Kamis, 31 Desember 2015

Doa Masuk Rumah Kosong

Rasulullah shallallâhu alaihi wa sallam menganjurkan kita mengucap salam ketika memasuki rumah. Tetapi Rasulullah tetap menganjurkan kita mengucap salam meskipun rumah kita dalam keadaan kosong. Karena boleh jadi ketika seisi rumah keluar, makhluk jenis lain menempati rumah kita. Beginilah bunyi doa Rasulullah memasuki rumah kosong.

? ? ? ? ? ?

Doa Masuk Rumah Kosong (Sumber Gambar : Nu Online)
Doa Masuk Rumah Kosong (Sumber Gambar : Nu Online)

Doa Masuk Rumah Kosong

Assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillahis shâlihîn

Pondok Pesantren Tegal

Semoga Allah melimpahkan sejahtera-Nya atas kami dan atas hamba-hamba-Nya yang saleh. (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir) (Alhafiz K).

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kyai, Pemurnian Aqidah, Aswaja Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 23 Desember 2015

Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Sampai saat ini, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki 34 pengurus wilayah, 439 pengurus cabang, 15 pengurus cabang istimewa, 5.450 pengurus majelis wakil cabang, dan 47.125 pengurus ranting. 

Namun demikian, tidak semua pengurus tersebut menjalankan tugas organisasinya dengan optimal. Ada yang sangat aktif membuat kegiatan dan ada yang kurang aktif. 

Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif (Sumber Gambar : Nu Online)
Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif (Sumber Gambar : Nu Online)

Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif

Terkait hal itu, Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ma’ruf Amin memiliki solusi agar semua pengurus dari tingkat wilayah hingga ranting bisa aktif. Ia menjelaskan, NU bisa mengembangkan sistem penghargaan dan hukuman bagi tiap-tiap satuan pengurus.

“Dikasih reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) untuk mendorong akselerasi organisasi,” kata Kiai Ma’ruf saat memberikan sambutan dalam acara Tasyakuran Harlah Fatayat NU Ke-67 di Jakarta, Jumat (28/4).

Ia mengusulkan, pengurus wilayah yang aktif akan mendapatkan dua ataupun tiga suara dalam Muktamar. Sedangkan, wilayah yang tidak aktif bisa saja tidak dikasih suara dalam acara pemilihan ketua umum yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama setiap lima tahun sekali. 

Pondok Pesantren Tegal

“Pengurus NU di tiap tingkatan ada yang lemah, ada yang kuat. Kita sedang membuat sistem punishment dan reward agar pengurus aktif,” jelas Kiai Ma’ruf.

Penguru-pengurus NU, tegas Kiai Ma’ruf, jangan sampai tidak bergerak dan berdiam diri. Menurutnya, para pengurus tersebut harus digerakkan “Sejak dilantik sampai selesai tidak bergerak-bergerak,” ucapnya. (Muchlishon Rochmat/Fathoni) 

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kiai Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 02 Desember 2015

Depag Janji Bantu Lulusan Madrasah Aliyah Masuk Universitas Unggulan

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Departemen Agama (Depag) sedang menggalakkan program kerjasama dengan universitas-universitas unggulan yang ada di tanah air. Hal itu dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada lulusan-lulusan madrasah aliyah dari pondok pesantren (pontren) khususnya dari keluarga kurang mampu untuk menempuh jenjang pendidikan tinggi di perguruan tinggi unggulan.

Hari ini, Senin (12/3), Depag kembali menandatangani perjanjian kerjasama dengan universitas Ailangga, Surabaya. Naskah kerjasama ditandatangani oleh Direktur Pendidikan Diniyah dan Pontren H. Amin Haedari dengan Rektor Unair Prof Dr H Fasich Apt disaksikan oleh Dirjen Pendidikan Islam Jahja umar.

Depag Janji Bantu Lulusan Madrasah Aliyah Masuk Universitas Unggulan (Sumber Gambar : Nu Online)
Depag Janji Bantu Lulusan Madrasah Aliyah Masuk Universitas Unggulan (Sumber Gambar : Nu Online)

Depag Janji Bantu Lulusan Madrasah Aliyah Masuk Universitas Unggulan

Sebelumnya Ditjen Pendidikan Islam telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan IPB, ITS, UGM, ITB, UI untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara dibidang ilmu sosial dan keagamaan telah ditandatangani naskah kerjasama dengan UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, IAIN Walisongo, dan IAIN Sunan Ampel.

Jahja Umar mengatakan, saat ini di kalangan madrasah dirasakan sekali sangat ketinggal di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mengejar ketertinggalan itu, program ini diharapkan dapat melahirkan kader-kader iptek yang berlatarbelakang madrasah. Program ini yang telah berjalan di ITS, mempelihatkan mahasiswa berasal dari madrasah berprestasi baik dan mengejutkan. “Kita terus melakukan monitoring dan evaluasi secara periodik terhadap peserta program ini,” kata Jahja.

Program ini, kata Jahja, bukan? untuk merekrut mereka menjadi pegawai depag, akan tetapi sepenuhnya dimaksudkan untuk memajukan umat yang tertinggal, agar mereka menjadi pemimpin-pemimpin yang baik di masa datang.

