Selasa, 31 Oktober 2017

Posko GP Ansor Kragan Dilengkapi Fasilitas Wifi dan Tensi Gratis

Rembang, Pondok Pesantren Tegal. Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Banser Kecamatan Kragan mengawali posko mudik yang diprogramkan oleh Satkorcab Banser Kabupaten Rembang. Bertempat di depan Masjid Roudhatus Sholihin Desa Karang Lincak, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. Posko yang berfasilitaskan tempat istirahat, takjil plus kopi gratis, juga menyediakan fasilitas kesehatan termasuk ambulance itu mulai berjalan, Jumat ( 1/7).

Posko GP Ansor Kragan Dilengkapi Fasilitas Wifi dan Tensi Gratis (Sumber Gambar : Nu Online)
Posko GP Ansor Kragan Dilengkapi Fasilitas Wifi dan Tensi Gratis (Sumber Gambar : Nu Online)

Posko GP Ansor Kragan Dilengkapi Fasilitas Wifi dan Tensi Gratis

Ketua GP Ansor Kragan, Hakim saat dikonfirmasi Pondok Pesantren Tegal menjelaskan, jika di posko ini juga dilengkapi dengan fasilitas wifi gratis yang dapat digunakan oleh pemudik secara gratis saat beristirahat melepas lelah. Selain itu, di posko ini juga disediakan tensi gratis bagi siapa saja yang ingin sekadar cek tekanan darah.

"Kali ini kita berbeda dari biasanya, di posko kita sediakan wifi gratis yang bisa digunakan oleh pemudik sambil melepas lelah. Bukan hanya itu saja, kita juga ada tenaga medis selain P3K, yaitu tensi,” ujar Hakim.

Di posko ini, Satkoryon Banser Kragan membagi tugas dalam tiga shift, dimana setiap shift-nya ada 10 anggota Banser dan Ansor yang siap siaga menerima pemudik. Sejak dibuka, posko ini sedah disinggahi lebih dari 50 pemudik dari berbagai daerah di Surabaya dan luar Pulau Jawa termasuk Bali. (Ahmad Asmui/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Makam, Jadwal Kajian Pondok Pesantren Tegal

Radio NU Online Tutup Siaran Ngaji Pasaran

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Pondok Pesantren Tegal secara resmi menutup penyiaran pengajian pasaran pada pada Sabtu, 22 Ramadhan 1433 H. (11/8) malam. Penutupan pengajian ditandai dengan pengakhataman kitab Nashaihul Ibad oleh KH. Musthofa Bisri, Wakil Rois Aam PBNU di PP Raudhatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.

“Pengajian sejumlah kitab disiarkan oleh Radio Pondok Pesantren Tegal sejak awal Ramadhan pada Ahad, 22 Juli 2012,” ungkap Ulil Abshar Hadhrawi, penanggung jawab kepada Pondok Pesantren Tegal di lantai lima kantor Pondok Pesantren Tegal, Senin (13/8) sore.

Radio NU Online Tutup Siaran Ngaji Pasaran (Sumber Gambar : Nu Online)
Radio NU Online Tutup Siaran Ngaji Pasaran (Sumber Gambar : Nu Online)

Radio NU Online Tutup Siaran Ngaji Pasaran

Menurut Ulil, pengkhataman kitab di Rembang, mewakili penutupan penyiaran Radio Pondok Pesantren Tegal akan pengajian di sejumlah pondok pesantren.

Pondok Pesantren Tegal

Usai pengkhataman kitab tersebut, KH. Musthofa Bisri, akrab disapa Gus Mus, memimpin masyarakat setempat dan para pendengar Radio Pondok Pesantren Tegal dimanapun berada dalam melakukan ritual tahlil.

Semua ayat, zikir, doa dan wirid yang dibaca dalam rangkaian tahlil, ditujukan kepada penulis kitab, Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Syekh Nawawi Banten. Selain itu, Gus Mus juga mengirimkan doa bersama kepada para ulama salaf dan para kiai NU. Gus Mus pun tidak lupa bermunajat kepada Allah agar membimbing dan mengampuni dosa jajaran pemerintah Indonesia.

Penutupan siaran ini hanya berlaku bagi pengajian pasaran saja. Siaran Pondok Pesantren Tegal yang menyangkut zikir Asmaul Husna, insya Allah akan jalan berjalan terus, tandas Ulil saat dikonfirmasi Pondok Pesantren Tegal pertelepon, Senin (13/8) malam.

Pondok Pesantren Tegal

Selain kitab Nashaihul Ibad, Radio Pondok Pesantren Tegal pada kesempatan Ramadhan tahun ini juga menyiarkan pengajian kitab Minhajul Abidin oleh KH. M. Sahal Mahfuz (Rois Aam PBNU) di PP Maslakul Huda, Pati, kitab Dalailul Khairot oleh KH Idris Marzuki di PP Lirboyo, Kediri, dan kitab Syarhul Hikam oleh KH. Jamaluddin Ahmad di PP Tambak Beras, Jombang.

Radio Pondok Pesantren Tegal, juga menyiarkan Kajian Tematik Interaktif langsung dari ruang redaksi Pondok Pesantren Tegal. Siaran kajian tematik interaktif ini sempat menghadirkan KH. A Ghazali Masroeri, ahli Falak, KH Malik Madani, pakar Hukum Islam, dan KH Nuril Huda.

Siaran Radio Pondok Pesantren Tegal, tersambung ke jaringan internet. Dengan demikian, siaran tersebut dapat diakses oleh seluruh pendengar Radio Pondok Pesantren Tegal dimanapun. Pengakses Radio Pondok Pesantren Tegal, antara lain mereka yang tinggal di Mesir, Turki, Libya, Sudan, dan Qatar.

 

Redaktur : Hamzah Sahal

Penulis : Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Halaqoh, Internasional Pondok Pesantren Tegal

Senin, 30 Oktober 2017

AS Hikam: Tuduhan Allan Nairn kepada As’ad Ali Fitnah

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali (ASA) diberitakan tempo.co bermasalah sehingga tidak layak menjadi Kepala BIN. Kesimpulan tersebut diperoleh dari Allan Nairn, warga AS yang mengaku sebagai jurnalis investigasi. (3/11/2014).

AS Hikam: Tuduhan Allan Nairn kepada As’ad Ali Fitnah (Sumber Gambar : Nu Online)
AS Hikam: Tuduhan Allan Nairn kepada As’ad Ali Fitnah (Sumber Gambar : Nu Online)

AS Hikam: Tuduhan Allan Nairn kepada As’ad Ali Fitnah

Dalam status Facebook-nya yang diunggah pada Rabu, 5 November 2014 (19:54 WIB) Muhammad AS Hikam sangat meragukan pengakuan Allan Nairn tersebut. “Terus terang, saya tak percaya sama sekali dengan ocehan Allan Nairn (AN) yg diberitakan tempo.co ini,” tulis Hikam.

Wartawan AS tersebut, lanjut Hikam, mengatakan bahwa mantan Wakil Kepala BIN yang juga Waketum PBNU, ASA mengakui dirinya “bertanggungjawab atas kematian Munir” dalam sebuah wawancara. AN pernah juga menggunakan klaim yang mirip ketika dia menulis tentang Prabowo Subianto (PS), yakni hasil wawancara “off the record” yang dia buka kepada publik.

Pondok Pesantren Tegal

“Wartawan ini, dengan mengatasnamakan jurnalisme investigasi, hemat saya mencoba mempengaruhi publik Indonesia dengan informasi yang sulit untuk dibuktikan atau diverifikasi validitasnya. Hasilnya, bisa jadi hanya fitnah atau minimum sebuah sensasi politik murahan belaka,” tegas Menteri Riset dan Teknologi era Presiden KH Abdurrahman Wahid ini.

Pondok Pesantren Tegal

Hikam menganggap ocehan AN tentang statemen As’ad sebagai tidak nalar dan sangat lemah. Tidak mungkin menurut nalar yang waras, seoramg pejabat intelijen buka mulut semaunya kepada wartawan asing yang reputasinya dikenal kurang bagus di negeri ini. “Sebodoh-bodoh agen intelijen, jika ia buka mulut tentu melihat dulu siapa yang diajak bicara dan apa gunanya. ASA jelas bukanlah seorang pejabat intelijen kemarin sore, dan jelas bukan orang bodoh,” tulis Hikam.

Menurut pria bernama lengkap Muhammad Athoillah Shohibul Hikam ini, fakta bahwa ASA menjadi orang sipil pertama yang mencapai karir wakil kepala BIN tentu cukup menjadi bukti kecakapan dan keahliannya.

Dengan geram, Hikam menulis di akun Facebook-nya: “Apakah AN sudah demikian hebat dan penting sehingga bisa membuat seorang ASA bicara dan bahkan mengaku terlibat dalam kasus pembunuhan Munir kepada dia? Yang lebih penting lagi mana bukti yang diberikan AN kpd wartawan tempo.co dan apakah sudah divalidasi akurasinya serta ditanyakan kpd ASA sebelum memuat ocehan tersebut.”

Agar publik tak terjebak dalam teori konspirasi atau dianggap anti orang asing atau anti wartawan dan media, Hikam berpendapat agar AN mesti diusut omongannya secara tuntas. Demikian pula tempo.co harus diminta menjadi saksi dalam pengusutan tersebut.

“Sebab AA bukan saja mantan pejabat intelijen negara, tetapi juga tokoh NU, sebuah ormas Islam terbesar di negeri ini yang punya reputasi baik dan terhormat dlm urusan membela HAM,” tulis Hikam beralasan.

Bagi Hikam, reputasi ASA dan NU dipertaruhkan jika ASA dituding sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pembunuhan tokoh HAM Munir yang juga dihormati oleh Almaghfurlah Gus Dur. “Munir merupakan salah seorang teman seperjuangan Gus Dur ketika beliau berdua masih hidup,” tambah Hikam. (Musthofa Asrori/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sejarah Pondok Pesantren Tegal

Khutbah Jum’at dengan Bahasa Indonesia

Assalamu’alaikum wr. wb.. Nama saya Muchamad Wajihuddin asal kota Bogor. Saya mau bertanya seputar shalat Jumat. Apakah shalat Jum’at sah dengan khutbah menggunakan bahasa Indonesia? karena dalam kitab "Safinatunnaja" dan "Fathul Mu’in" disebutkan syarat khutbah Jumat diantaranya dengan bahasa Arab bil’arobiyah, dengan bahasa Arab.

Wa’alaikum salam wa rahamatullah wa barakatuh. Saudara penanya yang dimuliakan Allah Telah kita pahami bahwa khutbah Jum’at merupakan satu rangkaian yang harus dilaksanakan satu paket dengan shalat Jum’at. Artinya shalat Jum’at tidak dapat dinyatakan sah apabila khutbah Jum’at tidak memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Saudara penanya yang kami hormati Memang benar, apabila kita membaca dua kitab yang anda sebutkan, sepintas lalu kita akan mendapat pemahaman bahwa syarat sah khutbah Jum’at adalah dengan bahasa Arab. Namun apabila kita mau meneliti lebih dalam penjelasan tentang kitab-kitab ini (syarah –syarahnya seperti I’anatut-Thalibin dan Kasyifatus-Saja), maka dapat kita temukan bahwa yang dimaksudkan dengan keharusan bahasa Arab adalah ketika seorang khotib menyampaikan rukun-rukun khutbah, bukan keseluruhan khutbah. Dalam I’anat at-Thalibin:

Khutbah Jum’at dengan Bahasa Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Khutbah Jum’at dengan Bahasa Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Khutbah Jum’at dengan Bahasa Indonesia

?: ? ?- ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? - ? ? - ? ? ? ? ?

