Kamis, 29 Oktober 2009

Wahyu Saputro-Khotimatus Saadah Pimpin Pelajar NU Kudus

Kudus, Pondok Pesantren Tegal

Konferensi Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Kudus telah menetapkan ketua baru masa khidmah 2016-2018.

Wahyu Saputro-Khotimatus Saadah Pimpin Pelajar NU Kudus (Sumber Gambar : Nu Online)
Wahyu Saputro-Khotimatus Saadah Pimpin Pelajar NU Kudus (Sumber Gambar : Nu Online)

Wahyu Saputro-Khotimatus Saadah Pimpin Pelajar NU Kudus

Pada sidang pemilihan secara terpisah di aula SMK NU Maarif, Sabtu (13/8) itu, M Wahyu Saputro terpilih menjadi ketua IPNU Kudus dan Khotimatus Saadah sebagai ketua IPPNU.

?

Dalam pemilihan yang dipimpin PW IPNU-IPPNU Jawa Tengah, M Wahyu Saputro memperoleh 53 suara mengungguli calon lain M Tausiul Ilma yang memperoleh 51 suara dan Saiful Huda (Bae) yang meraih hanya 2 suara. Sementara Khotimatus Saadah meraih 69 suara lebih unggul dari dua calon lain Nurul Afifah (23 suara) dan Asri Awaliyah (9 suara).

?

Pondok Pesantren Tegal

Setelah terpilih, keduanya menyatakan kesediaannya mengemban amanah badan otonom NU beranggotakan para pelajar ini tiga tahun mendatang. Kendati tidak menyangka mendapat kepercayaan, Wahyu Saputro menegaskan kesiapannya memimpin pelajar NU Kudus.

"Ini adalah sebuah amanah yang harus dijalankan, semoga mendapat ridha dari Allah SWT," ujarnya.

?

Pondok Pesantren Tegal

Kader terbaik dari Kecamatan Jati ini akan berusaha memperbaiki sistem pendirian komisariat di madrasah, sekolah dan pesantren guna menyiapkan kader sejak dini. Di samping itu, Wahyu juga akan membenahi sistem kaderisasi dari tingkatan cabang, anak cabang, ranting, hingga komisariat.

?

"Kita akan menginventarisir kader-kader di madrasah-sekolah dan pesantren untuk dijadikan cikal bakal pendirian komisariat," katanya.

?

Langkah lainnya, imbuh pria yang biasa disapa Yoyok ini, akan melakukan pendekatan kepada kepala madrasah/sekolah terutama wakil kepala kesiswaan dalam rangka mewujudkan pendirian komisariat.

?

"IPNU akan bersinergi LP Maarif, kepala madrasah/sekolah NU. Tanpa kekuatan sinergis tidak bisa berjalan program-program IPNU-IPPNU," ujarnya menyadari.

?

Senada dengan Yoyok, Khotimatus Saadah menyatakan siap mengemban amanah dan akan menjalin kerja sama dalam mengembangkan organisasi dengan visi keterpelajaran. "Doakan saja semoga kami amanah menjalankan mandat konferensi," ujarnya singkat.

?

Untuk melengkapi kepengurusan, ketua terpilih dibantu tim formatur yang terdiri dari ketua terpilih, ketua lama, dan 9 ketua Pimpinan Anak Cabang se-Kudus. (Qomaru Adib/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Meme Islam Pondok Pesantren Tegal

Senin, 19 Oktober 2009

Ini Kriteria Pakaian Serupa Pakaian Lawan Jenis (Tasyabbuh) dalam Syariat Islam

Islam memang tidak menjelaskan secara detail bagaimana model pakaian Islam. Tidak ada aturan khusus di dalam Islam terkait kesunahan memakai pakaian tertentu. Urusan pakaian ini diserahkan kepada tradisi dan lokalitas masyarakat. Hanya saja, Islam memberikan panduan umum berpakaian yang harus dipatuhi.

Di antara panduan umum tersebut adalah pakaian yang digunakan tertutup, tidak transparan, tidak terbuka, dan tidak menyerupai lawan jenis. Apapun bentuk pakaiannya, kalau selaras dengan panduan umum ini, pakaian itu sudah termasuk pakaian islami.

Ini Kriteria Pakaian Serupa Pakaian Lawan Jenis (Tasyabbuh) dalam Syariat Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Kriteria Pakaian Serupa Pakaian Lawan Jenis (Tasyabbuh) dalam Syariat Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Kriteria Pakaian Serupa Pakaian Lawan Jenis (Tasyabbuh) dalam Syariat Islam

Salah satu aturan umum berpakaian ialah tidak menyerupai lawan jenis. Pembahasan ini tampaknya perlu diperjelas untuk mengetahui batasan menyerupai lawan jenis. Misalnya, kapan pakaian yang kita gunakan dikategorikan sebagai pakaian yang menyerupai lawan jenis: apa standarnya?

Pondok Pesantren Tegal

Batasan menyerupai lawan jenis ini sudah dijelaskan Sayyid Abdurrahman Ba’lawi dalam Bughyatul Mustarsyidin. Batasannya adalah:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Pondok Pesantren Tegal

Artinya, “Berhias dengan sesuatu yang dikhususkan untuk lawan jenis, atau secara umum di daerah tersebut hiasan itu dikhususkan untuk lawan jenis.”

Batasan menyerupai lawan jenis menurut Sayyid Abdurrahman adalah menggunakan pakaian atau hiasan yang lazim digunakan oleh lawan jenis. Bila ada laki-laki yang menggunakan model pakaian perempuan sehingga orang yang melihat laki-laki tersebut menyangka kalau dia perempuan, maka itu sudah termasuk kategori menyerupai lawan jenis.

Menggunakan pakaian lawan jenis dalam Islam tidak boleh. Sebab itu, sebaiknya masing-masing orang menggunakan pakaian yang sesuai dengan dirinya. Tujuan dari aturan ini tentu untuk menjaga fitrah manusia. Laki-laki sebaiknya bergaya sebagaimana laki-laki pada umumnya, begitu pula perempuan. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Hikmah, Pertandingan Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 16 Oktober 2009

Tingkatkan Perekonomian, Ansor Temanggung Produksi Kopi Bubuk

Temanggung, Pondok Pesantren Tegal

Sudah jamak diketahui bahwa Kabupaten Temanggung Jawa Tengah merupakan salah satu daerah sentra penghasil tembakau dengan mutu kualitas tinggi. Namun, taukah anda jika Temanggung juga mempunyai hasil pertanian lainnya yang tidak kalah potensialnya, yakni tanaman kopi. Beragam variasi kopi terutama jenis robusta banyak ditemui di Kecamatan Kandangan, Gemawang, Candiroto dan Wonoboyo.

