ruangan penuh dengan peserta acara tersebut. (Syamsul Arifin/Alhafiz K)Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ahlussunnah, Syariah Pondok Pesantren Tegal