Artinya: ungkapan penyusun kitab Fathl-Mu’in: dan disyaratkan di dalam pelaksanaan dua khutbah (dengan bahasa Arab), artinya adalah rukun-rukun khutbah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab at-Tuhfah. Adapun redaksi aslinya “syarat rukun khutbah”-bukan yang lain- adalah dengan bahasa Arab.

Dengan demikian khutbah yang disampaikan dengan bahasa Indonesia sebagaimana pertanyaan saudara, masih dihukumi sah selama rukun-rukunnya masih disampaikan dengan bahasa Arab dan tidak merusak kesinambungan (muwalat) antar rukun khutbah.

Hal ini juga pernah dibahas dalam forum muktamar NU ke-20 tahun 1954 di Surabaya. Jawaban ini mudah-mudahan bermanfaat dan menjadikan kita semakin yakin dengan ibadah shalat Jum’at yang kita lakukan. Amin. (Maftukhan)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal AlaNu, Ahlussunnah, Nahdlatul Ulama Pondok Pesantren Tegal

Atribut Parpol di Area Muktamar NU Tambakberas Dibersihkan

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Kalangan pengasuh muda Pesantren Bahrul Ulum (BU) Tambakberas menurunkan spanduk partai politik PKB yang berada di lingkungan pesantren. Pasalnya pesantren BU menjadi salah satu lokasi Muktamar ke-33 NU agar even limatahunan NU ini tidak menjadi ajang kampanye partai politik.

Dipimpin langsung Gus Latif Malik, Humas Pesantren BU, beberapa santri dan pengurus melakukan sweeping dikawasan pesantren yang memiliki  sekitar 7 ribu santri itu. Saat menemukan adanya spanduk PKB. Mereka langsung menurunkannya.

Atribut Parpol di Area Muktamar NU Tambakberas Dibersihkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Atribut Parpol di Area Muktamar NU Tambakberas Dibersihkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Atribut Parpol di Area Muktamar NU Tambakberas Dibersihkan

"Seluruh pengurus sudah sepakat bahwa kawasan pesantren yang ditempati kegiatan Muktamar ke-33 NU harus bebas aktribut partai. Makanya kita hari ini melakukan sweeping," ujarnya didampingi Gus Wahab Yahya, Sabtu (25/7) siang keamrin.

Pondok Pesantren Tegal

Pesantren BU Tambakberas lanjutnya tidak ingin, selama Muktamar NU digelar dijadikan ajang kampanye partai politik tertentu. Hal ini sesuai rapat keluarga besar Bahrul Ulum. "Ini keputusan musyawrah keluarga pesantren. Meski spanduk sebagai ucapan selamat juga harus dibersihkan," imbuhnya.

Spanduk yang diturunkan itu antara lain bertuliskan Selamat dan Sukses Muktamar ke-33 NU terdapat gambar Partai PKB dan foto Wakil Bupati bangkalan H Mondzir Rofii. Spanduk itu terpampang di tembok salah satu madrasah yang berada di pintu masuk Pesantren Bahrul Ulum.

Pondok Pesantren Tegal

Pesantren bahrul Ulum merupakan salah satu lokasi Muktamar ke-33 NU. Di pesantren ini nanti akan digunakan kegiatan tiga komisi Bahtsul Masail Diniyah. Sekitar 1200 peserta Muktamar dari berbagai daerah akan hadir di pesantren ini. (Muslim Abdurrahman/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Aswaja Pondok Pesantren Tegal

Ribuan Warga Hadiri Tabligh Akbar PCNU Merauke

Merauke, Pondok Pesantren Tegal. Sekitar lima ribu warga Nahdlatul Ulama (NU) mengahadiri Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang (PC) NU Kab Merauke di Kampung Rawasari Distrik Malind sekitar 100 KM dari kota Merauke.

Tabligh Akbar pada Ahad (9/12) lalu diadakan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1434 H. Kegiatan ini dihadiri Wakil Bupati Kab. Merauke Sunarjo, sekaligus memberikan sambutan atas nama pemerintah daerah.

Ribuan Warga Hadiri Tabligh Akbar PCNU Merauke (Sumber Gambar : Nu Online)
Ribuan Warga Hadiri Tabligh Akbar PCNU Merauke (Sumber Gambar : Nu Online)

Ribuan Warga Hadiri Tabligh Akbar PCNU Merauke

Ketua PCNU Kab. Merauke menyampaikan sambutan awalnya dengan mengajak warga Nahdiyyin untuk terus menjaga persatuan dan Kesatuan dan senantiasa untuk berkarya dan  berfikir positif dalm membangun Kab. Merauke.

Pondok Pesantren Tegal

Tampil memberikan Taushiyah KH Muhammad Imam Syairozi dari Lamongan Jawa Timur.

Acara diakhiri dengan pemberian bingkisan sebanyak 150 paket kepada anak yatim piatu.

Pondok Pesantren Tegal

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: H Syamsuddin

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ubudiyah Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 29 Oktober 2017

Pemkab Karanganyar Gelar Tahlil Akbar untuk Istri Pangeran Diponegoro

Karanganyar, Pondok Pesantren Tegal. Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Karanganyar yang ke-98, pemerintah setempat menggelar tahlil akbar, Sabtu (21/11), di makam Nyi Ageng Karang, Desa Tegalgede, Kecamatan Karanganyar, Karanganyar, Jawa Tengah.  

Pemkab Karanganyar Gelar Tahlil Akbar untuk Istri Pangeran Diponegoro (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemkab Karanganyar Gelar Tahlil Akbar untuk Istri Pangeran Diponegoro (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemkab Karanganyar Gelar Tahlil Akbar untuk Istri Pangeran Diponegoro

Proses pembacaan tahlil dipimpin oleh Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Karanganyar Kiai Ahmad Hudaya. “Tahlil akbar ini merupakan tahlil pertama yang diagendakan oleh Pemda dalam peringatan Hari Jadi Karanganyar,” ungkap kiai Hudaya saat membuka tahlil akbar.

Ia menjelaskan, Nyi Ageng Karang merupakan istri dari Pangeran Diponegoro yang mempunyai nama kecil Raden Ayu Syulbiyah yang berjasa merintis terbukanya kawasan penduduk baru (babat alas) yang kini dikenal sebagai Kabupaten Karanganyar.

Pondok Pesantren Tegal

Tahlil akbar kali ini selain bertujuan untuk mengingat kematian sebagai peristiwa niscaya tiap manusia, juga sebagai upaya untuk mengenang serta meneladani perjuangan Nyi Ageng Karang dalam melawan penjajah hingga terbentuknya kabupaten Karanganyar, imbuhnya.

Pondok Pesantren Tegal

“Kami berharap kegiatan yang positif ini akan diagendakan lagi pada peringatan hari jadi Karanganyar di tahun-tahun yang akan datang, sehingga orang-orang yang sekarang tinggal di Karanganyar mengetahui sejarah asal usul tempat tinggalnya dan mengenal tokoh pendirinya,” pungkasnya. (Ahmad Rosyidi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pesantren, AlaSantri, Aswaja Pondok Pesantren Tegal

Pergunu DKI: Konferwil Momentum NU Jakarta Berbenah

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal

Konferensi Wilayah Nahdlatul Ulama (Konferwil NU) DKI Jakarta akan digelar 25 - 27 Maret 2016, di TMII Jakarta. Hajatan penting untuk menentukan kiprah pengabdian NU kepada masyarakat Jakarta ke depan.

Pergunu DKI: Konferwil Momentum NU Jakarta Berbenah (Sumber Gambar : Nu Online)
Pergunu DKI: Konferwil Momentum NU Jakarta Berbenah (Sumber Gambar : Nu Online)

Pergunu DKI: Konferwil Momentum NU Jakarta Berbenah

Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) DKI Jakarta berharap momentum Konferwil dapat dijadikan sarana refleksi, evaluasi, serta merumuskan program kerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jakarta. Masyarakat Jakarta memiliki karakteristik yang khas, sehingga perlu pendekatan yang khas pula. Pada kondisi seperti ini, NU DKI Jakarta ke depan harus memiliki program yang lebih menyentuh dan melayani grass root masyarakat Jakarta.

Lebih dari itu, secara ideologis NU DKI Jakarta juga harus mampu menjaga marwah paham Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah. Apalagi Jakarta menjadi lahan bebas pertarungan ideologi transnasional, gerakan anti NKRI, dan, gerakan radikalisme agama.?

Untuk itu, momentum Konferwil dapat memilih pemimpin NU DKI Jakarta yang mampu menjawab tantangan Aswaja dan kondisi masyarakat Jakarta,” ujar Ketua PW Pergunu DKI Jakarta Aris Adi Leksono lewat rilis yang diterima Pondok Pesantren Tegal, Selasa (22/3).

Pondok Pesantren Tegal

Intinya, kata Aris, NU Jakarta harus mampu hadir di tengah problematika masyarakat Jakarta, menyapa, melayani, ? dan menjadi oase bagi masyarakat.

Melihat kebutuhan dan tantangan ke depan, maka ke depan NU DKI Jakarta harus dipimpin oleh figur yang tepat. Figur yang melayani, penggerak, ikhlas bekerja, mempunyai leadership dan manajerial handal.

“NU DKI Jakarta harus steril dari kepentingan pribadi dan golongan, apalagi kepentingan politik atau birokrasi tertentu. Semua harus berkerja untuk nahdliyin dan warga Jakarta,” terangnya. (Red: Fathoni)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Lomba, Pertandingan, Ahlussunnah Pondok Pesantren Tegal

Kemenag Dorong Islam Indonesia sebagai Kiblat Kajian Islam Dunia.

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Kementerian Agama melalui Ditjen Pendidikan Islam menyelenggarakan Student Mobility Program (SM-PRO) Tahun 2015. Sebanyak 27 mahasiswa terbaik sudah terpilih dan akan diberangkatkan ke Australia pada Kamis (17/12).

Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin meminta ? peserta SM-PRO 2015 dapat menjadi agen yang mengabarkan potensi Islam Indonesia ke Australia dan negara manapun di dunia.?

Kemenag Dorong Islam Indonesia sebagai Kiblat Kajian Islam Dunia. (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemenag Dorong Islam Indonesia sebagai Kiblat Kajian Islam Dunia. (Sumber Gambar : Nu Online)

Kemenag Dorong Islam Indonesia sebagai Kiblat Kajian Islam Dunia.

“Student Mobility Program ini dapat menjadi saluran penting bagi aktivitas kemahasiswaan yang positif di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam,” tegas Dirjen saat bertemu peserta Predeparture Orientation ? SM-PRO 2015 yang dilaksanakan Subdit Kelembagaan Direktorat Diktis, di Denpasar, Rabu (16/12) sebagaimana dikutip dari klaman kemenag.go.id.

Pondok Pesantren Tegal

Dalam arahannya Guru Besar hadits UIN Alaudddin Makassar itu kembali menekankan pentingnya Islam Indonesia sebagai kiblat kajian Islam dunia. Menurutnya, ada banyak alasan kenapa dunia harus belajar Islam ke Indonesia. Pertama, Indonesia adalah the most moslem countries in the world. Kedua, Islam Indonesia dikenal moderat dan demokratis, damai, dan menghargai perbedaan (diversity).?

Pondok Pesantren Tegal

“Islam dan demokrasi bertemu, compatible,” terangnya.?