Jahja menjelaskan, program ini dibiayai melalui DIPA Ditjen Pendidikan Islam dari 90 %? anggaran non fisik Ditjen Pendidikan Islam, berupa bantuan langsung kepada pelaku utama pendidikan yaitu murid dan guru. Untuk program beasiswa santri berprestasi tahun 2007 mencapai 420 orang.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara Rektor H Fasich mengatakan kerjasama dengan pihaknya meliputi kerjasama di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Program pendidikan dilaksanakan dalam bentuk pemberian kesempatan belajar di semua jenjang dan jalur pendidikan untuk staf atau pihak lain yang disetujui oleh Ditjen pendidikan Islam. (dpg/nam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Habib, Berita, Doa Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 06 November 2015

Meriah, Karnaval Budaya Madrasah NU Songsong Tahun Baru Hijriah

Pringsewu, Pondok Pesantren Tegal. Dalam rangka menyambut datangnya tahun baru hijriyah 1437, seluruh lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Kabupaten Pringsewu mengadakan Karnaval Budaya Islami, Sabtu (10/10).

Meriah, Karnaval Budaya Madrasah NU Songsong Tahun Baru Hijriah (Sumber Gambar : Nu Online)
Meriah, Karnaval Budaya Madrasah NU Songsong Tahun Baru Hijriah (Sumber Gambar : Nu Online)

Meriah, Karnaval Budaya Madrasah NU Songsong Tahun Baru Hijriah

Karnaval yang mengambil start dan finish di Kompleks Gedung NU Kabupaten Pringsewu ini menyusuri jalan lintas barat Kabupaten Pringsewu dengan menempuh jarak lebih kurang 4 Kilometer.

Menurut Ketua LP Ma’arif NU Kabupaten Pringsewu Ahmad Rifai, kegiatan karnaval ini sekaligus sebagai bentuk silaturahim sekolah dan madrasah Ma’arif kepada masyarakat di Kabupaten Pringsewu. “Dengan karnaval budaya ini diharapkan juga pelajar Ma’arif memiliki kreativitas positif dan dapat menjadi uswatun hasanah bagi masyarakat sekitar," terangnya.

Pondok Pesantren Tegal

Para pelajar tampak mengenakan berbagai macam kostum hasil kreativitas mereka masing masing. Beberapa madrasah juga terlihat mengenakan pakaian adat khas Nusantara. Pawai karnaval ini dilepas dengan iringan penampilan Group Drumb Band MTs Ma’arif Fajaresuk.

Pondok Pesantren Tegal

Rifai menambahkan bahwa peserta terbaik dalam karnaval ini akan mendapatkan piala yang sudah disiapkan oleh panitia penyelenggara. "Kami sudah menugaskan beberapa orang untuk menjadi juri penilai lomba dengan kriteria penilaian yang sudah ditentukan," katanya. (Muhammad Faizin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Makam Pondok Pesantren Tegal

Senin, 02 November 2015

Pelajar Putri Ingin Torehkan Sejarah Buat NU dan NKRI

Jakarta,Pondok Pesantren Tegal . Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Farida Farichah mengatakan organisasi yang dipimpinnya merupakan pintu masuk bagi generasi putri Nahdlatul ulama yang kelak akan menjadi tokoh-tokoh perempuan. 

Ia berharap IPPNU akan menjadi organisasi yang berkontribusi penting baik sejarah NU dan Indonesia. Hal itu bisa dicapai dengan meneladani kebaikan para pemimpin terdahulu dan memupuk kebaikan pada generasi sekarang. 

Pelajar Putri Ingin Torehkan Sejarah Buat NU dan NKRI (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar Putri Ingin Torehkan Sejarah Buat NU dan NKRI (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar Putri Ingin Torehkan Sejarah Buat NU dan NKRI

Di antara yang dilakukan untuk generasi sekarang, kata dia, IPPNU merupakan organisasi garda terdepan dalam memerangi bahaya narkoba. “Sebab itu kejahatan extraordinary,” katanya pada puncak harlah IPPNU ke-60 di gedung PBNU, Jakarta Jumat malam (27/3). 

Pondok Pesantren Tegal

Memerangi narkoba, menurut dia, tidak hanya dilakukan di tingkat pusat, melainkan sampai ke komisariat. Karena itulah pada tahun 2014 IPPNU mendapat penghargaan dari Kemenpora RI sebagai organisasi yang memerangi narkoba. “Hal tersebut kami persembahkan pada harlah ini,” tambahnya.

Ia juga menyebut keaktifan IPPNU menjadi  satu-satunya organisasi pelajar yang mengawal Pileg dan Pemilu 2014. “Ketika hari ini pelajar sangat antipolitik, kami cukup bisa membuktikan dalam pengawalan demoorasi,” katanya. 

Pondok Pesantren Tegal

Tak hanya di tingkat nasional, IPPNU juga ikut di kancah internasional seperti di ASEAN. Pada akhir tahun lalu, bersama organisasi-organisasi lain turut menyuarakan Islam Nusantara di Istanbul, Turki. “Karena Islam garis keras sudah menyasar anak muda.” Tugas berat kami, menurutnya, adalah menangkal bahaya radikalisme yang bisa mengikis Islam nusantara. 