Melihat potensi ini, pengurus GP PC ANSOR Temanggung berinisiatif memproduksi kopi hitam bubuk dengan merek "Lintang 9".  

Tingkatkan Perekonomian, Ansor Temanggung Produksi Kopi Bubuk (Sumber Gambar : Nu Online)
Tingkatkan Perekonomian, Ansor Temanggung Produksi Kopi Bubuk (Sumber Gambar : Nu Online)

Tingkatkan Perekonomian, Ansor Temanggung Produksi Kopi Bubuk

"Kopi Temanggung, diproduksi oleh KSU, Ansoruna. Kopi ini dijual dalam kemasan 100 gram dan tujuan memproduksi kopi ini adalah untuk meningkatkan kemajuan perekonomian di kalangan sahabat ANSOR Kabupaten Temanggung,"  kata pengurus PC ANSOR Temanggung, Muhammad Mujib.

Untuk  memperkenalkan potensi mengembangkan produk kopi, pada Sabtu (21/5) akhir pekan lalu digelar festival kopi di balai Desa Menggoro Kecamatan Tembarak, Temanggung. Festival ini bekerja sama dengan mahasiswa KKN STAINU Temanggung.



Pondok Pesantren Tegal



"Festival ini juga turut mengundang UKM-UKM lain yg ada di daerah Menggoro," kata Ketua panitia kegiatan, Ahmad Khudori.

Pondok Pesantren Tegal





Selain demonstrasi cara membuat kopi oleh para barista, festival ini juga dimeriahkan lomba mancing, pentas seni dari berbagai sekolah se-Kecamatan Tembarak, saresehan kewirausahaan dan pagelaran wayang orang dari Bengkel Kreasi Universitas Negeri Tidar Magelang.( M. Haromain/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pesantren Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 09 Oktober 2009

Tatkala Kena Teror PKI, Pemerintah Berlindung ke Pesantren

Bandung, Pondok Pesantren Tegal

Tidak benar bahwa NU sepanjang periode 1948-1965 tatkala melawan pemberotakan Partai Komunis Indonesia (PKI) semata-mata karena perintah TNI. Sebab, secara spontan warga NU kalau tidak melawan, para kiai juga akan dibunuh oleh PKI.

Demikian disampaikan Wakil Sekretaris PBNU H Abdul Mun’im saat membedah bukunya yang berujudul “Benturan NU-PKI 1948-1965” yang digelar Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Selasa (26/1) siang.

Tatkala Kena Teror PKI, Pemerintah Berlindung ke Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Tatkala Kena Teror PKI, Pemerintah Berlindung ke Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Tatkala Kena Teror PKI, Pemerintah Berlindung ke Pesantren

Mun’im menerangkan, ada pembalikan sejarah yang ditujukan kepada NU sebagaimana tuduhan yang dibuat sebuah majalah nasional. Padahal, katanya, peristiwa 1965 merupakan puncak dari seluruh konflik horizontal yang sudah dimulai sejak tahun 50-an dan 60-an oleh PKI. Yang terlibat melawan pemberontakan PKI tidak hanya NU, tetapi juga pemerintah, seluruh partai dan elemen di masyarakat secara bersama-sama.

Pondok Pesantren Tegal

Menurut Mun’im, selain itu ada fakta menarik dalam masa pergolakan itu. Pada tahun 60-an banyak staf kantor-kantor pemerintah yang mengungsi ke pesantren karena tak tahan dengan teror dari PKI. Di antaranya, kantor Kodam Diponegoro, pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan, pemerintahan Lasem, pemerintahan kecamatan di Kabupaten Klaten.

Pondok Pesantren Tegal

“Justru yang melindungi pemerintah adalah pesantren karena pemerintah mendapatkan teror dari PKI,” ungkap Mun’im.

Perihal peristiwa 1965, Mun’im mengingatkan kepada masyarakat Indonesia untuk tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin memperkeruh kerukunan bangsa, terutama pihak asing. “Kita jangan sampai dihadapkan, diajak untuk perang,” terangnya.

“Kita harus mewaspadai kepentingan asing. Apalagi sekarang kita sedang berhadapan dengan alat baru, yakni radikalisme. Itu yang harus kita waspadai,” ajaknya di hadapan ratusan mahasiswa yang memenuhi aula Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat. (M. Zidni Nafi’/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Meme Islam, Hadits, Ubudiyah Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 11 September 2009

Kisah Kecintaan Pendiri IPNU terhadap Buku

Sleman, Pondok Pesantren Tegal

Kiai Tolchah Mansur, pendiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), adalah orang yang cinta dengan buku. Menurutnya, dengan membaca buku, kita bisa jalan-jalan ke tempat-tempat yang tidak bisa dijangkau oleh fisik kita. Dengan membaca buku, kita bisa menambah pengetahuan.

Hal demikian disampaikan putra KH Tolchah Mansur, H Romahurmuziy, dalam acara Pidato Kebangsaan dengan tema “Meneguhkan Peran Pelajar dan Santri dalam Memperkokoh NKRI”, Selasa (14/3) malam di Sleman.

Kisah Kecintaan Pendiri IPNU terhadap Buku (Sumber Gambar : Nu Online)
Kisah Kecintaan Pendiri IPNU terhadap Buku (Sumber Gambar : Nu Online)

Kisah Kecintaan Pendiri IPNU terhadap Buku

“Saking cintanya dengan buku, Kiai Tolchah itu pernah berkata, orang yang paling bodoh itu orang yang meminjamkan bukunya kepada orang lain. Tetapi ada orang yang lebih bodoh lagi yaitu orang yang meminjam buku dan mengembalikannya,” kelakarnya yang disambut gelak tawa peserta.

Pondok Pesantren Tegal

Secara syariah, lanjut pria yang akrab disapa Gus Romi itu, apa yang dikatakan ayahnya salah. Tapi hal itu sebagai bukti bahwa Kiai Tolchah mencintai buku.

Pada kesempatan tersebut, Gus Romi juga menceritakan bahwa Kiai Tolchah juga seorang kiai yang terbuka terhadap ilmu-ilmu umum.

Pondok Pesantren Tegal

“Meski dari keluarga pesantren, Bapak melarang anak-anaknya sekolah di madrasah dan mondok. Bapak bilang, ‘biar saya saja yang langsung mengajari anak-anak saya ilmu agama,’” ujar Gus Romi menirukan ucapan Kiai Tolchah Mansur.

Selain berbicara tentang Kiai Tolchah, Gus Romi juga mengajak anak-anak IPNU agar peka terhadap permasalahan bangsa, termasuk propaganda kaum anti-Pancasila yang semakin menguat.

“Kalau mereka mengampayekan khilafah islamiyah berarti mereka anti-Pancasila. Ini berbahaya kalau kita tidak peka,” tandas Gus Romi.

Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB tersebut merupakan rangkaian acara kegiatan ziarah pendiri IPNU di Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat IPNU bekerja sama dengan Pondok Pesantren Sunni Darussalam Sleman, DI Yogyakarta. Esoknya, mereka berziarah dan membaca doa bersama untuk Pendiri IPNU, Kiai Tolchah Mansur di kompleks makam keluarga besar Kiai Munawwir. (Nur Rokhim/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Anti Hoax Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 30 Agustus 2009

IPNU-IPPNU Jakarta Pusat Dilantik

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Administrasi Jakarta Pusat mengadakan pelantikan pengurus masa khidmat 2012-2014 bertempat di gedung walikota Jakarta Pusat, Senin pagi, 18 Juni 2012.

Hadir dalam acara tersebut Walikota Jakarta Pusat H Saefulloh yang memberikan sambutan sekaligus nasehat kepada para pengurus IPNU-IPPNU yang baru saja dilantik agar IPNU-IPPNU benar-benar menjadi organisasi pembelajaran (learning organization). 

IPNU-IPPNU Jakarta Pusat Dilantik (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Jakarta Pusat Dilantik (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Jakarta Pusat Dilantik

Sebagai organisasi yang menjadi wadah berhimpunnya para pelajar, IPNU-IPPNU Jakarta Pusat dituntut untuk senantiasa mengupgrade diri dan metode pengkaderannya sesuai dengan kondisi zaman sekarang ini. Agar para pelajar NU memiliki completing tool (kelengkapan peralatan) untuk berkompetisi dengan para kaum pelajar lainnya. Para pelajar NU kini tak boleh terstigma lagi sebagai kaum pelajar sarungan yang hanya pandai mengaji. Tapi lebih dari itu para pelajar NU harus bisa menjadi sarjana ekonomi yang pandai mengaji, sarjana tehnik yang juga pandai mengaji. Anak IPNU juga harus ada yang menjadi pengusaha yang paham ilmu agama, IPNU sekarang ini yang juga kelak harus menjadi gubernur yang dekat dengan para ulama dan berlandaskan faham ahlussunnah wal jama’ah.

Pondok Pesantren Tegal

Sambutan kedua disampaikan oleh.KH Amar Ahmad selaku ketua tanfidziyah PCNU Jakarta Pusat. Ia menyampaikan bahwa IPNU Jakarta Pusat harus menjadi standarisasi dan tolak ukur bagi cabang-cabang IPNU lainnya di Indonesia karena bagaimana tidak bahwa Jakarta Pusat merupakan sentral dari segala aktifitas negara. Menjadi anak IPNU di Jakarta Pusat tentu mempunyai tantangan tersendiri yang tidak dihadapi IPNU lainnya. Di Jakarta Pusat tidak ada pesantren yang biasanya menjadi basis IPNU selayaknya di Jawa Timur. Di Jakarta Pusat tidak ada Ma’arif atau sekolah-sekolah NU lainnya. Yang ada di Jakarta Pusat hanyalah SMA-SMA unggulan yang notabene memiliki kultur pelajar yang cenderung hedonis. Namun demikian justru itulah yang menjadi tantangan yang harus dihadapi untuk dapat mengenalakan Islam ala NU di tingkatan terendah yakni kalangan pelajar agar mereka memahami betul apa makna Islam yang rahmatan lil alamin.

Pelantikan Pengurus IPNU Jakarta Pusat ini dikukuhkan langsung oleh para pengurus Pimpinan Pusat baik IPNU dan IPPNU. Ahmad Rayhan selaku wakil ketua PP IPNU membacakan naskah pelantikan yang diikuti oleh 30 pengurus PC.IPNU Jakarta Pusat masa khidmat 2012-2014.  Begitu pula Margareth Aliyatul Maimunah selaku ketua umum PP IPPNU melantik langsung para pengurus PC IPPNU Jakarta Pusat yang tampak rapi dengan jas IPPNU dibalut kerudung putih.Friyadi Maulana yang terpilih menjadi ketua PC IPNU Jakarta pusat pada konferensi cabang IPNU Jakarta pusat bulan Mei lalu menggantikan Muhammad Said mengatakan

“Ber-IPNU artinya adalah berkhidmat, berkhidmat adalah mengabdi, mengabdi kepada NU, kepada para kyai, mengabdi kepada bangsa dan agama,” ujarnya setelah beberapa saat dilantik. 

Pondok Pesantren Tegal

Acara yang dirangkaikan dengan dialog pelajar ini mengambil tema peningkatan wawasan demokrasi di kalangan pelajar Jakarta. Tema ini dirasakan sangat penting mengingat mata pelajaran tentang demokrasi yang diajarkan di sekolah dirasakan sangat minim sehingga ada dua paradigma yang menjadi pola pikir para pelajar saat ini ketika berbicara tentang demokrasi. 

Secara teori dan realita para pelajar berbeda dalam memahami demokrasi. Mereka beranggapan bahwa demokrasi identik dengan politik, dan politik identik dengan transaksi kepentingan, berbagi kekuasaan dan lainnya. Hal inilah yang dibantah dalam pemaparan narasumber pada dialog tersebut yakni Idy Muzayyad, mantan ketua umum PP IPNU 2006-2009 dan juga Dani Setiawan, Koalisi Anti Hutang. 

Mereka menjelaskan sebagai kalangan pelajar IPNU dituntut memahami dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan berdemokrasi. Karena para pelajarlah yang seharusnya menjadi agent of controlling dan agent of change apalagi melihat perjalanan sejarah demokrasi bangsa Indonesia yang selalu dipelopori oleh para kalangan pelajar. 

Idy Muzayyad menambahkan kader IPNU di Jakarta senantiasa dapat memainkan peran pentingnya sebagai etalase IPNU yang ada di ibukota dengan membuka berbagai akses dan jaringan serta mencitrakan IPNU sebagai organisasi pelajar modern yang siap mewarisi tonggak estafet kepemimpinan bangsa. 

Redaktur: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Bahtsul Masail, Ubudiyah Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 27 Agustus 2009

Mendikbud Minta Akademisi Jadi Teladan Masyarakat

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh meminta kalangan akademisi untuk meningkatkan kualitas pendidikannya dan menjadi teladan bagi masyarakat luas dengan tidak melakukan korupsi.

Mendikbud Minta Akademisi Jadi Teladan Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)
Mendikbud Minta Akademisi Jadi Teladan Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)

Mendikbud Minta Akademisi Jadi Teladan Masyarakat

"Orang-orang terdidik mbok ya jangan korupsi. Wong sudah sekolah tinggi-tinggi, masak sih harus korupsi. Kan tidak pantas," kata Nuh usai mengikuti rapat koordinasi tentang pasokan gas di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian Jakarta, Rabu.