“Ketiga, Indonesia memiliki modal sosial-kultural yang banyak, antara lain lembaga pendidikan Islam yang jenis dan jumlahnya terbanyak di dunia,” tambahnya bersemangat.

Kamaruddin Amin mengapresiasi pelaksanaan SM-PRO dan menilai program rintisan ini penting untuk dilanjutkan sebagai salah satu program unggulan Ditjen Pendis. ? Direktorat Diktis telah melakukan seleksi yang sangat ketat terhadap 2000 lebih calon pendaftar SM-PRO 2015. Dari jumlah tersebut, setelah dilakukan wawancara kemampuan bahasa dan akademik, diperoleh 27 mahasiswa terbaik yang hari ini ikut Predeparture.?

Menurut Mastuki, penanggung jawab kegiatan sekaligus Kasubdit Kelembagaan Diktis, 27 orang mahasiswa S1 ini akan mengikuti student camp and leadership training serta cultural benchmark di Perth, Australia selama 8 hari.

“Ada yang menarik bahwa peserta SMPRO 2015 ini adalah mahasiswa S1 dari perguruan tinggi Islam dengan jurusan/prodi yang beragam. Ada yang jurusan tafsir/hadits, tarbiyah, dakwah, hubungan internasional, dan pendidikan Bahasa Inggris. Artinya, kemampuan Bahasa Inggris dan akademik merata di seluruh program studi dan jurusan di PTKI. Apalagi di antara peserta ada yang hafidz Al-Qur’an 30 juz, pinter bahasa Arab, dan talenta lainnya,” papar Mastuki di sela-sela Predeparture yang dilaksanakan di Hotel Eden Kuta Bali.

Peserta yang mengikuti SM-PRO 2015 berasal dari berbagai PTKI negeri dan swasta. Tersebar dari Aceh, Makassar, Watampone, Bandung, Medan, Palembang, Jakarta, Jogja, Surabaya, Malang dan Semarang. Mereka take off ke Perth kamis sore, (16/12) dan langsung menuju Curtin University untuk mengikuti berbagai kegiatan sampai 23 Desember 2015. Pendamping kegiatan ini dihandle oleh Jarot Wahyudi (UIN Jogja) dan Yeni Ratnayuningsih (UIN Jakarta). Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Internasional Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 28 Oktober 2017

KH Chizni Umar Burhan: Pelindung Karya

KH Chizni Umar Burhan Lahir tahun 1955 di Gresik. Ia melindungi dokumen-dokumen bersejarah pada masa-masa awal berdirinya NU, terutama terkait surat atau tulisan-tulisan tangan dan kumpulan pidato yang disampaikan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari.

Ada juga dokumen asli berupa surat yang ditulis oleh Komite Hejaz kepada Raja Ibnu, tahun 1926. Surat itu berisi permohonan kepada penguasa baru Saudi Arabia itu agar umat Islam diberi kebebasan bermadzab, dan agar makam Nabi dan berbagai situs bersejarah tidak dihancurkan atas nama paham Wahabi.

KH Chizni Umar Burhan: Pelindung Karya (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Chizni Umar Burhan: Pelindung Karya (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Chizni Umar Burhan: Pelindung Karya

Rumah H. Chizni di Jalan Nyai Ageng Arem Arem 35, tidak jauh dari masjid jami’ Gresik, menyimpan dokumen-dokumen penting NU yang tertata rapi. Dokumen-dokumen itu diwarisinya dari KH Umar Burhan, murid sekaligus sekretaris pribadi KH Hasyim Asy’ari. KH Umar Burhan juga menulis khotbah dan buah pikir KH Hasyim Hasyim Asy’ari, termasuk Qonun Azazi NU.

Kitab-kitab karangan Hadratus Syekh yang dikumpulkan oleh Gus Ishom dalam “Irsyadud Syari” sebagian juga bersumber dari dokumen-dokumen di rumah itu. KH Umar Burhan lahir pada tahun 1913, putra dari H Burhan, bendahara NU pada di masa kepengurusan periode pertama bersama H Hassan Gipo. Istri KH Umar Burhan, Ny. Umu Munawaroh (ayah H Chizni) adalah cucu dari Mustasyar NU pertama, KH Zubeir, teman belajar KH Cholil Bangkalan sewaktu di Mekkah.

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Tidak hanya dokumen, ada dua lemari kaca yang cukup besar berisi kitab-kitab kuning abad pertengahan yang menjadi rujukan para ulama NU zaman dulu, majalah serta surat kabar umum yang dibaca oleh para pengurus NU baik terbitan dalam maupun luar negeri, serta surat kabar dan majalah yang diterbitkan oleh NU pada kurun tahun 1920-an sampai tahun 1960-an baik yang berbahasa Indonesia, Arab maupun Arab-Pegon.

Rumah di Jalan Nyai Ageng Arem itu menjadi salah satu tempat belajar Gus Dur sewaktu muda. Gus Dur sering menginap dan menghabiskan malam di rumah itu untuk membaca berbagai dokumen, dan meminta cerita kepada KH Umar Burhan. “Gus Dur meminta cerita sambil memijit-mijit ayah saya. Ayah saya menganggap Gus Dur seperti anaknya sendiri. Dan Gus Dur menganggap saya seperti adik sendiri,” kata H Chizni.

Rumah itu juga sering didatangi para peneliti asing seperti Denis Lombart, Martin van Bruinessen, Andree Fiellard, Greg Felly, Mitsuo Nakamura, Greg Barton, dan hampir semua peneliti asing yang menulis tentang NU. Tapi H Chizni, seperti juga ayahnya tidak pernah mengizinkan mereka semua untuk meminjam atau menggandakan dokumen-dokumen itu. Mereka boleh datang berkali-kali dan hanya diizinkan membaca dokumen itu di tempat.

Pada tahun 2004, pernah dibentuk tim Penyelamat Dokumen NU yang difasilitasi oleh PBNU, namun hanya beberapa 30 persen dokumen yang berhasil dikodifikasi. Kerja tim dihentikan. H Chizni berang karena beberapa dokumen hilang. Kini dokumen-dokumen itu tersimpan rapat di lemari terkunci. Tak hanya dilarang meminjam dan mem-foto copy dokumen, pengamat dan peneliti yang membaca dokumen itu pun harus didampingi pemiliknya, H Chizni Umar Burhan. Tak boleh ada satu dokumen pun yang tercecer, apalagi hilang.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Hikmah Pondok Pesantren Tegal

Hak Allah dan Hak Sesama Hamba

Oleh KH A Mustofa Bisri



Bahkan satu bulan –di antara 12 bulan umur kita—yang dianugerahkan Tuhan,? nyaris tidak kita gunakan sebagaimana mestinya. Rutinitas kesibukan yang tidak begitu jelas tetap saja berlangsung di bulan yang kita sebut-sebut sebagai bulan suci. Gegap gempita kita menyambut bulan Ramadhan. Bahkan untuk lebih menunjukkan penghormatan kita kepada bulan istimewa itu, kita perlukan memasang sepanduk di jalan-jalan.” Marhaban Ya Ramadhan. Selamat Datang, Bulan Ramadhan. Hormatilah Bulan Ramadhan!” Gegap gempita penyambutan yang kemudian disusul dengan gegap-gempita-gegap-gempita lainnya itu tak kunjung menjelaskan secara jelas: di mana letak kesucian atau keistimewaan bulan Ramadhan yang kita hormati itu. Jangan-jangan sebutan kita kepada Ramadhan “yang terhormat” itu? hanyalah seperti tegur-sapa kita kepada para anggota DPR.

?

Hak Allah dan Hak Sesama Hamba (Sumber Gambar : Nu Online)
Hak Allah dan Hak Sesama Hamba (Sumber Gambar : Nu Online)

Hak Allah dan Hak Sesama Hamba

Mestinya, anugerah 1 bulan suci ini bisa kita gunakan untuk iktikaf, berakrab-akrab dengan diri sendiri; setelah 11 bulan lainnya kita hampir tidak sempat berdiam diri. Sibuk dengan berbagai kegiatan yang sering kali tidak jelas kaitannya terutama dengan urusan kehidupan abadi kita kelak. Tapi lagi-lagi kita lebih suka? meneruskan kesibukan duniawi kita dan dari bulan Ramadhan hanya kita ambil suasananya dengan mengubah gaya? saja. Dengan kata lain, nuansa ukhrawi dalam kegiatan-kegiatan dan kesibukan-kesibukan itu, hanyalah kemasan . Sekedar menyesuaikan dengan timing Ramadhan.

?

Pondok Pesantren Tegal

Pihak pengusaha dan industri yang naluri nawaitu-nya bermula dari kepentingan duniawi pun, seperti di hari-hari dan bulan-bulan lain, tetap lebih terasa mendominasi kegiatan-kegiatan ukhrawi kita. Lihatlah kekontrasan ini:? harga bahan-bahan makanan naik? menjelang bulan puasa. Ramainya pasar, mall-mall, dan supermarkets? pada ‘asyrul-awaakhir , pada hari-hari penting ibadah Ramadhan yang terakhir.

Lihatlah pula acara-acara di televisi-televisi. Semuanya, dengan sedikit sekali pengecualian, masih tetap seperti itu. Mengiklankan kehidupan mewah duniawi.

Pondok Pesantren Tegal

Kesibukan-kesibukan para politisi dan pengamat, sebagaimana diberitakan pers, pun masih kesibukan-kesibukan? yang itu-itu saja.? Pamer benar dan pamer pintar. Tetap tidak tergerak mempergunakan bulan perenungan ini bagi mereformasi diri sendiri.

?

Kaum muslimin sendiri, di bulan yang sering mereka? sebut sebagai bulan perenungan, bulan beri’tikaf dan tafakkur itu, ternyata lebih mengekspresikan keislaman mereka? dengan kegaduhan-kegaduhan. Perhatian mereka terhadap diri sendiri dalam rangka perbaikan dan peningkatan kedekatan? kepada Allah, masih kalah dengan perhatian mereka terhadap pihak lain yang mereka anggap keliru. Namun ketika mereka sedang ‘mensyiarkan’ agamanya, mereka justru seperti? tidak memperhatikan pihak lain.

?

Kini bulan anugerah Allah—dengan suasana yang amat kondusif untuk merenung dan memikirkan peningkatan kualitas kehidupan kita sendiri—itu sudah beranjak pergi. Kita sudah akan merayakan hari yang sering kita sebut Hari Kemenangan. Idul Fitri. Hari Kemenangan? Kemenangan dari apa? Apakah kita kemarin baru saja berperang, berlaga, atau berlomba? Melawan siapa atau apa? Apakah karena kita telah berhasil sebulan menahan diri tidak makan-minum di siang hari? Bukankah itu telah kita balas dengan melipat-gandakan makan-minum di malam hari? Atau setidaknya itu hanya mengubah jadwal makan kita? Atau kita telah berhasil memperlihatkan kedekatan kita kepadaNya? Ataukah kita telah berhasil menang atas musuh kita yang terbesar: diri kita sendiri?

?

Apa pun dan bagaimana pun, kita –khususnya kaum muslimin—telah berhasil melaksanakan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan dan tentunya kita berharap Tuhan menerima amal ibadah kita dan mengampuni dosa-dosa kita.? Bukankah Rasulullah Muhammad SAW telah bersabda, “Man shaama Ramadhaana iimaanan wahtisaaban ghufira lahu maa taqaddamaa min dzanbihi.”? (Hadits sahih muttafaq ‘alaih dari shahabat Abu Hurairah) “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan semata-mata karena iman dan mencari pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang sudah-sudah.”