Hadir pada kesempatan itu Sekretaris Jenderal PBNU H Marsudi Syuhud, Menteri Khofifah Indar Parawansa, Ketua UMUm KNPI Rifai Darus, Ketua Umum IPNU Khoirul Anam Haritsah, dan mantan-mantan Ketua IPPNU. Hadir pula ratusab anggota IPPNU dari Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Jakarta. 

Sementara Sekjen PBNU meminta pelajar putri NU untuk bisa mengarahkan para kadernya menjadi generasi yang memiliki tujuan hidup dalam beragama dan bernegara. 

Sebagai organisasi di bawah NU, ia meminta kader IPPNU untuk meneruskan berorganisasi ke jenjang Fatayat dan Muslimat. “Di negara lain tidak punya organisasi seperti ini,” katanya.

Negara-negara muslim datang ke PBNU ingin belajar dan mengkaji perangkat organisasi sebagaimana NU. Terbukti adanya organisasi semacam NU bermanfaat bagi negara ini. 

Ia berpesan supaya IPPNU jangan terlalu banyak progam tapi tidak tergarap dengan baik. Meski sedikit, tapi dikelola dengan intensif. “Jangan banyak-banyak, tapi kadernya ke depan jadi tokoh semua dan ngurusi negara yang didirikan NU ini,” pungkasnya. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Syariah, Nasional, Warta Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 21 Oktober 2015

Warga Tagih Janji Gubernur Jateng soal Penambangan Watu Putih

Rembang, Pondok Pesantren Tegal. Sudah lebih dari  sepekan lalu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi warga Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, yang menggelar aksi penolakan rencana penambangan Gunung Watu Putih di Rembang untuk bahan baku pembuatan semen.

Dalam kunjungannya, Gubernur meminta warga menunjuk perwakilan yang dipercaya untuk duduk bersama pihak PT Semen Indonesia sebagai penambang dan Pemerintah Kabupaten Rembang serta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Warga Tagih Janji Gubernur Jateng soal Penambangan Watu Putih (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga Tagih Janji Gubernur Jateng soal Penambangan Watu Putih (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga Tagih Janji Gubernur Jateng soal Penambangan Watu Putih

Joko Supriyanto yang dipilih sebagai wakil warga menjelaskan, pihaknya telah mengirimkan surat kesiapan untuk berembuk kepada Gubernur pada (30/6) dengan pihak-pihak terkait. "Namun hingga saat ini belum mendapatkan balasan. Padahal janji Pak Ganjar kami diminta menyipakan perwakilan dengan batas waktu satu minggu,” ujarnya.

Pondok Pesantren Tegal

Ia mengaku telah menyiapkan pakar dari kalangan akademisi untuk memberikan masukan dan kajian pada forum berembuk nanti. Pria yang akrab disapa Joko itu juga mempersoalkan belum dibalasnya surat kesiapan berembuk yang telah dikirimkan kepada Gubernur Jawa Tengah.

"Kenapa surat kami belum mendapatkan balasan apakan memang pak Gubernur ada jadwal lain, atau memang lupa ataukah ingkar janji,” tegasnya.

Pondok Pesantren Tegal

Hingga saat ini, para peserta aksi masih meyakini bahwa penolakan pendirian pabrik semen dan penambangan Gunung Watu Putih merupakan harga mati bagi sebagian warga Desa Tegaldowo. Bulan puasa tak membuat para peserta aksi surut dan berjanji akan terus memprotes hingga tuntukan mereka dikabulkan. (Ahmad Asmui/Mahbib)

Foto: Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat berkunjung ke warga Tegaldowo yang menjalankan aksi

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pendidikan, Habib Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 14 Oktober 2015

Lantunkan Madah, 10.000 Pramuka Santri Target Rekor Muri

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) ke-IV akan dilangsungkan di Bumi Perkemahan Tambang Ulang, kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, pada 1-7 Juni 2015. Pihak panitia mengagendakan pemecahan rekor MURI dengan konfigurasi pelantunan madah oleh 10.000 santri.

Lantunkan Madah, 10.000 Pramuka Santri Target Rekor Muri (Sumber Gambar : Nu Online)
Lantunkan Madah, 10.000 Pramuka Santri Target Rekor Muri (Sumber Gambar : Nu Online)

Lantunkan Madah, 10.000 Pramuka Santri Target Rekor Muri

"Koordinasi dengan Pemprov Kalimantan Selatan dan pihak terkait sudah kami lakukan," jelas Direktur PD Pontren Kemenag Dr Mohsen saat memimpin rapat perdana kegiatan ini di ruang rapat Sekjend Kemenag, Senin (20/4).

Menurut Koordinator bidang perkemahan dan kegiatan PPSN Mardhani Zuhri, madihin secara bahasa artinya pujian dengan puisi yang menghibur.

Pondok Pesantren Tegal

“Kesenian madihin ini belum pernah ditampilkan dengan jumlah peserta sebanyak itu. Kita akan bekerja keras menyukseskannya," kata Mardani yang juga Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka.

Pondok Pesantren Tegal

Kegiatan PPSN merupakan agenda tiga tahun sekali yang perdananya diadakan pada 2006 di Cibubur, Jakarta, pada 2006. PPSN kedua digelar di Jatinangor, Bandung pada 2009. Sementara ketiganya di Batam, Kepri, pada 2012. Sedangkan kali ini PPSN ditempatkan di Kalimantan Selatan.