Menurut Nuh, saat ini korupsi sudah menjadi merasuki hampir semua kalangan, termasuk kalangan perguruan tinggi yang seharusnya menjadi teladan perilaku baik.

Pondok Pesantren Tegal

Menyusul pernyataan Ketua DPR Marzuki Alie yang menyebut banyak koruptor adalah alumni perguruan tinggi negeri, Nuh tidak sepenuhnya sependapat dengan pernyataan Ketua DPR tersebut.

Pondok Pesantren Tegal

"Memang ada yang menyebut bahwa alumni universitas A, universitas B, universitas C jagoan dalam hal korupsi. Tentu tidak sepenuhnya benar, dan tidak selamanya seperti itu," katanya.

Sebelumnya dalam diskusi bertajuk Masa Depan Pendidikan Tinggi di Indonesia di Universitas Indonesia, Depok, Senin (7/5), Ketua DPR RI Marzuki Alie mengatakan bahwa koruptor di Indonesia didominasi alumni Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Saat ini korupsi kan orang-orang pintar lulusan universitas dari UI, Gadjah Mada, ICMI, dan semuanya terlibatlah (korupsi). Ini fakta," ujarnya.

Kesemuanya itu, lanjut Marzuki Alie, disebabkan oleh pendidikan masa lalu. Karananya masalah itu harus segera diperbaiki. Pada kesempatan itu, Marzuki menyinggung rendahnya kualitas pendidikan perguruan tinggi Indonesia.

"Kebanyakan perguruan tinggi negeri ngurusin proyek saja," sindir Marzuki Alie.

Karena itu, Rancangan Undang-undang Perguruan Tinggi diharapkap dapat mengatasi minimnya fasilitas pendidikan dan kurang berprestasinya perguruan tinggi Indonesia di tingkat internasional.

"Pendidikan mahal! Salah kalau dibilang murah, makanya alokasi 20 persen jangan dialokasikan ke 19 kementerian yang kurang bermanfaat," usulnya.

"Perguruan tinggi harus tahu kebutuhan lingkungannya, makanya harus disiapkan agar mahasiswa bisa match dengan lingkungannya," tambah Marzuki.

Penulis : Sudarto Murtaufiq

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nusantara, RMI NU, Tokoh Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 12 Agustus 2009

Mengangkat tangan dan Mengusap Muka ketika Berdo’a

Pada dasarnya mengangkat tangan ketika berdo’a dan dan mengusap wajah sesudahnya bukanlah sekedar tradisi yang tanpa dasa. Keduanya merupakan sunnah Rasulullah saw. sebagaimana termaktub dalam salah satu haditsnya yang diceritakan oleh Ibn Abbas:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?  ? (? ? ?)

Apabila engkau memohon kepada Allah, maka bermohonlah dengan bagian dalam kedua telapak tanganmu, dan jangan dengan bagian luarnya. Dan ketika kamu telah usai, maka usaplah mukamu dengan keduanya.

Mengangkat tangan dan Mengusap Muka ketika Berdo’a (Sumber Gambar : Nu Online)
Mengangkat tangan dan Mengusap Muka ketika Berdo’a (Sumber Gambar : Nu Online)

Mengangkat tangan dan Mengusap Muka ketika Berdo’a

Demikian pula keterangan para ulama dari beberapa kitab. Bahkan mereka menganjurkan ketika semakin penting permintaan agar semakin tinggi pula mengangkat tangan. Adapun ukuran mengangkat tangan adalah setinggi kedua belah bahu. Dalam I’anatut Thaibin Juz Dua diterangkan:

? ? ? ? ? ? ? ? ?

Dan diwaktu berdoa disunnahkan mengangkat kedua tangannya yang suci setinggi kedua bahu, dan disunnahkan pula menyapu muka dengan keduanya setelah berdo’a.

Pondok Pesantren Tegal

Keterangan ini ditambahi oleh keterangan Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdy dalam Al-Hawasyil Madaniyyah  dengan sangat singkat.

? ? ? ? ? ? ? ?

Pondok Pesantren Tegal

Batas maksimal mengangkat tangan adalah setinggi kedua bahu, kecuali apabila keadaan sudah amat kritis, maka ketika itu bolehlah melewati tinggi kedua bahu.

 Akan tetapi, di masa sekarang ini banyak kelompok yang meragukan dan menyangsikan sunnah Rasulullah saw ini. mereka meanyakan kembali tentang keabsahannya. Sungguh hal ini bukanlah sesuatu yang baru karena dulu telah disinggung oleh pengarang kitab al-Futuhatur rabbaniyyah:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang pengarang telah berkata bahwa “telah ada hadits-hadits yang tak terbatas banyaknya mengenai mengangkat tangan ke langit ketika berdo’a, barang siapa menganggap itu tidak ada, maka ia telah keliru.

Red. Ulil H.  

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaSantri, Ulama Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 08 Agustus 2009

32.379 Desa Masuk Kategori Tertinggal

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Sebanyak 32.379 dari 70.611 desa yang tersebar di Indonesia diidentifikasi masuk dalam kategori desa tertinggal, sembilan di antaranya adalah kelurahan yang ada di wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

"Ini baru hasil identifikasi kami, belum diverifikasi," kata Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertingal Safullah Yusuf di sela-sela seminar tentang strategi pembangunan desa yang digelar kementeriannya di Jakata, Selasa (12/5).

Dari sembilan kelurahan di DKI yang teridentifikasi tertinggal, enam di antaranya berada di Kabupaten Kepulauan Seribu dan dua lainnya adalah Kelurahan Manggarai dan Manggarai Selatan di Kodya Jakarta Selatan, serta Kelurahan  Cipayung di Kodya Jakarta Timur.

32.379 Desa Masuk Kategori Tertinggal (Sumber Gambar : Nu Online)
32.379 Desa Masuk Kategori Tertinggal (Sumber Gambar : Nu Online)

32.379 Desa Masuk Kategori Tertinggal

Dikatakan, data tersebut bisa saja berubah setelah dilakukan verifikasi. Saat ini baru desa-desa  di Kalteng, Sumut, Sumsel, Bengkulu, Kepri, DIY, Sulsel, Sultra, Gorontalo, Sulbar yang telah selesai diverifikasi, katanya.

Kementerian PDT kini mengubah sasaran pendataan kawasan tertinggal dari sebelumnya mengambil ukuran setingkat kabupaten menjadi tingkat desa karena faktanya ada juga desa atau kelurahan tertinggal di kabupaten atau kotamadya yang relatif maju.

Pada pendataan kabupaten tertinggal, dari 400-an kabupaten/kota, tercatat 199 kabupaten di antaranya masuk kategori tertinggal, sedangkan kawasan kota dianggap sebagai daerah yang relatif maju karena, untuk memperoleh status kota, suatu daerah harus memenuhi persyaraan tertentu.