?

Tuhan memang Maha Pengampun dan suka mengampuni. Lembaga pengampunannya banyak sekali. Enaklah kalau kita berhubungan dan bergaul denganNya. Di samping Pemurah, Pengasih, dan Penyayang, Ia juga? Syakuur.? Menerima amal ikhlas hamba-hambaNya seperti apa pun bentuknya dan mengampuni kekurang-kekurangan mereka.

?

Namun ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan. Yaitu bahwa di hadapan kita ada dua hak. Hak Allah dan hak sesama hamba. Kemurahan? Allah? dan kemudahanNya mengampuni? itu bila berkaitan dengan hakNya. Apabila menyangkut hak sesama hamba, keadilanNya menentukan: Ia tidak akan mengampuni sebelum di antara sesama hamba itu menyelesaikan urusan mereka. Artinya, apabila kita mempunya kesalahan kepada sesama hamba, Allah tidak akan mengampuni sebelum hamba yang bersangkutan memaafkan kesalahan kita itu.

?

Ada hadis sahih (riwayat imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah) yang menggambarkan kebangkrutan sementara umat Muhammad SAW kelak di Hari Kiamat. Mereka yang bangkrut itu ialah mereka yang datang di Hari Kemudian membawa? sekian banyak amalan-amalan salat, puasa, dan zakat; namun semasa hidupnya di dunia suka melakukan perbuatan buruk? kesana-kemari kepada sesama:? mencaci ini, menuduh itu,? memakan hartanya ini, melukai ini, memukul itu. Nanti pahala-pahala amal mereka? diambil dan diberikan kepada? orang-orang? yang pernah mereka lalimi. Dan apabila pahala-pahala amal mereka habis, padahal masih banyak orang yang haknya belum terpenuhi, maka dosa orang-orang? yang bersangkutan akan diambil dan ditimpukan kepada mereka. Akhirnya mereka pun dilemparkan ke neraka. Na’udzubillah.

?

Nah, kita sering kali berpikir terbalik. Terhadap Allah Yang Maha Pemurah, Penyayang, Pengampun, dan Syakuur,? kita begitu bersitegang? menyikapi hak-hakNya. Soal? kiblat salat kurang miring sedikit, ribut. Soal wudhunya orang yang terlanjur bertatto, ribut. Soal beda awal Ramadhan atau awal Ied, ribut. Dan sebagainya dan seterusnya. Sementara terhadap sesama manusia yang umumnya mudah kesal dan marah, pembenci, dan sulit memaafkan, kita malah sembrono. Menganggap ringan. Begitu gampangnya melukai dan menyakiti sesama. Begitu entengnya? merampas hak dan memakan harta sesama. Dan sebagainya dan seterusnya. Bahkan ada yang karena bersitegang membela ‘hakNya’ , sampai harus menginjak-injak hak sesama. Seolah-olah tahu persis kehendak dan sikapNya.

Kalau pun kita tidak ekstra hati-hati terhadap sesama manusia yang perangainya relatif? sulit, setidaknya sama hati-hatinya? dengan sikap kita? terhadap Tuhan kita yang Pemurah.? Orang yang saleh ialah orang yang baik kepada Tuhannya dan sekaligus baik kepada sesama hambaNya.

?

Dari sini, kita tahu betapa arifnya para pendahulu kita yang mentradisikan tradisi khas kita. Tradisi halal-bi-halal.? Saling meng-halal-kan antara sesama. Bagi para pemimpin dan tokoh-tokoh publik? boleh jadi? agak sulit untuk memohon? maaf dan meminta halal, bila kesalahan dan perampasan hak dilakukan kepada banyak pihak. Namun , demi keselamatan di kemudian hari, kiranya sesulit apa pun perlu diupayakan. Pers dan media massa kiranya bisa membantu. Selebihnya dan selanjutnya diperlukan kehati-hatian. Wallahu a’lam.

?

Selamat Idul Fitri. Mohon maaf segala kesalahan lahir dan batin. Kullu ‘aamin wa Antum bikhair!

?

Penulis kini adalah Mustasyar PBNU. Tulisan ini pernah dimuat di Kompas, 18? Agustus 2012



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sunnah, Olahraga Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 27 Oktober 2017

Berawal dari Kota Bengawan

Menjelang peringatan Harlah ke-58 Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), yang bertepatan pada hari Sabtu (2/3) lalu, Pondok Pesantren Tegal menelusuri jejak perjalanan awal organisasi pelajar putri NU ini.

Tempat yang menjadi napak tilas kami yakni kota Surakarta. Kota yang juga dikenal dengan nama Solo ini, tak bisa dilepaskan dari sejarah awal berdirinya IPPNU.

Berawal dari Kota Bengawan (Sumber Gambar : Nu Online)
Berawal dari Kota Bengawan (Sumber Gambar : Nu Online)

Berawal dari Kota Bengawan

Ada dua tempat yang menjadi titik sasaran kami, yakni MAN 2 Surakarta yang dulunya merupakan bangunan Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Surakarta.

Kedua, yakni Masjid Sunniyah yang terletak di Jl Ronggowarsito Keprabon Solo. Pada nama tempat yang kedua ini, menurut berbagai sumber, dari sinilah sejarah IPPNU dimulai.

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Sekitar tahun 1954, di kediaman Nyai Masyhud (ibu dari Ny. Mahmudah Mawardi, ketua umum PP Muslimat NU 1952-1979, dan nenek dari Farida Mawardi, ketua umum PP IPPNU periode 1963-1966) yang terletak di bilangan Keprabon Surakarta.

Berawal dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di PGA Surakarta. Mereka mencoba merespon keputusan Muktamar NU ke-20 di Surabaya tentang perlunya organisasi pelajar di kalangan nahdliyyat.

Diskusi-diskusi ringan dilakukan oleh Umroh Machfudzoh, Atikah Murtadlo, Lathifah Hasyim, Romlah, dan Basyiroh Saimuri. Dengan panduan ketua Fatayat cabang Surakarta, Nihayah, mereka berbicara tentang absennya pelajar putri dalam tubuh organisasi NU.

Lebih-lebih setelah kelahiran Muslimat NU (29 Maret 1946) yang beranggotakan wanita-wanita paruh baya, dan Fatayat NU (24 April 1950) yang anggota-anggotanya banyak didominasi oleh ibu-ibu muda.

Pembicaraan itu kemudian berkembang dengan argumentasi Nihayah (yang di kemudian hari menjadi istri Rais ‘Aam NU, K.H. Ahmad Siddiq) tentang pentingnya didirikan satu wadah khusus bagi para pelajar putri NU.

Apalagi keputusan muktamar ke-20 NU tahun 1954 menyatakan, bahwa IPNU adalah satu-satunya organisasi pelajar yang secara resmi bernaung di bawah NU dan hanya untuk laki-laki, sedangkan pelajar putri sebaiknya diwadahi secara terpisah.

Nihayah juga berdalih bahwa banyak pelajar-pelajar putri dari kalangan NU yang dimanfaatkan oleh ormas-ormas yang kebanyakan berafiliasi kepada partai politik tertentu di luar NU. Nihayah bahkan menjabat sebagai Ketua Departemen Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII) yang berafiliasi kepada Partai Masyumi, padahal menjelang pemilu 1955 NU sudah berpisah menjadi partai sendiri.

Obrolan ringan yang biasanya dilakukan seputar waktu senggang setelah sekolah itu akhirnya berkembang menjadi sebuah gagasan kemungkinan pengiriman pelajar putri NU mendampingi pelajar-pelajar putra yang memang pada awal tahun 1955 sedang mempersiapkan muktamar I IPNU yang akan diadakan di Malang, Jawa Timur. (Ajie Najmuddin/Red:Anam)?

Sumber: Wawancara terpisah dengan Umroh M., Nihayah Ahmad Siddiq, dan Mahmudah Nachrowi/ KMNU Mesir. (Foto: Hj. Umroh Machfudzoh)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pesantren, Ulama Pondok Pesantren Tegal

Sambut Berkah Ramadhan, Ansor Kencong Gelar Khitanan Massal

Banyuwangi, Pondok Pesantren Tegal



Ansor Kencong, Banyuwangi melaksanakan kegiatan khitanan massal yang diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu dan anak yatim piatu, pada Sabtu (10/6) di kecamatan Umbulsari tepatnya di dusun Tegal Wangi. Tak kurang dari 115 anak terdaftar dalam kegiatan ini, yang tersebar dari seluruh wilayah Cabang Kencong. 

Sambut Berkah Ramadhan, Ansor Kencong Gelar Khitanan Massal (Sumber Gambar : Nu Online)
Sambut Berkah Ramadhan, Ansor Kencong Gelar Khitanan Massal (Sumber Gambar : Nu Online)

Sambut Berkah Ramadhan, Ansor Kencong Gelar Khitanan Massal

Kegiatan khitan massal ini dilaksanakan sebanyak 2 tahap. H Deny Prasetya selaku ketua pelaksana menjelaskan jika 115 anak dikhitan di satu waktu mungkin bisa memakan waktu dari pagi hingga pagi lagi. 

Sejak pukul 13.00 WIB, persiapan tempat sudah dilaksanakan oleh petugas masing masing, karena selain Ansor dan Banser, panitia juga menggandeng pondok pesantren di sekitar Cabang NU Kencong. 

“Jadi syiar dan kepanitiaan didesain sedemikian rupa sehingga santri dan anggota Ansor bisa berkolaborasi mensukseskan kegiatan ini,” kata Qomarul Huda.

Pondok Pesantren Tegal

Ketua PC GP Ansor Kencong Yasin Yusuf Ghozali menjelaskan, bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah sehingga harus digunakan untuk berlomba-lomba dalam.kebaikan, salah satunya dengan berhidmad di Ansor dan Banser sekaligus melaksanakan misi sosial kemasyarakatan seperti khitanan massal ini. 

Mas Yusuf, panggilan akrab ketua Ansor Kencong ini menambahkan kegiatan ini merupakan bukti nyata bahwa Ansor, Banser sangat peduli dengan masyarakat. 

“Kami dengan anggota memang telah mencanangkan beberapa kegiatan serupa di bulan yang akan datang, namun bukan lagi khitan massal, santunan anak yatim dan beasiswa bagi kaum duafa. Insyaallah dengan doa dan dukungan dari semua kalangan Ansor mampu menjawab problematika sosial di tataran Cabang Kencong,” tandas Yusuf mengakhiri sambutannya. Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Humor Islam Pondok Pesantren Tegal

Mufti Agung Bosnia Silaturahmi ke PBNU

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Mufti agung Bosnia dan Herzegovina, Syekh Husein Kavazovic, berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (22/1) siang. Syekh Husein datang bersama Duta Besar Bosnia dan Herzegovina di Indonesia Fuad Sabeta.

Mufti Agung Bosnia Silaturahmi ke PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Mufti Agung Bosnia Silaturahmi ke PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Mufti Agung Bosnia Silaturahmi ke PBNU

Rombongan tamu disambut Ketua PBNU H Iqbal Sulam dan Ketua Pengurus Pusat Lembaga Ta’mir Masjid NU (LTMNU) H Abdul Manan A Ghani. Seorang wartawan dari majalah Preporod, Mirnes Kovac, juga turut dalam silaturahmi ini.

Pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam ini diisi saling tukar informasi soal kehidupan Islam di masing-masing negara. Syekh Husein memperkenalkan negaranya dari segi demografi, pendidikan, organisasi, budaya, jumlah tempat ibadah, termasuk persebaran warga Bosnia dan Herzegovina ke beberapa negara di dunia.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara itu, Abdul Manan menjelaskan tentang rangkaian visi dan program pemberdayaan terhadap masjid-masjid di Indonesia. Syekh Husein yang merupakan Ketua Komunitas Islam Bosnia dan Herzegovina mengaku senang dapat bersilaturahmi dengan PBNU dan ia berharap akan ada tindak lanjut.

“Kami ingin suatu saat ada kerja sama dengan Nahdlatul Ulama. Tentu saja bukan di bidang politik, melainkan pendidikan, budaya, atau lainnya,” ujarnya.

Sebelumnya, imam besar Masjid Istiqlal di yang terletak di Otoka, Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina, Abdulgafar Velic, juga melakukan kunjungan serupa, Agustus 2013. Saat itu ia ditemani imam Kanton Sarajevo Ferid Dautovic dan seorang asisten. (Mahbib)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pahlawan Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 26 Oktober 2017

Pesantren sebagai Destinasi Pendidikan Islam Global

Oleh Suwendi*

Belakangan ini, kalangan pendidikan Islam Indonesia, khususnya pemangku kebijakan yang bertanggung jawab atas pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, menekadkan diri untuk menjadikan pendidikan Islam Indonesia sebagai destinasi pendidikan Islam global. Tentu kebijakan ini pada aspek tertentu membutuhkan kesiapan strategi dan keseriusan internal Kementerian Agama, di samping dukungan masyarakat dan seluruh stakeholders secara serius.

Terdapat sejumlah alasan mengapa kita perlu mendukung kebijakan itu. Pertama, pemahaman Islam yang berkembang di Indonesia adalah pemahaman Islam yang Rahmatan lil’alamin. Islam yang senaniasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menghargai hak-hak asasi manusia, menghormati ragam budaya dan kultur masyarakat, mengidamkan kedamaian, keadilan, toleransi, dan sikap yang keseimbangan (tawazun). Di tengah pelbagai perbedaan dan keragaman sosio-kultural, agama, adat dan budaya, bahasa, dan lokalitas dalam ribuan pulau serta lainnya, namun Indonesia tetap kekar dalam bingkai persatuan dan kesatuan keindonesiaan. Ini menunjukkan pemahaman keagamaan Islam yang berkembang adalah Islam yang damai, toleran, dan menghargai segala bentuk perbedaan. Kedua, sebagai negara-bangsa yang mayoritas muslim dengan sosial budaya dan kultur yang sangat beragam, Indonesia patut untuk mengambil bagian strategis sebagai barometer tingkat peradaban pendidikan Islam yang dibanggakan. Dalam konteks ini, Indonesia diharapkan mampu menjadi teladan bagi negara muslim dunia lainnya. Ketiga, gejolak sosial politik di Indonesia jauh lebih kondusif dibanding dengan negara muslim lainnya. Kondisi gejolak sosial-politik dan perkembangan keislaman di sejumlah negara muslim belakangan ini, terlebih di kawasan Timur Tengah, patut disayangkan. Gejolak tersebut mengakibatkan pusat-pusat keislaman pun menjadi redup. Mesir, Libya, Suriah, Yaman dan Saudi, kini ditimpa musibah konflik yang hingga kini belum usai. Demikian juga dengan pusat-pusat keislaman di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Brunei cenderung belum mendapatkan momentumnya yang tepat. Maka bisa dikatakan, Indonesia menjadi negara yang paling memungkinkan untuk mengambil posisi sebagai pusat harapan pendidikan Islam dunia.

Pesantren sebagai Destinasi Pendidikan Islam Global (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren sebagai Destinasi Pendidikan Islam Global (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren sebagai Destinasi Pendidikan Islam Global

Di samping sejumlah alasan di atas, sesungguhnya yang menjadi alasan kuat untuk menjadikan pendidikan Islam Indonesia sebagai destinasi pendidikan dunia lebih disebabkan karena negara ini memiliki lembaga pendidikan Islam asli (genuin) Indonesia, yakni pondok pesantren. Dibanding dengan lembaga pendidikan Islam lainnya, semisal sekolah, madrasah dan perguruan tinggi agama Islam, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam khas dan otentik Indonesia.

Pondok pesantren merupakan dunia tradisonal Islam yang mampu mewarisi dan memelihara kesinambungan tradisi Islam yang dikembangkan ulama dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu. Oleh karena itu, ketahanan lembaga pesantren agaknya secara implisit menunjukkan bahwa dunia Islam dalam segi-segi tertentu masih tetap relevan di tengah perkembangan zaman. Keniscayaan bahwa pesantren tetap utuh hingga kini bukan hanya disebabkan kemampuannya dalam melakukan akomodasi-akomodasi tertentu, tetapi juga lebih banyak disebabkan karena karakter eksistensialnya. Karakter yang dimaksud adalah, sebagaimana dikatakan Nurcholish Madjid, pesantren tidak hanya menjadi lembaga yang identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous).?

Sebagai lembaga yang murni berkarakter keindonesiaan, pesantren muncul dan berkembang dari pengalaman sosiologis masyarakat sekitar, sehingga antara pesantren dengan komunitas lingkungannya memiliki keterkaitan erat yang tidak bisa terpisahkan. Hal ini tidak hanya terlihat dari hubungan latar belakang pendirian pesantren dengan lingkungan tertentu, tetapi juga dalam pemeliharaan eksistensi pesantren itu sendiri melalui pemberian wakaf, sadaqah, hibah, dan sebagainya. Sebaliknya, pihak pesantren melakukan ‘balas jasa’ kepada komunitas lingkungannya dengan bermacam cara, termasuk dalam bentuk bimbingan keagamaan, sosial, kultural, dan ekonomi. Dalam konteks terakhir inilah, pesantren dengan kiainya memainkan peran yang disebut Clifford Geertz sebagai ‘cultural brokers’ (pialang budaya) dalam pengertian seluas-luasnya.

Pondok Pesantren Tegal

Di samping karakter keindonesiaan, pesantren senantiasa mentransmisikan pemahaman keagamaan Islam yang ramah, damai, toleran, saling menghargai, dan tidak radikal. Jauh dari doktrin terorisme, saling mengkafir-bid’ahkan, apalagi pembenaran atas letupan-letupan bom bunuh diri. Dalam kondisi Indonesia yang komplek dan plural, pondok pesantren telah memainkan peranan yang strategis. Ia mampu melakukan penyebaran agama dan pemahaman yang damai, toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Pesantren telah mampu merekatkan dari berbagai perbedaan di masyarakat. Oleh karenanya, tidak berlebihan jika pesantren menjadi garda terdepan dalam membangun pemahaman Islam yang Rahmatan lil’alamin.

Setidaknya terdapat lima substansi yang dikembangkan oleh pondok pesantren. Pertama, Pesantren mengajarkan nasionalisme. Sejarah membuktikan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diperjuangkan oleh ulama-ulama. Para kiai dan santri memiliki ‘saham’ besar dalam membentuk bangsa dan negara ini. Sejak awal, nasionalisme sudah tertanam kuat dalam dada para santri. Tidak satupun pesantren yang menolak pondasi dassar negara; Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Kedua, pendidikan pesantren menanamkan ajaran-ajaran Islam yang toleran. Toleransi merupakan basis dan pilar pendidikan Islam di pesantren. Pesantren senantiasa menghargai akan perbedaan pendapat yang berbeda dan jauh dari klaim-klaim kebenaran tunggal. Ketiga, pendidikan Islam di pesantren mengajarkan Islam yang moderat, tidak ekstrim radikal dan tidak ekstrim liberal. Keseimbangan dan penguatan akan nilai-nilai moderasi (tawazun) ini telah menjadi kekhasan lembaga pendidikan pesantren. Keempat, pesantren menghargai keragaman agama, budaya, dan etnis (multikulturalisme) yang diarahkan dalam rangka lita’arafu (agar saling mengenal), bukan litabaghadu (saling membenci dan memusuhi). Kelima, pendidikan pesantren mengajarkan Islam yang bersifat inklusif, bukan eksklusif. Pesantren terbuka dan menerima siapapun, termasuk non-muslim. Kelima pilar inilah yang selama ini diajarkan di pondok-pondok pesantren.?

Pondok Pesantren Tegal

Peran dan karakteristik pesantren inilah yang di antaranya membedakan antara pesantren dengan lembaga pendidikan Islam lainnya. Sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi agama Islam merupakan bentuk improvisasi dan modernisasi lembaga pendidikan yang mengadopsi dari dunia luar. Kehadiran lembaga-lembaga pendidikan ini jauh lebih belakangan dibanding pondok pesantren. Demikian juga, lembaga-lembaga ini tidak hanya dimiliki oleh Indonesia, tetapi juga terdapat di dunia muslim lainnya, bahkan dengan tingkat kualitas yang lebih baik. Oleh karenanya, pesantrean sebagai kekhasan Indonesia patutlah didorong sebagai destinasi pendidikan Islam global, tentunya dengan keseriusan kita bersama.

* Pengurus Lembaga Perguruan Tinggi NU dan alumni Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sholawat Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 25 Oktober 2017

Menghayati Makna Salam dalam Islam

Khutbah I

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Menghayati Makna Salam dalam Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Menghayati Makna Salam dalam Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Menghayati Makna Salam dalam Islam

? ? ? : ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,

Pondok Pesantren Tegal

Salam adalah salah satu hal yang penting dalam Islam. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa di antara kewajiban seorang Muslim dengan Muslim lainnya adalah mengucapkan salam. Dalam sehari semalam pun, umat Islam minimal mengucapkan salam sekurang-kurangnya lima kali. Salam menjadi salah satu rukun shalat yang dilakukan di ujung tahiyyat akhir.

Sedemikian penting salam sehingga seolah-olah kita tidak boleh meninggalkannya. Meninggalkan salam dalam sehari saja sama dengan kita meninggalkan sebuah kewajiban. Sebenarnya apa makna salam? Apa keistimewaan salam kalau sekadar ucapan assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh?

Pondok Pesantren Tegal

Jama’ah shalat jum’at hafidhakumullah,

Senada dengan salâmah, kata salâm berasal dari bahasa Arab yang berari selamat, terlepas dari marabahaya, kedamaian, kesejahteraan, dan sentosa. Kata ini seakar dengan kata “islâm” yang secara harfiah bermakna bersikap damai atau? pasrah diri. Keberserahan diri yang total kepada Allah akan membawa seorang hamba kepada keselamatan (salâmah) baik secara lahir maupun batin.

Ekspresi salam bisa dibedakan setidaknya menjadi tiga jenis. Pertama, salam sebagai sapaan. Ia menjadi media, misalnya, untuk menyapa rekan sejawat, hadirin dalam sebuah forum, atau sejenisnya. Salam di sini semata menjadi ucapan yang menunjukkan ekpresi keakraban dan kesantunan sebagai sesama manusia. Pada level ini, kadang seseorang lupa bahwa ucapan asalamu’alaikum sebebenarnya juga memuat unsur doa. Maka tidak heran bila kita juga mendengarnya tak hanya di majelis-majelis pengajian, tapi juga di konser dangdut, karaoke, kerumunan orang demo, atau lainnya. Salam sebatas formalitas untuk sapaan. Dalam konteks ini, salam sejajar dengan selamat pagi, selamat siang, selamat sore, atau selamat malam.