"Pesantren punya peran strategis sebelum dan sesudah kemerdekaan. Saya minta kepada kakak-kakak Pramuka yang terlibat di kepanitiaan untuk fokus menyukseskan kegiatan ini," ujar Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Dr Adhyaksa Dault.

Bagi lingkungan pesantren, gerakan Pramuka sangat familiar mengingat aspek historis sejarah pembentukan gerakan-gerakan kepanduan oleh kalangan muslim saat perjuangan kemerdekaan.

Karena itu, suburnya gerakan Pramuka di lingkungan pesantren memiliki sejarah panjang dan dasar serta fondasi yang kuat, ujar Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Kamaruddin Amin. (Red. Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Budaya, Kajian, Makam Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 08 Oktober 2015

Debut Perempuan Berjilbab di Lintasan Atletik Olimpiade

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Sarah Attar menjadi perempuan pertama Arab Saudi yang turut bersaing dalam atletik Olimpiade. Dia turun pada nomor lari 800 meter putri dengan mengenakan jilbab berwarna putih.

"Ini pengalaman yang menakjubkan," kata Attar kepada wartawan seperti dikutip Reuters.

Debut Perempuan Berjilbab di Lintasan Atletik Olimpiade (Sumber Gambar : Nu Online)
Debut Perempuan Berjilbab di Lintasan Atletik Olimpiade (Sumber Gambar : Nu Online)

Debut Perempuan Berjilbab di Lintasan Atletik Olimpiade

Attar memiliki dua kewarganegaraan yaitu AS dan Arab Saudi, serta tengah berkuliah di Universitas Pepperdine, Los Angeles.

Pondok Pesantren Tegal

"Adalah kehormatan sangat besar bisa tampil di sini mewakili kaum perempuan Arab Saudi. Ini momen bersejarah. Saya berharap ini akan menciptakan perbedaan. Ini adalah langkah besar ke depan. Ini sungguh pengalaman yang menakjubkan."

Pondok Pesantren Tegal

Dalam tayangan televisi, kendati langsung terseok ke urutan paling belakang pada babak penyisihan lari 800m putri itu dan finish jauh di belakang lawan-lawannya, ribuan penonton di Olympic Stadium, London, berdiri dan tak henti bertepuk tangan menyemangati dan menghormati Attar.

Sebelum Attar tampil, rekan senegaranya yang juga mengenakan jilbab, Wojdan Ali Seraj Abdulrahim Shaherkani, turun pada cabang judo.

Kendati kedua atlet putri Saudi ini langsung gagal pada debut mereka ini, keduanya dianggap sebagai pahlawan, baik oleh sejumlah kalangan di negerinya, maupun dunia.

Redaktur: Mukafi Niam

Sumber: Antara

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Lomba, Internasional, Aswaja Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 07 Oktober 2015

Bagi-Bagi Buku, Komunitas Sajubu Dongkrak Minat Baca

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Komunitas 1 Juta Buku untuk Anak-Anak Indonesia (Sajubu) Jakarta, menyebarkan bacaan bermutu di Hotel Pandanaran, Semarang (17/2). Dengan buku-buku berbobot, Sajubu Jakarta bersama lembaga Sciena Madani Semarang mencoba mewarnai perpustakaan, taman baca dan komunitas buku.

Bagi-Bagi Buku, Komunitas Sajubu Dongkrak Minat Baca (Sumber Gambar : Nu Online)
Bagi-Bagi Buku, Komunitas Sajubu Dongkrak Minat Baca (Sumber Gambar : Nu Online)

Bagi-Bagi Buku, Komunitas Sajubu Dongkrak Minat Baca

Faisaldy Pratama dari Sajubu Jakarta mengatakan, melalui komunitas ini pihak Sajubu ingin berpartisipasi menyebarkan virus gerakan gemar membaca.

“Melalui tebar buku, kami hanya bisa berharap setiap aktivitas di manapun tempatnya baik di perpustakaan, taman baca, maupun tempat-tempat umum dijumpai banyak orang yang asyik menikmati buku bacaan,” lanjutnya.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara Lukni Maulana dari Sciena Madani menyatakan pihaknya kecewa dengan sistem pendidikan. Pasalnya, minat baca masyarakat masih lemah oleh sebab sistem pembelajaran tidak menanamkan membaca sebagai bentuk kebutuhan.

Pondok Pesantren Tegal

Lukni menyayangkan anak-anak lebih suka bermain di dunia maya dan tempat hiburan, baik melalui TV, mall maupun fasilitas permainan gatget di rumah.

Seharusnya perkembangan teknologi membawa dampak pada peningkatan minat baca. Seperti program Kementerian Pendidikan yang berkeinginan mengeluarkan buku elektronik berupa E-Sabak. Namun, pemangku dunia pendidikan cenderung apatis. Masyarakat cenderung menjadi konsumen, hanya menjadi penikmat teknologi yang berkembang pada umumnya.?