Pondok Pesantren Tegal

Untuk menentukan suatu desa dikategorikan tertinggal atau relatif maju, Kementerian PDT menggunakan sejumlah variabel, seperti kondisi jalan utama desa, lapangan usaha mayoritas penduduk, fasilitas pendidikan, kesehatan, tenaga kesehatan, sarana komunikasi, kepadatan penduduk perkilometer persegi, sumber air minum/masak penduduk, sumber bahan bakar penduduk, persentasi rumah tangga pengguna listrik dan persentase rumah tangga pertanian.

Sementara untuk desa atau kelurahan yang ada di perkotaan,  varibel-variabl, seperti sanitasi dan pembuangan sampah juga dimasukkan. "Variabel-variabel itu diberi skor. Yang tidak mencapai skor minimum masuk kategori tertinggal," kata Saifullah Yusuf yang biasa dipanggil Gus Ipul.

Untuk menangani desa-desa tertinggal tersebut, Kementerian PDT memperkirakan kebutuhan dana sebesar Rp20 triliun per tahun. Namun dikatakan, anggaran yang dimiliki pemerintah sangat terbatas sehingga realisasinya belum tentu angkanya mencapai jumlah tersebut.

"Karena itu perlu disusun prioritas dan pemaduan program antara pemerintah pusat, propinsi, dan kabupaten/kota sehingga dana pemerintah yang terbatas itu bisa tepat sasaran," Gus Ipul.  (nam/ant)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sunnah, Kajian Islam, Pesantren Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 06 Agustus 2009

Himpunan Pengusaha Muda Berbagi Tips Wirausaha dengan Komunitas Mata Air Jepara

Jepara, Pondok Pesantren Tegal - Sekretaris Himpunan Pengusaha Muda (Hipmu) Kabupaten Jepara Abdul Kholik menyampaikan pemahaman serta tips berwirausaha kepada anggota Mata Air Jepara. Kegiatan yang dilaksanakan, Ahad (10/4) ini diikuti oleh pengurus dan anggota Mata Air perwakilan dari angkatan pertama 2011 hingga terakhir 2015.

Pengusaha sukses sekaligus pemilik Caffe De Java ini mengatakan bahwa untuk menjadi wirausaha muda perlu mengerti berbagai cara. “Kita tidak boleh berpikiran lurus. Jika sekarang berkuliah di prodi pendidikan, belum tentu kita nanti menjadi guru. Perlu cara kreatif untuk survive di masa sekarang,” katanya.

Himpunan Pengusaha Muda Berbagi Tips Wirausaha dengan Komunitas Mata Air Jepara (Sumber Gambar : Nu Online)
Himpunan Pengusaha Muda Berbagi Tips Wirausaha dengan Komunitas Mata Air Jepara (Sumber Gambar : Nu Online)

Himpunan Pengusaha Muda Berbagi Tips Wirausaha dengan Komunitas Mata Air Jepara

Selain itu, restu dari orang tua juga sangat menentukan keberhasilan setiap usaha yang kita bangun. “Sebelum berusaha kita harus dahulukan untuk meminta restu kepada orang tua, dan fokus pada pekerjaan yang ada saat ini,” jelas alumni Sospol UGM ini.

Untuk memperluas usaha juga mesti sejalan dengan ikhtiar kita dalam menjalin sebuah jaringan. “Memperluas pertemanan itu sangat penting untuk menguatkan usaha kita, yang tidak kalah penting adalah bersedekah,” tambahnya.

Pondok Pesantren Tegal

Pembina Mata Air Kabupaten Jepara Adib Khoiruzzaman menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pembinaan Mata Air kepada alumninya agar memiliki keterampilan yang mumpuni.

“Kita tidak hanya mengantarkan mereka ke perguruan tinggi negeri favorit, namun juga membekali mereka untuk dapat menjadi manusia mandiri yang membawa manfaat untuk lingkungan masyarakat,” pungkasnya. (Rif’ul Mazid Maulana/Alhafiz K)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Ulama Pondok Pesantren Tegal

Senin, 20 Juli 2009

PMII Keluarkan Petisi Politik Untuk Caleg Terpilih

Purworejo, Pondok Pesantren Tegal. Ratusan kader dari region PMII Danyang Sumbing yang meliputi cabang Purworejo, Wonosobo, Temanggung, dan Magelang menggelar aksi damai di depan kantor DPRD Purworejo, Kamis (17/4) malam. Mereka mengajukan empat poin petisi yang ditujukan untuk para caleg terpilih dalam pileg beberapa pekan lalu.

PMII Keluarkan Petisi Politik Untuk Caleg Terpilih (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Keluarkan Petisi Politik Untuk Caleg Terpilih (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Keluarkan Petisi Politik Untuk Caleg Terpilih

Koordinator aksi Muhammad Arifin mengatakan, aksi damai di depan gedung DPRD ini dilandasi atas keprihatinan mahasiswa terhadap maraknya politik uang yang terjadi pada pileg beberapa waktu lalu.

“Hampir seluruh caleg kemarin menggunakan uang untuk membeli suara agar menang,” kata Arifin yang memandu ratusan kader PMII berkumpul di trotoar jalan protokol depan gedung DPRD.

Pondok Pesantren Tegal

Keadaan itu, menurutnya, sangat memprihatinkan. Karena, politik transaksional rawan membuka keran kejahatan korupsi. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa pengawalan aktifis mahasiswa, kami khawatir rakyat akan semakin sengsara.

Pondok Pesantren Tegal

Empat poin petisi berisi tuntutan DPRD untuk bekerja maksimal bagi masyarakat, tuntutan agar produk-produk DPRD harus prorakyat, menentang segala bentuk kejahatan korupsi, kolusi, dan nepotisme, dan komitmen PMII untuk mengawal anggota dewan lima tahun ke depan,  terus Arifin.

Petisi yang telah ditandatangani empat ketua pimpinan cabang PMII itu akan diserahkan kepada anggota dewan periode 2014-2019 usai mereka dilantik.

Tepat di depan plang DPRD, mereka membentuk barisan melingkar di mana di tengah barisan dinyalakan 54 buah lilin dan tumpeng sebagai penanda 54 tahun PMII.

Sementara itu, Ketua PC PMII Wonosobo Saman dalam orasinya mengatakan, komitmen PMII untuk mengawal birokrasi tersebut merupakan roh perjuangan dan komitmen pergerakan sebagai wujud kesetiaan terhadap rakyat.

“Refleksi 54 perjalanan PMII yang harus selalu dibenamkan dalam benak kader pergerakan adalah semangat menemani rakyat tertindas karena kesewenang-wenangan para penguasa. Semangat itu yang harus senantiasa membara dalam benak kita,” tandas Saman.