Kedua, salam sebagai doa. Dalam makna ini, pengucap salam menyadari bahwa ucapannya lebih dari sekadar basa-basi, atau ekspresi ekraban belaka. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh berarti semoga keselamatan, kasih sayang, dan keberkahan tercurah kepada kalian. Sebuah kalimat yang sangat indah, yang menggabungkan antara semangat untuk menyapa dan mendoakan sekaligus kepada orang lain. Doanya pun sangat mulia. Keselamatan adalah hal yang paling didamba-dambakan oleh seluruh manusia, bahkan binatang sekalipun. Salam semacam ini tak bisa disejajarkan dengan sapaan basa-basi antar teman.

Ketiga, salam sebagai bagian dari unsur syariat. Sebagaimana salam sebagai rukun shalat. Salam seperti ini tak bisa tergantikan dengan “selamat pagi” atau “selamat siang”. Ia harus dilakukan sesuai dengan syariat yang telah digariskan. Ketika kita pernah mendengar KH Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa assalamu’alaikum bisa diganti dengan “selamat pagi” maka yang dimaksud adalah salam dalam pengertian pertama: salam sekadar basa-basi, yang kadang juga dilakukan dalam forum-forum kegiatan maksiat; salam sebagai budaya, bukan sebagai syariat.

Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,

Yang terpenting dari semua penjelasan itu adalah spirit untuk membangun hubungan positif dengan pihak lain. Sebuah hubungan yang sadar bahwa keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, harus diejawantahkan secara bersama-sama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Hai manusia sebarkan perdamaian (salam), berilah makan dan sambunglah silaturahim, dan shalatlah tatkala manusia sedang tidur, maka kamu akan masuk surga dengan seamat (HR at-Tirmidzi)

Dalam hadits yang lain disebutkan:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Amalan Islam apa yang paling baik?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali.” (HR Bukhari)

Hadits tersebut menunjukkan bahwa menebar perdamaian atau salam merupakan bagian dari ciri pokok sikap Islam yang baik. Bukan hanya mengucapkan salam, tapi juga membantu pihak yang lemah dengan tanpa pandang bulu. Inilah sikap Islam yang sejak awal memang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).

Jama’ah shalat jum’at hafidhakumullah,

Dalam al-Qur’an, Allah pun menyampaikan salam. Salam tersebut ditujukan kepada para penduduk surga dengan segenap kenikmatan yang mereka peroleh. Dalam Surat Yasin ayat 58 disebutkan:

? ? ? ? ?

“(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.”

Menariknya, di ayat ini disematkan kata rahîm (Yang Maha Penyayang) untuk mengikuti kata salâm. Rahmah adalah kata yang sangat sering disebut-sebut dalam Al-Qur’an. Fakta ini kian menegaskan bahwa salam bertalian erat dengan semangat untuk menebar kasih sayang kepada siapa saja dan apa saja, sebagaimana sifat Allah yang tak pernah membeda-bedakan kasih sayang-Nya bagi seluruh hamba.

Rahmah adalah sifat yang Allah wajibkan atas Diri-Nya sendiri sebagaimana bunyi ayat:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

"Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang.” (QS al-An’am: 12)

Nabi sendiri pernah memerintahkan, “Berakhlaklah seperti akhlak Allah!” yang berarti berusaha menghayati dan menerapkan sifat kasih sayang-Nya yang sangat luas.

Alfaqir mengajak sekaligus berdoa, semoga kita semua tergolong orang yang gemar menebar salam, meresapi maknanya, dan menerapkan semangat terdalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam.

? ? ? ? ? ? ?, ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?



Khutbah II


? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ! ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Alif Budi Luhur



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ahlussunnah, Meme Islam, Kajian Pondok Pesantren Tegal

Narkoba Telah Rasuki Keluarga Relijius

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Ancaman narkoba memang tak pandang bulu, siapapun yang tak waspada, akan digilas olehnya, termasuk pada keluarga yang kelihatannya religius dan menjalankan ajaran-ajaran agama.

Dirjen Bimas Islam Depag Prof. Dr. Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa dia banyak menemui kasus-kasus korban narkoba terjadi diantara keluarga ustadz dan dai yang kehidupannya banyak digunakan untuk berdakwah.

Narkoba Telah Rasuki Keluarga Relijius (Sumber Gambar : Nu Online)
Narkoba Telah Rasuki Keluarga Relijius (Sumber Gambar : Nu Online)

Narkoba Telah Rasuki Keluarga Relijius

“Ada anak seorang dai dan ibunya ketua majelis taklim di Bekasi yang terkena narkoba. Seorang ustadz terkenal yang tinggal di Pondok Indah anaknya juga menjadi korban narkoba. Femonema ini seperti gunung es, dipermukaan kecil tapi dibawahnya menggunung,” katanya dalam workshop penanggulangan narkoba berbasis pesantren yang diselenggarakan oleh LPKNU di Jakarta, Jum’at.

Indikator sudah masuknya narkoba ke lingkungan yang selama ini memegang nilai-nilai agama juga bisa dilihat dari gagalnya sejumlah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena dari test yang dilakukan, mereka positif jadi pengguna narkoba. Nasaruddin yang pernah menjadi wakil rektor tersebut bertutur bahwa universitas tersebut memang mensyaratkan mahasiswanya bebas narkoba. “Zaman dulu saja sudah banyak yang terkena, apalagi sekarang,” paparnya.

Indikasi masuknya narkoba ke dalam lingkungan pesantren ini tak boleh lagi diabaikan, meskipun sejauh ini belum diketahui pesantren mana saja dan berapa jumlah santri yang menjadi korbannya. “Saya mengusulkan untuk mengundang badan narkoba untuk mempresentasikan sejauh mana narkoba sudah masuk ke pesantren,” kata Nasaruddin yang juga menjadi katib aam PBNU tersebut.

Pondok Pesantren Tegal

Lebih berbahaya lagi jika ustadz sudah menjadi korban narkoba. “Mereka tahu dalilnya dan bisa membolak-balik dalil untuk kepentingannya seperti yang terjadi pada kasus homoseksual yang menjustifikasi keberadaannya dengan dalil-dalil qur’an dan hadist,” tegasnya.

Sebagai pejabat Depag, ia juga diprotes kalangan pemerhati masalah narkoba karena selama ini Depag dan para ulama dianggap kalangan yang paling kurang perhatian terhadap masalah narkoba. “Karena itu kami berencana membuat rumah rehabilitasi dan meningkatkan anggaran untuk penanggulanan narkoba pada anggaran 2007 mendatang,” tuturnya.

Pondok Pesantren Tegal

Masalah Sosial yang Kompleks

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah socsal yang kompleks. Mereka yang bertobat ingin kembali ke jalan yang benar kerap kali mendapat teror dari sindikat narkoba karena dikhawatirkan bisa membongkar jaringan yang mereka miliki. “Kejahatan narkoba juga selalu terkait dengan kejahatan lainnya seperti pencurian, perjudian, dan pelecehan seksual,” tambahnya.

Dalam upaya rehabilitasi terhadap para korban, Nasaruddin meminta agar program tersebut bisa diperpendek menjadi tiga bulan, terutama bagi siswa yang terpaksa meninggalkan pelajarannya. “Tak mungkin menjalankan rehabilitasi sekaligus sekolah karena hasilnya tak efektif,” imbuhnya.

Tunjukkan Langsung

Dalam sosialisasi gerakan anti narkoba di pesantren, Narasuddin yang merupakan putra Sulsel tersebut mengusulkan agar ditunjukkan korban narkoba langsung diberbagai pusat rehabilitasi daripada sekedar belajar teori.

“Ada yang sangat menarik, di Amerika waktu anak saya sekolah disana, mereka ditunjukkan secara langsung korban narkoba, dan ditanya, apakah ingin mengkonsumsi narkoba? Jawabannya tidak, ini jauh lebih efektif,” paparnya. (mkf)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pondok Pesantren, IMNU, Bahtsul Masail Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 24 Oktober 2017

Pesantren dan Lingkungan Hidup

Keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup -bahkan seluruh aspek kehidupan manusia- merupakan kunci kesejahteraan. Stabilitas hidup memerlukan keseimbangan dan kelestarian di segala bidang, baik yang bersifat kebendaan mau pun yang berkaitan dengan jiwa, akal, emosi, nafsu dan perasaan manusia. Islam sebagaimana dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits juga menuntut keseimbangan dalam hal-hal tersebut, keseimbangan mana sering disebut al-tawassuth atau al-i’tidal.

Kenyataan di mana-mana menunjukkan lingkungan hidup mulai tergeser dari keseimbangannya. Ini merupakan akibat dari pelbagai kecenderungan untuk cepat mencapai kepuasan lahiriah, tanpa mempertimbangkan disiplin sosial, dan tanpa memperhitungkan antisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa mendatang yang akan menyulitkan generasi berikut.

Pesantren dan Lingkungan Hidup (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren dan Lingkungan Hidup (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren dan Lingkungan Hidup

Pembinaan lingkungan hidup dan pelestariannya menjadi amat penting artinya untuk kepentingan kesejahteraan hidup di dunia mau pun akhirat, di mana aspek-aspeknya tidak dapat terlepas dari air, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain sebagai unsur pendukung. Keseimbangan dan keserasian antara semua unsur tersebut sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sikap rasional manusia yang berwawasan luas dengan penuh pengertian yang berorientasi pada kemaslahatan makhluk.

Pondok Pesantren Tegal

Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai fungsi ganda, sebagai lembaga pendilikan yang mampu mengembangkan pengetahuan dan penalaran, keterampilan dan kepribadian kelompok usia muda dan merupakan sumber referensi tata-nilai Islami bagi masyarakat sekitar, sekaligus sebagai lembaga sosial di pedesaan yang memiliki peran sosial dan mampu menggerakkan swadaya dan swakarsa masyarakat, mampu melakukan perbaikan lingkungan hidup dari segi rohaniah mau pun jasmaniah.

Pesantren yang menyatu dengan masyarakat tahu benar denyut nadi masyarakat. Sebagaimana masyarakat pun tahu siapa pesantren dengan kiai dan para santrinya. Para santri di pesantren tidak hanya belajar ilmu-ilmu agama, akan tetapi juga di dalam kehidupan nyata mereka belajar tentang hidup. Karena bersatunya santri dan masyarakat itulah, pesantren kemudian tidak kebingungan meneliti lingkungan hidup.

Pondok Pesantren Tegal

Bilamana mereka harus mengabdi kepada masyarakat, mereka merumuskan sikapnya terhadap masyarakat sejak masih dalam status kesantriannya. Kehidupan di pesantren itu sendiri merupakan deskripsi ideal bagi kehidupan luas di masyarakat.

Atau dapat juga disebut, kehidupan pesantren adalah miniatur kehidupan masyarakat. Sehingga fungsi sosial pesantren seperti di atas mempunyai arti penting di dalam penyebaran gagasan baru atau perambatan modernisasi di masyarakat melalui kegiatan-kegiatan dakwah dan pelayanan masyarakat.

Tujuan umum pendidikan di pesantren, ialah membentuk atau mempersiapkan manusia yang akram (lebih bertakwa kepada Allah SWT) dan shalih (yang mampu mewarisi bumi ini dalam arti luas, mengelola, memanfaatkan, menyeimbangkan dan melestarikan) dengan tujuan akhirnya mencapai saadatud darain. Bertolak dari prinsip itu, pesantren memberikan arahan pendidikan lingkungan hidup dengan pelbagai macam aspeknya.