“Kalau masyarakat ingin maju, membaca harus menjadi kebutuhan dan kebiasaan. Sebab, negara akan maju ketika masyarakatnya memiliki minat baca yang tinggi dan dilanjutkan dengan buah karya berupa tulisan dan hasil-hasil penelitian,” tuturnya. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaNu Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 06 Oktober 2015

Tentang Hukum Kepiting

Assalamu’alaikum wr wb. Punten, kalau memakan kepiting itu halal apa haram? Mohon jawabanya. Juddin.

Wa’alaikumsalam wa rahamatullah wa barakatuh.

Saudara Juddin yang kami hormati. Pada dasarnya mengisi perut dengan makanan halal dan baik adalah perintah Allah swt kepada semua manusia, bukan hanya ditujukan kepada umat Islam semata. Hal ini menunjukkan pentingnya umat manusia agar lebih selektif dalam memilah dan memilih serta menentukan makanan yang akan menjadikan peredaran darah dalam tubuhnya berjalan normal.

Perintah Allah ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 172. Makanan halal dan baik disini tentunya meliputi cara memperoleh dan mendapatkannya disamping juga yang tidak kalah penting adalah materi (jenis) dari makanan itu sendiri, sebagaimana pertanyaan yang disampaikan oleh saudara Juddin ini.

Tentang Hukum Kepiting (Sumber Gambar : Nu Online)
Tentang Hukum Kepiting (Sumber Gambar : Nu Online)

Tentang Hukum Kepiting

Adapun jawaban dari hukum memakan kepiting masih terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama’. Ada yang berpendapat bahwa memakan kepiting hukumnya haram sementara yang lain menyatakan halal. Perbedaan seperti ini sangat wajar dan sering terjadi di kalangan para ulama dalam menyikapi suatu masalah mengingat cara menganalisa dan pengambilan kesimpulan yang tidak sama.

Para ulama yang menyatakan bahwa kepiting tidak boleh dimakan (haram) berasumsi bahwa hewan ini bisa hidup di dua alam (laut dan darat). Sementara ulama yang berpendapat bahwa kepiting halal untuk dikonsumsi berhujjah bahwa hewan ini tidak dapat hidup di darat. Ia hanya bisa hidup di air (laut) saja.

Pondok Pesantren Tegal

Selain itu ada qaul dhaif yang bersumber dari al-Halimi sebagaimana diceritakan oleh al-Baghawi yang berpendapat bahwa hewan ini tetap dihukumi halal, meskipun bisa hidup di dua alam. Masing-masing dari kedua pendapat ini tentunya telah melalui uji materi serta lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Referensi yang kami jadikan rujukan adalah kitab al-Maj’mu’ Syarah al-Muhaddzab:

Pondok Pesantren Tegal

 ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Artinya: Dari bagian ini (hewan yang dapat hidup di dua tempat), asy-Syekh Abu Hamid dan imam al-Haramain memasukkan katak dan ketam (jenis kepiting). Dua hewan tersebut diharamkan menurut ketetapan madzhab yang shahih (benar). Mayoritas ulama juga mengacu pada pendapat ini. Ada pendapat dhaif yang diceritakan oleh al-Baghawi bersumber dari al-Halimi yang mengatakan bahwa kedua hewan ini halal.

Saudaran penanya yang dimuliakan Allah, Perbedaan pendapat diantara para ulama sebagaimana penjelasan diatas kiranya semakin menjadikan umat maupun masyarakat Islam Indonesia semakin dewasa dalam menghargai keanekaragaman yang ada, sehingga slogan Islam rahmatan li al-‘alamin benar-benar dapat membumi di negeri ini, bukan hanya semboyan yang hinggap di awan belaka. Wallahu a’lam. (Maftukhan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sunnah, Cerita Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 02 Oktober 2015

Membangun Semangat Kebersamaan dalam Kehidupan Berbangsa

Dalam konsep fiqih rasa kebersamaan ini dituangkan dalam teori maslahah ammah. Artinya bahwa kepentingan bersama dan kebutuhan khalayak harus diutamakan di atas segala macam kepentingan baik individu maupun golongan. Sehingga terciptalah tatanan kehidupan yang kondusif.



Jika demikian adanya, maka syari'at akan menemukan makna haqiqinya sebagai sebuah jalan 'syara'a' yang menuntun kehidupan ummat.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? (? ?) ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Membangun Semangat Kebersamaan dalam Kehidupan Berbangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Membangun Semangat Kebersamaan dalam Kehidupan Berbangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Membangun Semangat Kebersamaan dalam Kehidupan Berbangsa

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Marilah kita tingkatkan kwalitas ketaqwaan kita dengan menjauhi segala larangan-Nya dan kita tambahi ketaatan kita dengan menjalankan berbagai perintah-Nya. Sesungguhnya diantara perintah itu adalah mengutamakan kebersamaan dan kepentingan bersama mengalahkan kepentingan pribadi dan golongan.

Pondok Pesantren Tegal

Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah

Sudah menjadi mafhum bagi masyarakat kita bahwa carut marut kondisi bangsa ini bersifat kompleks. Meski demikian (tanpa bermaksud menyederhanakan masalah) jika dirunut maka akan bermuara pada menipisnya rasa kebersmaaan. Satu rasa satu bangsa seiman dan se-Tuhan.