Aksi damai ini ditutup dengan doa untuk anggota dewan yang baru terpilih. (Lukman Hakim/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Makam, Pondok Pesantren Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 10 Juni 2009

Ketika Romo Katolik Mencium Tangan Gus Mus

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal

Pada Agustus 2015 beredar di dunia maya foto Romo Aloysius Budi Purnomo tengah memeluk dan mencium tangan KH A Mustofa Bisri (Gus Mus). Foto tersebut sempat membuat heboh. Sebagian orang mengapresiasi, sebagian lain berprasangka miring.

Romo Budi Purnomo yang merupakan Ketua Hubungan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang menceritakan, peristiwa itu terjadi saat ia dan Gus Mus sama-sama diundang menjadi narasumber tentang kebangsaan di Auditorium RRI Semarang. Ia mengaku perilakunya tersebut adalah hal yang positif.

Ketika Romo Katolik Mencium Tangan Gus Mus (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketika Romo Katolik Mencium Tangan Gus Mus (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketika Romo Katolik Mencium Tangan Gus Mus

“Gus Mus itu sudah seperti simbah saya. Bukan hanya sahabat, beliau juga idola saya waktu saya masih SMA. Karya-karya puisinya, karya-karya sastranya menginspirasi saya bersama karya-karya Romo Mangunwijaya,” katanya dalam acara Mata Najwa yang disiarkan Metro TV, Rabu (14/4) malam.

Pondok Pesantren Tegal

Romo Budi Purnomo diminta menceritakan kembali aksi cium tangan itu dan kehebohan yang ditimbulkannya. Menurutnya, tak semestinya hal tersebut dipersepsi negatif karena justru itu merupakan simbol kerukunan dan persahabatan sejati. Dan, mencium tangan Gus Mus pun tidak ia lakukan hanya sekali. Sang romo melakukan hal serupa saat bertemu dengan tokoh NU itu di Rembang tahun 2004.

“Setiap kali berjumpa dengan Gus Mus, sebagai yang lebih muda, saya selalu mencium tangan beliau, tapi beliau selalu tidak kerso (bersedia), ditarik (tanganya). Entah mengapa. Tapi begitulah kebiasaan saya berjumpa dengan yang saya hromati. Saya tidak hanya mencium pipi kanan pipi kiri tapi juga cium tangan beliau,” kisahnya.

Pondok Pesantren Tegal

Bagi rohaniawan Katolik ini, ada dua kehebohan saat peristiwa peluk-cium antara romo dan kiai. Yang pertama heboh positif dan yang kedua heboh negatif. Lantas bagaimana bila ada sebagian orang yang mengambil sikap yang kedua?

“Lho, apa masalahnya? Mengapa harus heboh negatif? Lebih baik heboh positif karena itu menjadi berkat banyak orang,” tuturnya.

Dalam acara Mata Najwa bertajuk “Panggung Gus Mus” itu, Romo Budi Purnomo dan Gus Mus berduet dalam musikalisasi puisi berjudul “Sajak Atas Nama”. Malam itu Gus Mus juga membacakan puisi berjudul “Bila Kutitipkan” dan “Puisi Islam”. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Olahraga Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 26 Mei 2009

Muslim Korea Butuh Dukungan Dakwah dari NU

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Korea Muslim Federation (KMF) berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa (25/11) siang. Organisasi yang menjadi wadah umat Islam di Korea ini meminta bantuan PBNU terkait pengembangan dakwah di sana.

Ketua KMF Cabang Busan Zubair Lee Dongha mengatakan, jumlah muslim di Korea sangat sedikit dan tidak sampai 1 persen dari jumlah penduduk di sana. Ia mengaku kekurangan tenaga dai untuk memaksimalkan syiar Islam di negeri gingseng tersebut.

Muslim Korea Butuh Dukungan Dakwah dari NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Muslim Korea Butuh Dukungan Dakwah dari NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Muslim Korea Butuh Dukungan Dakwah dari NU

“Saya minta dukungan NU karena saya lebih tertarik Islam di Indonesia daripada Islam di Timur Tengah,” tuturnya saat bersilaturahim bersama rombongan ke ruang redaksi Pondok Pesantren Tegal.

Pondok Pesantren Tegal

Zubair hadir ditemani Mustasyar Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Korea Eko Wijianto; pengurus Lembaga Advokasi Buruh Migran PP GP Ansor, Imam Nahrawi; dan aktivis pemberdayaan perempuan TKI, Indiyah Citra.

Eko menambahkan, saat ini muslim Korea berharap ada tenaga pengajar di sekitar 35 mushala. Selama ini mereka berjalan dengan tenaga seadanya dan melakukannya secara mandiri karena pemerintah negara ini memang tak memiliki perhatian sama sekali terhadap agama.

Pondok Pesantren Tegal

“Muslim Korea yang berjumlah sekitar 35.000 jiwa juga membutuhkan rujukan, misalnya soal penentuan Ramadhan,” tutur Eko.

Rombongan disambut Sekretaris Lajnah Ta’lif wan Nasyr PBNU Ulil Abshar Hadrawi, Pimpinan Umum Radio NU Mustiko Dwipoyono, dan beberapa awal redaksi Pondok Pesantren Tegal. Pertemuan diisi dengan dialog dan tukar informasi tentang kebudayaan dan kehidupan Islam di Korea dan Indonesia.

Selain ke kantor Pondok Pesantren Tegal, KMF juga bertemu dengan pengurus Lembaga Ta’mir Masjid NU (LTMNU) di sekretariat Lantai 4, gedung PBNU, Jakarta. (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kiai, Hadits, Meme Islam Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 17 April 2009

Ini Kenangan dan Harapan Anggota IPNU Tahun 1968

Boyolali, Pondok Pesantren Tegal -

KH Habib Ihsanudin dikenal sebagai ulama sepuh di daerahnya. Ketika Pondok Pesantren Tegal berkunjung ke kediamannya beberapa waktu yang lalu, Ketua PCNU Boyolali 1980-an tersebut, menyambut kami dengan ramah.

Setelah berbincang sejenak, sejurus kemudian ia masuk ke dalam. Rupanya ia mengambil sebuah buku. Ia pun mulai membuka beberapa lembar. Lalu berhenti pada satu halaman. Ia memperlihatkan foto hitam putih; seorang pemuda yang berbadan tegap dan berseragam lengkap dengan baret.

Ini Kenangan dan Harapan Anggota IPNU Tahun 1968 (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Kenangan dan Harapan Anggota IPNU Tahun 1968 (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Kenangan dan Harapan Anggota IPNU Tahun 1968

“Foto ini ketika saya masih aktif di Corps Brigade Pembangunan (CBP) IPNU pada tahun 1965,” terang KH Habib Ihsanudin.