Pada gilirannya para santri tahu dirinya sebagai makhluk sosial yang di dalam hidup nyata tidak bisa lepas dari keterkaitan dengan orang lain dan alam. Sebagaimana orang lain dan alam pun, tidak bisa lepas dari keterkaitan mereka dalam pelbagai konteks sosial, di mana mereka berarti mempunyai tanggung jawab atas apapun yang mereka lakukan, terhadap dirinya sendiri dan orang lain mau pun terhadap Allah SWT.

Dalam hal tersebut pesantren menekankan pentingnya arti tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, berarti keharusan meningkatkan kemampuan pribadi untuk memusatkan dirinya pada pewarisan bumi (alam) dalam rangka ibadah yang sempurna. Sedangkan tanggung jawab terhadap orang lain, merupakan sikap dan perilaku yang rasional di dalam berkomunikasi dengan orang lain dan alam di mana kehidupan manusia secara lahiriah selalu tergantung padanya.

Kemudian tanggung jawab terhadap Allah SWT adalah dalam bentuk disiplin norma dan ajaran di dalam pengelolaan alam. Disiplin sosial sesuai dengan norma muasyarah dan mu’amalah antar sesama makhuk. Ini dalam rangka meningkatkan “keakroman" yang dapat menumbuhkan lingkungan hidup yang seimbang dan lestari.

***

Upaya pembinaan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan dua pokok pendekatan. Pertama, pendekatan proyek dan kedua, pendekatan motivasi. Atau keduanya sekaligus dilakukan secara terpadu.

Pendekatan kedua (motivasi) walaupun akan memerlukan waktu yang relatif panjang, akan berdampak lebih positif karena pihak sasaran secara berangsur akan mau mengubah sikap dan perilaku secara persuasif. Perilaku dan sikap acuh tak acuh terhadap masalah lingkungan hidup akan berubah menjadi suatu sikap dinamis yang terus berkembang yang akan berkulminasi pada stabilitas pembinaan lingkungan hidup.

Pendekatan motivasi seperti itu dapat dilakukan dalam pola pendidikan di pesantren. Kesadaran akan keseimbangan lingkungan hidup yang muncul dari pengertian dasar tentang masalah-masalahnya serta implikasinya terhadap kesejahteraan ukhrawi dan duniawi dapat ditanamkan dan dikembangkan melalui jalur pendidikan di pesantren.

Keterlibatan pesantren memberi pengertian mengenai dampak lingkungan hidup secara duniawi dan ukhrawi, merupakan peranan dan peran serta nyata dalam pembinaan lingkungan hidup. Bila peranan itu mampu dilembagakan, akan banyak berpengaruh positif di kalangan masyarakat sekelilingnya. Mengingat posisi pesantren sebagai lembaga dakwah, berfungsi pula sebagai titik sentral legitimasi keilmuan agama Islam bagi masyarakatnya, melalui kegiatan pendidikan formal pesantren (yaitu madrasah) dan pengajian weton maupun pengajian rutin yang melibatkan masyarakat di sekelilingnya.

Pendidikan itu dilakukan secara integratif ke dalam komponen-komponen akidah, syariah dan akhlak. Namun diberikan atau dikenalkan dalam satu paket ikhtiar peningkatan sarana keberhasilan saadatud darain.

Faktor integratif yang mengatur pola hubungan antar sesama di tengah-tengah masyarakat di dalam menyumbangkan nilai-nilai kehidupan, juga merupakan peranan lain yang mampu dilakukan oleh pesantren untuk mengembangkan dirinya dan masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya pembinaan lingkungan hidup.

Pesantren dengan fungsi dan peranannya seperti tadi, sarat dengan pelbagai kegiatan edukatif mau pun pelayanan masyarakat. Sehingga untuk diperansertakan dalam pembinaan lingkungan hidup, perlu adanya pola pendekatan yang tidak mengganggu tugas-tugasnya. Lebih-lebih tidak akan mengganggu identitas pesantren. Langkah awal yang perlu ditempuh, adalah pengenalan masalah-masalah lingkungan hidup dan implikasinya terhadap segala aspek kehidupan. Kemudian penumbuhan kesamaan wawasan keagamaan yang berkait dengan lingkungan hidup yang mampu memotivasi pesantren dalam mencari sendiri alternatif-alternatif pemecahannya sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Kesiapan pesantren untuk melakukan pembinaan lingkungan hidup sangat mempengaruhi efektivitas kerja secara dinamis. Namun kesiapan itu akan banyak tergantung pada wawasan dan potensinya. Sementara itu masih ada pesantren yang berwawasan eksklusif di dalam mencerna ajaran Islam. Oleh karenanya pengenalan dan penumbuhan dimaksud, memerlukan pola pendekatan yang berorientasi pada kenyataan di masing-masing pesantren yang berbeda-beda, dalam hal wawasan, potensi antisipasi ke depan maupun tenaga ahli dan tenaga dukungnya.

Kemungkinan-kemungkinan proyeksi pesantren pada pembinaan lingkungan hidup itu perlu perumusan matang. Apakah pesantren bertindak sebagai penunjang atau pelengkap, ataukah sebagai motivator, dinamisator dan fasilitator? Semuanya akan menuntut adanya program tertentu yang tentu akan berbeda satu dengan yang lain karena perbedaan status tersebut.

*) Diambil dari KH MA Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, 2004 (Yogyakarta: LKiS). Tulisan ini pernah dimuat majalah Aula edisi No.3 Tahun X, Maret 1988.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Khutbah Pondok Pesantren Tegal

Senin, 23 Oktober 2017

Ribuan Anggota Muslimat Doakan Khofifah Kuat Emban Amanah

Kudus, Pondok Pesantren Tegal. Pimpinan Cabang Muslimat NU Kudus, Jawa Tengah, mengadakan acara puncak peringatan Harlah ke-69 di halaman SD Unggulan Muslimat setempat, Sabtu (18/4). Dalam acara itu, ribuan anggota Muslimat NU mendoakan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU Hj.Khofifah Indra Parawangsa.

Wakil sekretaris Pimpinan Wilayah Muslimat NU Jawa Tengah Hj Ida Nur Saadah, di sela-sela menyampaikan sambutan, memimpin para anggota Muslimat NU membacakan surat Al-Fatihah dengan harapan Khofifah mampu mengemban amanah sebagai Menteri Sosial RI dengan baik.

Ribuan Anggota Muslimat Doakan Khofifah Kuat Emban Amanah (Sumber Gambar : Nu Online)
Ribuan Anggota Muslimat Doakan Khofifah Kuat Emban Amanah (Sumber Gambar : Nu Online)

Ribuan Anggota Muslimat Doakan Khofifah Kuat Emban Amanah

 

"Mari kita doakan ibu Khofifah, semoga selalu diberi kekuatan, kesehatan, supaya mampu mengemban amanah Mensos yang tidak ringan ini. Semoga senantiasa mendapat kesuksesan di dunia dan akhirat. Al Fatihah!" ajak Nur Saadah yang kemudian diikuti anggota membacakan ummul kitab ini.

 

Pondok Pesantren Tegal

Ida, sapaan akrabnya, mengatakan, warga Muslimat menginginkan Hj Khofifah menjadi menterinya masyarakat Indonesia. Karena warga miskin di Indonesia masih banyak yang perlu dientaskan melalui Kementerian Sosial.

 

Pondok Pesantren Tegal

"Kita kepengin beliau tidak hanya milik Muslimat semata, melainkan menjadi menterinya masyarakat Indonesia," tegasnya kepada Pondok Pesantren Tegal usai acara.

 

Kendati Ketua Umum PP Muslimat duduk sebagai menteri, Hj Ida menegaskan Muslimat akan tetap kritis dalam mengontrol kebijakan pemerintah. Ia juga menilai selama ini banyak bantuan dari Kemensos yang tidak tepat sasaran.

"Karena itu,  beliau (Khofifah) minta untuk dibantu menunjukkan data riil orang miskin yang layak menerima bantuan. Dengan demikian, data tidak akan  dipermainkan sehingga tidak salah sasaran penyalurannya," tegasnya.

Pada acara yang juga dikemas dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Istighosah ini, anggota Muslimat yang hadir juga menghadiahkan Surat Alfatihah kepada pendiri NU dan Muslimat NU yang sudah wafat.

Selain ribuan anggota, hadir juga Mustasyar PBNU KH Syaroni Ahmadi, Wakil Ketua PCNU Kudus H. Sanusi Emha, dan pengurus badan otonom NU serta tamu undangan lainnya. (Qomarul Adib/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Quote, Doa Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 22 Oktober 2017

Jihad ala Banser di Musim Mudik Lebaran

Oleh Aziz Ian

Kata jihad cukup terkenal di negara-negara Islam temasuk di Indonesia, bahkan tidaklah salah jika kita mengatakan bahwa jihad adalah salah satu prinsip dasar ajaran Islam. Namun sayangnya, kata Jihad ini sering kali direduksi esensi maknanya atau digunakan bukan pada tempatnya.

Jihad ala Banser di Musim Mudik Lebaran (Sumber Gambar : Nu Online)
Jihad ala Banser di Musim Mudik Lebaran (Sumber Gambar : Nu Online)

Jihad ala Banser di Musim Mudik Lebaran

Kata jihad sendiri di ambil dari Bahasa Arab: jahd, yang memiliki arti? kesulitan, kesukaran atau juhud, artinya kemampuan. Kedua makna tersebut mengisyaratkan bahwa jihad yang sebenarnya tidaklah mudah, karena harus bisa menjadikan sang mujahid berhadapan dengan aneka kesulitan dan kesukaran. Sang Mujahid juga dituntut untuk tidak berhenti sebelum kemampuannya berakhir atau cita-citanya terpenuhi. Itu sebabnya dalam perjuangan merebut kemerdekaan, para mujahid (baca: pejuang) bangsa kita berteriak, "Merdeka atau mati."

Merujuk pada sumber-sumber ajaran Islam baik dari Al-Quran maupun Sunnah Nabi SAW, ditemukan aneka ragam varian jihad bermula dari jihad dengan hati untuk melahirkan atau mengukuhkan tekad, dengan lidah untuk menjelaskan dan membuktikan kebenaran, dengan tenaga, dengan harta, sampai dengan nyawa, demi tegaknya nilai-nilai ajaran Islam:

Pondok Pesantren Tegal

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Pondok Pesantren Tegal

"Siapa yang berjuang demi tegaknya kalimat Allah, maka dia telah menelusuri jalan Allah."

Demikian sabda Nabi saw. Jadi, tujuannya bukan menumpahkan darah, apalagi membunuh, tetapi meninggikan nilai-nilai agama Allah. Perlu dicatat bahwa salah satu dari ajaran agama Allah adalah memberi kebebasan kepada setiap penganut agama atau kepercayaan untuk melaksanakan tuntunan agama atau kepercayaan mereka, sekalipun tuntunan tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Itu yang ditegaskan oleh firman Allah yang pada mulanya ditujukan kepada para kaum musyrik penyembah berhala, "Lakum dînukum wa liya dîn." Memang jika mereka menghalangi kaum Muslimin untuk melaksanakan tuntunan agama, maka sikap mereka harus dihadapi dengan cara apa pun walau sampai tingkat pertempuran.

Atas dasar yang dikemukakan di atas adalah sangat keliru membatasi makna jihad hanya pada peperangan bersenjata. Bukankah Allah telah memerintahkan Nabi Muhammad SAW. untuk berjihad dengan menggunakan al-Quran ketika beliau masih di Mekkah, dimana kekuatan bersenjata ketika itu belum beliau miliki? Allah berfirman:

? ? ? ? ? ?