Dalam konsep fiqih rasa kebersamaan ini dituangkan dalam teori maslahah ammah. Artinya bahwa kepentingan bersama dan kebutuhan khalayak harus diutamakan di atas segala macam kepentingan baik individu maupun golongan. Sehingga terciptalah tatanan kehidupan yang kondusif. Jika demikian adanya, maka syari'at akan menemukan makna haqiqinya sebagai sebuah jalan 'syara'a' yang menuntun kehidupan ummat. Sebagaimana termaktub dalam surat al-Anbiya' bahwasannya perwujudan syariah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw merupakan rahmat bagi alam semesta.

? ? ? ? ?.

Pondok Pesantren Tegal

"Kami mengutus Anda hanya bertujuan memberi rahmat bagi alam semesta". (QS. Al-Anbiya': 107)

Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia

Sebagai sebuah bangsa yang bernegara lengkap dengan pemerintahan sudah selayaknya jika kepentingan bersama menjadi dasar dan pijakan pengambilan keputusan para elit negeri. Baik keputusan yang berifat aksi maupun reaksi.

Namun seringkali kebersamaan ini hanya menjadi stempel belaka yang tidak merujuk sama sekali pada kenyataan, bahkan lebih dekat pada kepentingan hawa nafsu dan kesewenang-wenangan. Dalam suasana pembangunan yang dinamis dewasa ini, selalu ditemukan istilah kepentingan umum. Walaupun seringkali batasan 'kepentingan umum' ini menjadi tidak jelas dan tidak sesuai dengan pengertian yang sesungguhnya. Kepentingan umum akhirnya berkembang dalam perspektif yang beragam; ada kepentingan umum menurut versi pengambil keputusan (umara), atau kepentingan umum menurut "selera" sebagian kecil kelompok masyarakat, dan kepentingan umum yang dipersepsi oleh masyarakat. Inilah yang dilarang oleh al-Qur'an, sebagaimana himabuannya dalam surat as-Shad ayat 26

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

"Maka tegakkanlah hukum di antara manusia secara benar dan janganlah Anda mengikuti hawa nafsu, yang akan menjerumuskan Anda pada kesesatan, jauh dari jalan Allah." (QS. Shad: 26)

Jika sudah demikian keberadaannya, maka berbagai kerusakan akan menjadi penunggu setia bangsa ini. Bangsa yang senang memutuskan segala macam kebijakan berdasar pada kepentingan hawa nafsu, pribadi dan atau kelompok.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

"Andaikan kebenaran mengikuti keinginan mereka, niscaya langit, bumi dan segala isinya akan binasa/rusak/hancur." (QS. al-Mu'minun: 71)

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Meski demikian tidak lantas segala macam 'kepentingan bersama' dapat dijalankan. Ada rambu-rambu yang harus ditaati demi menghindari kemudharatan. Diantaranya kepentingan bersama haruslah selaras dengan tujuan syariat, yaitu terpeliharanya lima hak dan jaminan dasar manusia (al-ushul al-khamsah), yang meliputi: keselamatan keyakinan agama, keselamatan jiwa (dan kehormatan), keselamatan akal, keselamatan keluarga dan keturunan, dan keselamatan hak milik. Maka jikalau kepentingan bersama itu telah melabrak lima dasar syariah itu, hendaklah segera ditinjau kembali.

Rambu selanjutnya adalah bahwa 'kepentingan bersama' itu harus benar-benar mnecakup semua golongan yang berbeda-beda apalagi di Indonesia yang sangat beragam baik agama, ras, suku maupun adatnya. Maka dalam hal ini prinsip syura, berembug atau musyawarah menjadi sangat strategis.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya: "... dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan mereka dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di internal mereka sendiri." (QS. Al-Syura: 38)

Demikianlah khotbah singkay kali ini, semoga hal singkat ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, baik bagi penentu kebijakan maupun penganut kebijakan.

? ? ? ? ? ? ?, ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ?.

Khutbah II

? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ! ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Redaktur: Ulil Hadrawy. Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Warta Pondok Pesantren Tegal

Senin, 14 September 2015

Akhir Desember, Fatayat NU Jombang Gelar Pelatihan Dakwah

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Seperti bulan-bulan sebelumnya di setiap hari Jum’at akhir bulan, Pimpinan Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama Jombang, Jawa Timur, melalui ketua-ketua bidang mengadakan kajian dengan mendatangkan Pimpinan Anak Cabang (PAC) sebagai peserta.

Untuk bulan Desember ini, bertepatan dengan waktunya bidang dakwah menyelenggarakan pelatihan dakwah sekaligus kajian fiqih perempuan dan Aswaja di kantor PC Muslimat NU Jombang. Pada pelatihan dakwah sekaligus kajian fiqih perempuan dan Aswaja nanti akan menghadirkan Ny Mahsunah Faruq sebagai pemateri.

Akhir Desember, Fatayat NU Jombang Gelar Pelatihan Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)
Akhir Desember, Fatayat NU Jombang Gelar Pelatihan Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)

Akhir Desember, Fatayat NU Jombang Gelar Pelatihan Dakwah

“Kami berharap melalui program yang sudah dipasrahkan kepada setiap bidang ini, selain bermanfaat untuk peserta secara pribadi. juga akan disebarkan kepada pengurus lainnya di setiap kecataman,” kata Ema Umiyyatul Chusnah, ketua PC Fatayat NU Jombang.