Kiai Habib yang kini mengasuh sebuah pesantren di daerah Doglo, Boyolali, Jawa Tengah, mengenang kala itu, ia didapuk sebagai Komandan CBP IPNU Boyolali.

CBP merupakan salah satu badan semi-otonom IPNU, yang dibentuk bersamaan dengan lahirnya “Doktrin Pekalongan” yang ditetapkan pada Konferensi Besar IPNU di Pekalongan pada tanggal 25-31 Oktober 1964.

Pada 1965, Habib Ihsanudin muda, mengikuti latihan yang dipusatkan di Cebongan, Yogyakarta. Selama sepuluh hari, ia bersama kader CBP lainnya ditempa jasmani dan rohaninya agar menjadi pemimpin yang bertanggung jawab.

Pondok Pesantren Tegal

“Saya masih ingat salah satu pelatihnya yakni Pak Katamso, Danrem DIY (yang kemudian menjadi salah satu Pahlawan Revolusi,-red),” ungkapnya.

Pada tahun 1966, ia terpilih menjadi Ketua PC IPNU Kabupaten Boyolali hingga tahun 1968. Organisasi itu menjadi pintu awal pengabdiannya di NU. Setelah itu, ia sempat mengemban amanah sebagai Ketua PC GP Ansor Boyolali (1968-1973). Kemudian menjadi Ketua Tanfidziyah PCNU Boyolali (1977-1985).

Bahkan hingga kini, di sela kesibukannya mengasuh para santri, dirinya masih ikut mengabdi bersama NU sebagai Mustasyar NU Boyolali.

Pondok Pesantren Tegal

Ia memiliki harapan khusus untuk para generasi muda NU di masa kini. “Saya pribadi, memiliki cita-cita seperti KH Idham Chalid, yang diibaratkan seperti sedang menulis buku yang isinya 1000 lembar, bahkan lebih. Anda halaman 1 sampai 100, anak Anda 101 sampai 200, dan seterusnya. ini gambaran supaya ada regenerasi, ada yang meneruskan perjuangan ini,” kata dia. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Tegal, Pahlawan Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 05 Februari 2009

ISNU Sumedang Gelar Lawatan Budaya Seni Tarawangsa Rancakalong

Sumedang, Pondok Pesantren Tegal - Pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Sumedang mengadakan kegiatan lawatan budaya kesenian tarawangsa atau jentreng di Dusun Cimanglid Desa Pasirbiru Kecamatan Rancakalong Sumedang, Jumat (17/2) malam. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk pembinaan nilai kesejahteraan di kalangan generasi muda melalui budaya.

Seluruh pengurus ISNU Sumedang dengan didampingi jajaran pengurus PCNU Sumedang ikut hadir dalam lawatan budaya tersebut. Ketua PCNU Sumedang H Sadulloh mengatakan, sekarang ini banyak orang yang alergi terhadap budaya.

ISNU Sumedang Gelar Lawatan Budaya Seni Tarawangsa Rancakalong (Sumber Gambar : Nu Online)
ISNU Sumedang Gelar Lawatan Budaya Seni Tarawangsa Rancakalong (Sumber Gambar : Nu Online)

ISNU Sumedang Gelar Lawatan Budaya Seni Tarawangsa Rancakalong

"Banyak orang yang alergi terhadap budaya, padahal Rasulullah diutus ke dunia hanya untuk menyempurnakan akhlak manusia, bukan untuk mengubah budayanya," kata H Sadulloh.

Pondok Pesantren Tegal

Begitu juga ketika Islam datang ke Indonesia, bukan untuk mengubah budaya Indonesia menjadi budaya Arab. Tapi bagaimana budaya yang sudah ada dikelola dengan baik. Budaya yang tidak sesuai dengan syariat Islam jangan dihilangkan tapi harus diluruskan sehingga para pelaku budaya akhlaknya semakin baik, lanjut H Sadulloh.

Sementara salah satu pengurus ISNU Sumedang Hendra Hidayat mengatakan, kebudayaan merupakan suatu proses panjang melalui tahapan belajar yang berkelanjutan hingga menjadi pengalaman dengan melahirkan karya. Hal ini terlihat dari keanekaragaman hasil budaya Nusantara yang diwariskan kepada bangsa Indonesia secara turun temurun. Lingkungan yang berbeda akan melahirkan kebudayaan yang berbeda pula.

Hendra yang merupakan aktivis budaya di Sumedang secara lebih jauh mengatakan, budaya adalah etika dan estetika hidup suatu bangsa. Sedangkan seni adalah kristalisasi nilai-nilai filosofis, sikap mental, dan nilai-nilai luhur budaya itu sendiri dengan segenap unsur pembentuknya.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara Tarawangsa merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang ada di Jawa Barat. Istilah Tarawangsa sendiri memiliki dua pengertian. Pertama, alat musik gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan yang kedua nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda.

Tarawangsa lebih tua keberadaannya daripada rebab, alat gesek yang lain. Naskah kuno Sewaka Darma dari awal abad ke-18 telah menyebut nama Tarawangsa sebagai nama alat musik. Rebab muncul di tanah Jawa setelah zaman Islam sekitar abad ke-15, merupakan adaptasi dari alat gesek bangsa Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah Arab dan India. Setelah kemunculan rebab, tarawangsa biasa pula disebut dengan nama rebab jangkung (rebab tinggi), karena ukuran tarawangsa umumnya lebih tinggi daripada rebab, lanjut Hendra.

Pada sumber lain dikatakan bahwa tarawangsa adalah salah satu alat musik tradisional masyarakat sunda, yang keberadaannya bahkan disebut dan telah tertulis dalam naskah-naskah sunda kuno yang ditulis pada masa Kerajaan Sunda Padjadjaran dulu. Hingga saat ini kesenian tarawangsa masih hidup di beberapa daerah seperti di Rancakalong Sumedang, Cipatujah Tasikmalaya, dan di beberapa daerah di Bandung dan Banten.

Kabarnya, sulit sekali melacak sejarah sejak kapan dan dimana alat musik tarawangsa ini lahir di tanah pasundan, karena memang kurangnya litelatur yang menjelaskannya secara pasti. Namun di Rancakalong terdapat sebuah tradisi lisan yang hidup hingga sekarang dan diceritakan secara turun temurun mengenai kisah awal mula kesenian tarawangsa, yang menurut cerita tersebut kesenian tarawangsa telah ada sejak masa kerajaan Mataram Kuno sekitar abad 8 masehi dan kesenian tersebut berkaitan erat dengan hubungan Sumedang dengan Mataram.