Janganlah patuh kepada orang-orang kafir dan berjihadlah menghadapi mereka dengan Al-Quran jihad yang besar (QS. al-Furqân [25]: 52).

Jihad yang dimaksud di sini pasti bukan penggunaan kekerasan, tetapi ia adalah berusaha dengan semua kemampuan membulatkan tekad menghadapi kesulitan serta upaya menjelaskan nilai-nilai agama kepada mereka yang menentangnya.

Bukankah Allah memerintahkan Nabi SAW. untuk berjihad menghadapi orang-orang musyrik dan munafik?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Wahai Muhammad, berjuanglah melawan orang-orang kafir yang menyatakan kekafirannya dan orang-orang munafik yang menyembunyikan hakikat mereka dengan segala kekuatan dan bukti yang kamu miliki. Bersikap keraslah dalam berjuang melawan kedua kelompok tersebut. Tempat tinggal mereka adalah Jahannam. Seburuk-buruk tempat kembali adalah tempat mereka. (QS. at-Tahrîm [66]: 9)

Wahai Nabi, berjihadlah menghadapi orang-orang kafir dan orang munafik dan bersikap tegaslah terhadap mereka! Tempat mereka kelak di Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali (QS. at-Tahrîm [66]: 9 dan at-Taubah [9]: 73).

Sejarah menjelaskan bahwa tidak seorang munafik pun yang beliau hukum mati, walaupun pelanggaran beratnya telah berulang kali seperti halnya pemimpin kaum munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul. Ketika Sayyidina Umar mengusulkan kepada Nabi saw. agar yang bersangkutan dihukum mati, beliau bersabda: "Nanti orang akan berkata bahwa Muhammad membunuh sahabat-sahabatnya." Jika demikian, arti jihad pada ayat di atas pun bukanlah penggunaan senjata atau pertempuran.

Fatwa Resolusi Jihad NU yang dikemukakan oleh Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asyari pada 22 Oktober 1945, menyerukan perlawanan terhadap Belanda yang hendak kembali menguasai Indonesia setelah sukses mengalahkan Jepang dalam perang dunia II, ini menjadi cikal bakal kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga sampai saat ini.

Oleh karenanya tanpa adanya fatwa resolusi jihad tersebut, niscaya Indonesia saat itu kembali terjajah dan dikuasai.

Sejarah telah mencatat bahwa santri mewakafkan dirinya untuk kemerdekaan Indonesia. Mereka dengan caranya masing-masing membangun kekuatan untuk melawan penjajah.

Dikeluarkannya fatwa resolusi jihad itu sebelum terjadinya peristiwa perang antara arek Surabaya melawan tentara Inggris tanggal 10 November 1945 yang saat ini ditetapkan sebagai hari pahlawan. Semangat perjuangan mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari usaha para kiai dan santri sebelumnya.

Sangat menarik, karena kata Jihad yang berafiliasi kepada Agama dipakai oleh Hadratussyekh untuk kepentingan Negara. Sehingga makna Jihad menjadi luas, memperjuangkan kemerdekaan dan membela Negara Indonesia dari tangan-tangan penjajah.

Begitu pula, jihad Banser yang bertugas di posko-posko mudik sepanjang jalur perjalanan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Penulis melihat sendiri bagaimana perjuangan para Banser yang ikut dalam mengamankan lajur kendaraan juga menbantu Kepolisian dalam mengatur lalu lintas.

(Baca: 18 Ribu Banser Amankan Arus Mudik Lebaran 2017)



Hampir di sepanjang Pantura Banser ada, dan hampir di setiap posko mudik berdiri satu dua orang Banser yang sesekali melambai-lambaikan tangannya kepada pengendara motor juga mobil. Terlihat sederhana dan biasa saja, namun di hati kecil penulis berpikir bahwa apa yang dilakuka oleh mereka adalah suatu hal yang sangat hebat dan membanggakan. Pasalnya, di saat yang lain ikut memeriahkan hari raya Idul Fitri bersama keluarga besar dan sanak-saudara. Para anggota Banser malah harus berdiri panas-panasan di pinggir jalan dan jika malam dingin-dinginan ikut dalam membantu Pemerintah dalam hal ini Kepolisian mengatur lajur lalu lintas, bahkan ketika penulis melewati Semarang ada Banser sekitar jam 11 malam yang mengangkut seorang pengendara motor yang jatuh ke mobil ambulans yang sudah disiapkan oleh Kepolisian. Hendak turun untuk memotret mereka yang bertugas, namun karena tak mungkin penulis keluar dari bus yang penulis tumpangi. Alhasil, hanya bisa memandangi para “mujahid jalanan” tersebut dari dalam bus, berdecak kagum. Tanpa lelah para anggota Banser turun ke jalan, mengatur rambu lalu-lintas, bahkan tak jarang ikut aktif dalam kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di sekitar posko mudik mereka.

Oh iya, tanpa bayaran. Yah, mereka tanpa bayaran sepeser pun. Hanya niat membantu Kepolisian, hanya niat mengabdi kepada Negara, hanya niat menolong sesama. Mereka adalah mujahid-mujahid di zaman modern yang akan selalu menyebarkan semangat positif, akan terus teregenerasi hingga yaumul qiyamah.

Mereka mujahid. Ya, mereka Mujahid yang sesungguhnya. Bukan yang hanya berani teriak jihad maupun yang hanya bisa mengadakan seminar-seminar tentang jihad apalagi mengumpulkan donasi dari masyarakat yang katanya untuk para mujahid. Tanpa teriak, mereka sudah melakukan aksi jihad yang tak semua orang bisa berkorban waktu, tenaga, pikiran bahkan yang untuk melakukan apa yang sudah mereka kerjakan selama menjaga posko mudik Idul Fitri.

Penulis adalah kader GP Ansor Kabupaten Bogor



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kajian, Kajian Islam Pondok Pesantren Tegal

Ikan untuk Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal

Hari Ikan Nasional (Harkannas) ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI No 3 tahun 2014 tentang Hari Ikan Nasional dan bertepatan dengan Peringatan World Fisheries Day atau Hari Perikanan Dunia.



Ikan untuk Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)
Ikan untuk Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)

Ikan untuk Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat



Pada tahun ini, Indonesia memperingati Harkannas untuk keempat kalinya dengan tema Ikan untuk Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat.

Pondok Pesantren Tegal

Tema tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa ikan sangat relevan untuk mendukung program pemerintah dalam hal perbaikan gizi masyarakat. Ikan sebagai bahan pangan dan sumber protein memiliki keunggulan antara lain; kandungan Omega 3 tinggi sangat baik untuk perkembangan mata, otak dan jaringan syaraf, komposisi asam amino lengkap dan mudah dicerna serta diserap tubuh.

Keunggulan lainnya keragaman ikan yang tinggi dari  jenis, bentuk, warna, rasa dan ukuran sehingga dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai macam produk olahan, keragaman harga yang dapat memenuhi semua segmen kelas ekonomi. Ikan sebagai sumber protein dapat berperan mendukung Gerakan Peningkatan Gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK), remaja usia produktif dan ibu hamil dalam kerangka strategi percepatan perbaikan gizi masyarakat (RPJMN 2015 – 2019).

Pondok Pesantren Tegal

Ikan sebagai sumber bahan pangan sehat berperan mendukung Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) dalam rangka mengurangi beban penyakit sehingga dapat mewujudkan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik dan meningkatkan produktivitas.

Dalam rangka mendukung kebijakan strategis pangan dan gizi, dengan terbitnya Inpres Nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional dan Perpres Nomor 3 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, KKP terus melakukan beberapa program, antara lain peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya yang didukung oleh penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, serta penguatan sistem logistik ikan untuk memenuhi ketersediaan ikan bagi industri dan konsumsi dalam negeri.

Peningkatan konsumsi ikan nasional sangat penting sebagai penghela industri perikanan nasional dalam rangka meningkatkan produktivitas industri dan mewujudkan kemandirian ekonomi bangsa.

Tujuan dari peringatan Hari Ikan Nasional Ke4 Tahun 2017 adalah meningkatkan konsumsi ikan masyarakat dengan menjadikan makan ikan sebagai budaya nasional mengingat ikan sebagai asupan pangan memiliki keunggulan kandungan gizi, ragam pilihan ikan dan ragam kreasi olahan.

Peringatan Hari Ikan Nasional ke-4 dilaksanakan di area Pelataran Keong Mas selama 4 (empat) hari dari tanggal 18 – 21 November 2017. Acara puncak peringatan Harkannas Ke-4 tanggal 21 November 2017 akan dipimpin oleh Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan dan akan menghadirkan Ketua Tim Penggerak PKK (TP-PKK) Pusat, Ketua Tim Penggerak PKK (TP-PKK) Provinsi, Dinas Kelautan dan Perikanan seluruh Indonesia (34 Provinsi), Organisasi Mitra Gemarikan (29 organisasi), Asosiasi Perikanan, Kementerian/Lembaga terkait dan pelaku usaha/UKM perikanan. 

Adapun rangkaian acara Harkannas ke-4 adalah pelaksanaan Indonesia Seafood Expo 2017 tanggal 18-21 November 2017 akan diikuti oleh 32 booth provinsi dan 16 booth UKM/Mitra KKP, festival Perikanan Nusantara (FPN) tanggal 20-21 November 2017 akan diikuti oleh 34 UKM Provinsi yang menampilkan kuliner nusantara berbahan baku ikan dan lomba Masak Serba Ikan Tingkat Nasional ke-15 dengan bahan baku ikan patin dilaksanakan tanggal 21 November 2017 akan diikuti oleh Pemenang Lomba Masak Tingkat Provinsi (Tim Penggerak-PKK) dari 29 Provinsi.

Acara pendukung meliputi Demo Mobil ATI Gemarikan, Klinik Mutu Hasil Perikanan, Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Senam Sehat dan Jalan Sehat, Lomba Menggambar dan Mewarnai dengan Tema Aku Cinta Ikan, Lomba Menangkap Ikan, Lomba Masak Ikan Kategori Umum (Tingkat Pelajar), Bakar Ikan dan icip-icip olahan ikan, Demo Masak Ikan  dan Edukasi Manfaat Ikan. Angka konsumsi ikan nasional pada tahun 2016 mencapai 43,94 kg/kapita (setara ikan utuh segar). Pada tahun 2017 konsumsi ikan nasional ditargetkan sebesar 47,12 kg/kapita dan pada tahun 2018 sebesar 50,65 kg/kapita.

KKP terus melaksanakan kegiatan kampanye peningkatan konsumsi ikan melalui Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kandungan gizi dan manfaat ikan, menumbuhkan kreativitas dalam mengolah ikan untuk keperluan konsumsi dan usaha kuliner sebagai sumber pendapatan keluarga, serta mendekatkan ikan kepada masyarakat.  

Momentum peringatan Harkannas ini diharapkan dapat memperkuat kerja sama dan membangun koordinasi fungsional yang efektif dengan melibatkan seluruh komponen pemerintah dan masyarakat dalam rangka menjadikan ikan sebagai salah satu solusi dalam penanganan permasalahan gizi masyarakat.





Dengan demikian ikan dapat dijadikan tumpuan sumber protein yang selalu hadir di dalam menu keluarga dalam rangka mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia (Nawacita 5), meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing bangsa (Nawacita 6), dan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, khususnya sektor kelautan dan perikanan (Nawacita 7). (Red: Kendi Setiawan). Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Meme Islam Pondok Pesantren Tegal