Pondok Pesantren Tegal

Putri Wakil Bupati Jombang yang lazim dipanggil ning Ema itu juga mengatakan bahwa program bulanan yang sudah berjalan selama tiga bulan merupakan inovasi yang dilakukan PC Fatayat NU Jombang berdasarkan pengalaman periode sebelumnya.

Pondok Pesantren Tegal

“Ini masuk bulan ketiga, bulan pertama sudah dilaksanakan oleh bidang pendidikan dengan kajian tentang pola asuh anak,” kata orang nomor satu di Fatayat NU Jombang ini kepada Pondok Pesantren Tegal.

Sementara bulan kedua, mereka mengundang narasumber dari dinas kesehatan Kabupaten Jombang untuk mengisi materi tentang kosmetik yang halal dan alamiah. “Selain itu, peserta juga diberi pengetahuan tentang makanan yang sehat. Karena sebagai ibu rumah tangga harus pandai memilih dan menyajikan menu makanan yang sehat kepada anak dan keluarganya. Walaupun makanan sederhana, tapi mempunyai nilai gizi yang baik,” lanjut cucu KH Wahab Chasbullah itu.

Kegiatan rutin Fatayat Jombang yang tidak melupakan tahlilan, yasinan dan istighosah ini diikuti utusan dari seluruh kecamatan atau perwakilan PAC se-Kabupaten Jombang. “Setiap PAC haru mendelegasikan dua orang pengurus harian, dan satu orang ketua bidang sesuai materi yang dibahas pada bulan itu. Jadi jumlah keseluruhan peserta dari 21 PAC adalah 63 orang. Nanti ditambah 20an pengurus cabang,” tambah ketua fraksi PPP DPRD Jombang ini. (Romza/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Santri Pondok Pesantren Tegal

Senin, 07 September 2015

Alumni PMII NTB Usulkan KMNU jadi Banom Mahasiswa NU

Mataram, Pondok Pesantren Tegal. Terkait rencana kembalinya PMII menjadi badan otonom NU, Lalu Aksar Anshori, SP salah satu mantan Ketua Umum PC PMII kota Mataram (1993-1994) yang kini duduk menjadi ketua KPU NTB angkat bicara.

Alumni PMII NTB Usulkan KMNU jadi Banom Mahasiswa NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Alumni PMII NTB Usulkan KMNU jadi Banom Mahasiswa NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Alumni PMII NTB Usulkan KMNU jadi Banom Mahasiswa NU

"Sebaiknya PMII tidak menjadi banom NU, sebaiknya tetap independen, Nahdlatul Ulama sendiri belum tentu memahami karakteristik dan tipelogi gerakan mahasiswa pada setiap perguruan tinggi yang ada di seluruh Indonesia," kata Bang Aksar sapan akrabnya kepada Pondok Pesantren Tegal, Jumat pagi (03/07)

Apabila NU mau membuat banom baru di tingkat kemahasiswaan, menurutnya, maka lebih tepat NU itu mengesahkan KMNU sebagai banom NU, dan KMNU itu sendiri dinilai efektif bergerak di seluruh kampus guna menyebarkan faham ke-NU-an, yakinnya.

Pondok Pesantren Tegal

"NU sebenarnya tinggal memberikan legitimasi (mengesahkan) Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) untuk dijadikan banom yang bergerak di setiap kampus yang ada," sarannya

Dia pun mencontohkan kembali, KMNU yang saat ini ada di Perguruan Tinggi Luar Negeri, seperti yang ada di Mesir, London, Amerika, Maroko dst. Sementara PMII sendiri yang selama ini sudah berkembang dan tidak punya masalah dengan NU sebaiknya dibiarkan saja tidak menjadi banom, sebutnya.

Pondok Pesantren Tegal

Menurutnya, antara mahasiswa yang berada di perguruan tinggi ? agama dan umum, yang ada di wilayah Jawa dan luar pulau Jawa, masing-masing mereka tentu memiliki tipologi dan karakteristik yang berbeda, dan NU sendiri belum tentu memahami kondisi tersebut, kata Mantan Ketua PW Ansor ini memperkuat alasannya agar PMII tidak menjadi banom lagi

Aksar sendiri menilai sikap demikian bisa berakibat mengerdilkan kader-kader PMII yang ada di setiap perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi kampus umum, katanya.

Dia pun mencontohkan bahwa ormas besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah selama ini belum mampu membangun gerakan banom kemahasiswaan pada setiap kampus yang ada.?

"Belum ada ormas besar di Indonesia yang mampu membangun gerakan banom kemahasiswaannya di sejumlah kampus yang ada, IMM sebagai banom kemahasiswaan milik Muhammadiyah tidak berkembang di kampus-kampus. Bahkan sekalipun di kampus milik Muhammadiyah itu sendiri," paparnya.?

"Saya cinta terhadap PMII, saya pernah dibesarkan PMII, saya pernah menjadi Ketua Umum PC PMII Mataram pada Tahun 1993-1994 lalu. Bahkan bukan saja pernah Menjadi Ketua Umum di PMII, saya juga pernah menjadi Ketua IPNU NTB dan Ketua PW GP Ansor NTB," jelasnya. ?

Kendati demikian, Aksar menyerahkan kepada kader PMII "Keputusan terakhir ada di sahabat pengurus dan PB PMII," tandasnya.