ISNU Sumedang merasa terpanggil untuk mencoba menggali berbagai kebudayaan dan kesenian yang ada di Sumedang, termasuk seni tarawangsa ini. Lawatan budaya seperti ini akan terus dilakukan untuk bahan kajian para sarjana di Sumedang. Ngamumule budaya sunda pancen urang sarerea (melestarikan budaya sunda tugas kita semua), kata Hendra. (Ayi Abdul Kahar/Alhafiz K)Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul, Nasional Pondok Pesantren Tegal

NU, Dasar Negara, dan Asas Pancasila (1)

Oleh Nur Kholik Ridwan

Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, dalam Muqaddimah Qanun Asasi mengemukakan, “Mereka mengajak kepada Kitab Allah, padahal sedikit pun mereka tidak bertolak dari sana. Mereka tidak berhenti sampai di situ, malahan mereka mendirikan perkumpulan (organisasi) bagi kegiatan mereka tersebut. Maka kesesatan pun semakin jauh. Orang-orang yang malang beramai-ramai memasuki perkumpulan itu.”

NU, Dasar Negara, dan Asas Pancasila (1) (Sumber Gambar : Nu Online)
NU, Dasar Negara, dan Asas Pancasila (1) (Sumber Gambar : Nu Online)

NU, Dasar Negara, dan Asas Pancasila (1)

Kalimat-kalimat itu ditujukan Hadratussyekh untuk mengingatkan kepada umat Islam, khususnya warga Ahlussunnah wal Jama’ah an- Nahdliyah, untuk tidak terjun dalam lautan fitnah, apalagi ikut mengobarkannya. Beliau mengatakan: “Sementara itu ada segolongan orang yang terjun ke dalam lautan fitnah.” Jelas disadari, umat Islam Indonesia tidak lepas dari terkaman api fitnah yang merajalela, baik dulu atau sekarang. Dalam konteks itu, Hadratussyekh mengingatkan, akan banyak orang mengutip Al-Qur’an dan mengajak kepada Al-Kitab, tetapi sejatinya mereka tidak berpijak dari sana.

Pondok Pesantren Tegal

Oleh karena itu, Hadratussyekh mengingatkan, “Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan, dan kegagalan sepanjang zaman,” dan fitnah adalah bagian dari sumber dari perpecahan itu.

Tentang fitnah yang sudah merajalela itu, juga menggerus Muslimin Indonesia, dan khususnya ditujukan kepada masyarakat NU, yaitu yang hubungannya dengan negara dan dasar Negara. Tidak hanya belakangan ini saja, tetapi juga sudah sejak lama ketika Republik ini telah berdiri. Digambarkan bahwa negara yang seperti NKRI dengan dasar Pancasila ini adalah tidak mencerminkan Islam. Pemerintah adalah thaghut dan yang mendukungnya adalah pembela thaghut. Ending - nya mereka berkampanye untuk mendirikan khilafah mengganti negara nasional dan Pancasila, sebagian menginginkan negara Islam dan mengulang tradisi Kartosoewirjo, dan sebagian membayangkan ingin perang Suriah segera terjadi dan daulah islamiyah seperti ISIS berdiri, dan hal-hal lain lagi.

Pondok Pesantren Tegal

Tulisan ini berusaha memenuhi permintaan dari sebagai sahabat-sahabat dan santri-santri pesantren yang menginginkan jawaban dari kemelut fitnah yang membuncah itu: bagaimana NU melihat dasar negara dan asas Pancasila? Karenanya fokus dari tulisan ini adalah NU dan dasar negara, yang dengan sendirinya juga membicarakan bentuk negara nasional dan hubungannya dengan agama.

Paling tidak, bagi sahabat-sahabat kami, adik-adik kami, orang-orang tua kami, dan saudara-saudara kami, semoga memberi manfaat meski hanya secuil. Agar yang bimbang kembali kokoh, yang kokoh merapatkan barisan, yang telah merapatkan barisan agar ikut terjun dalam jihad di dalam segala lapangan kehidupan untuk mengokohkan bangunan yang telah ada, dan mengisinya untuk menjaga dan memelihara NKRI- Pancasila-UUD 1945, dengan semangat dan ruh Ahlussunnah wal Jama’ah an- Nahdliyah. Wallahu a’lam.

Bersambung...

Penulis adalah anggota PP RMINU dan alumnus Pondok Pesantren Darunnajah Banyuwangi.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ubudiyah Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 04 Februari 2009

NU Care Latih Budidaya Jahe Merah Santri Global Insan Mandiri Sukabumi

Sukabumi, Pondok Pesantren Tegal. NU Care LAZISNU menggelar pelatihan budi daya jahe merah di Pesantren Global Insan Mandiri (GIM) Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Pelatihan berupa teori dan praktik berlangsung Selasa (16/5).

Pada kesempatan tersebut, juga dilakukan penyemaian 1.000 benih jahe merah yang nantinya akan ditanam dengan media polybag. Penanaman dengan media ini bertujuan agar lebih efisien pada penggunaan lahan dan pupuk.

Direktur Penyaluran NU Care Slamet Tuhari mengungkapkan, melalui pelatihan ini NU Care ingin mencetak 1000 santri entrepeneur yang mandiri secara ekonomi dan kuat secara ideologi.?

NU Care Latih Budidaya Jahe Merah Santri Global Insan Mandiri Sukabumi (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Care Latih Budidaya Jahe Merah Santri Global Insan Mandiri Sukabumi (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Care Latih Budidaya Jahe Merah Santri Global Insan Mandiri Sukabumi

“NU Care juga berharap agar para santri GIM yang mengikuti pelatihan ini benar-benar serius mengembangkan budi daya jahe merah yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi,” kata Slamet.

Pemateri Aprizal Budi dari PT Bintang Toedjoe menyebutkan, pelatihan ini akan diteruskan dengan pendampingan saat proses penanaman benih di polybag. Pendampingan juga dilakukan selama masa perawatan hingga masa panen dan pasca panen (proses pengeringan).

“Kami juga akan membeli hasil panen jahe merah yang dikelola santri GIM,” tambah Aprizal.

Pondok Pesantren Tegal

Pengasuh Pondok Pesantren GIM, KH Ahmad Danial Fahad, mengungkapkan berbagai program di pesantren GIM berkonsentrasi dalam pengembangan agrobisnis.

“Semoga kerja sama ini terus berjalan. Dan yang paling penting selain ilmu yang diperoleh adalah adanya jaminan pasar pasca panen,” kata Kiai Fahad.

Peserta pelatihan tersebut mengikuti dengan gembira dan semangat. Budi, salah satu santri menuturkan Pesantren GIM memiliki 40 santri setiap angkatan.

”Kalau semua santri bisa mandiri, tentu dapat memberikan manfaat yang baik bagi diri sendiri dan masyarakat,” kata Budi. (Kendi Setiawan/Zunus)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Habib Pondok Pesantren Tegal