Tapi ia pun menegaskan kembali bahwa PB PMII pun tidak bisa mewakili aspirasi di bawah kecuali keputusannya (masuk atau tidak jadi banom) diambil melalu Kongres.?

Begitupun IKA PMII yang wacananya lebih cendrung PMII menjadi banom. Ia menegaskan IKA PMII juga tidak bisa menjadi acuan final karena IKA sendiri belum memiliki aturan tentang penetapan mekanisme ke mana arah PMII pada muktmar mendatang. (Hadi/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ubudiyah, News Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 05 September 2015

Menakar Kesadaran Profetik Gerakan Kepemudaan

Oleh Ananta Damarjati

Tidak bisa dipungkiri, perdebatan antara agama dan sains merupakan perdebatan abadi. Kedua entitas tersebut cenderung sulit dipersatukan. Agama memaksa sains agar terikat oleh nilai, sebaliknya, sains menuntut seseorang untuk menelanjangi dirinya dari segala macam bentuk dogma sebelum memasuki gerbang “kebenaran” objektif yang diidentikan dengannya. Dalam arti lain, sains harus bebas nilai.

Menakar Kesadaran Profetik Gerakan Kepemudaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Menakar Kesadaran Profetik Gerakan Kepemudaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Menakar Kesadaran Profetik Gerakan Kepemudaan

Premis-premis yang diajukan filsafat barat (filsafat kritis) juga selalu meletakkan dirinya sebagai oposisi biner dari gagasan tentang wahyu agama. Sehubungan dengan itu, Kuntowijoyo dalam bukunya mengutip pendapat Roger Garaudy, bahwa filsafat barat (filsafat kritis) “tidak memuaskan, sebab terombang-ambing antara dua kubu idealis dan materialis, tanpa kesudahan. Filsafat barat (filsafat kritis) itu lahir dari pernyataan: Bagaimana pengetahuan dimungkinkan. Dia (Garaudy) menyarankan untuk mengubah pertanyaan itu menjadi: Bagaimana wahyu itu dimungkinkan.” (2006:97). Garaudy berpendapat bahwa “Filsafat barat sudah ‘membunuh’ Tuhan dan manusia”. Oleh karena itu dia menyarankan “supaya umat manusia memakai filsafat kenabian dari Islam (Garaudy, 1982:139-168) dengan mengakui wahyu” (2006:98).

Di sini dapat dipahami bahwa filsafat barat menitikberatkan epistemologi pengetahuannya melalui akal. Dan Garaudy seolah menegaskan, bahwa ada sebuah kebenaran hakiki melalui wahyu yang lebih tinggi di atas kebenaran yang diperoleh lewat akal.

Pondok Pesantren Tegal



Wahyu dalam paradigma profetik


Pondok Pesantren Tegal

Hal wahyu menjadi menarik jika diurai dalam konteks sosio-historis peradaban manusia. Di tanah Nusantarakuno (baca; Dipantara) sebelum secara simbolis identik dengan Majapahit, nenek moyang kita sudahmelakukan berbagai kegiatan sembahyang terstruktur dan metodis, atau pola asketis lain.

Bahkan, -menyitir gagasan Emha Ainun Najib- Resi atau ahli pertapaan zaman itu telah mencapai maqam tertinggi sebelum akhirnya selangkah lagi dapat mempertemukan dirinya dengan Tuhan.

Sayangnya, pertemuan itu tidak pernah terjadi jika tanpa informasi (wahyu) langsung dari Tuhan sendiri tentang siapa diri-Nya.Maka diturunkanlah oleh Tuhan secara langsung, informasi-informasi mengenai diri-Nya melalui Nabi dan Rosul-Nya, kemudian wahyu tersebut termanifestasi secara sakral menjadi teks kitab suci.

Syahdan, sejarah dan pergulatan panjang peradaban manusia tidak lantas menjadikan wahyu yang tertuang dalam Al-Qur’an kita sekarang, lapuk termakan jaman dan usang.Hal tersebut karena, paradigma profetik para Nabi dan Rosul dalam menyampaikan ajaran tauhid sampai saat ini masihdan terus ditularkan oleh para cendekiawan (pelajar, mahasiswa, pemuda)bahkan sejak wafatnya Rosul terakhir di muka bumi, Muhammad SAW 14 abad yang lalu, tidak melunturkan semangat itu.

Berkat semangat profetik yangditeruskan para cendekiawan yang bersentuhan langsung dengan Al-Qur’an dalam tataran keilmuan itu pula lah, manusia abad ini tetap memiliki kesadaran tentang adanya kesatuan esensial secara asasi antara subjek-objek, yaitu manusia-Tuhan (Ha’iri, 1994:20), dan kemudian menjadi tradisi besar spiritualitas manusia.

Berkat semangat kenabian dalam menyebar informasi yang terkandung dalam kitab suci pula, manusia secara epistemologis dapat memahami eksistensi Tuhan melalui refleksi pancaran cahaya-Nya terhadap seni, politik, agama dan jagad raya secara keseluruhan.



Aplikasi Kesadaran Profetik dalam Organisasi


Jika menilik lagi konsep ilmu sosial profetik Kuntowijoyo dan mengkontekstualisasikannya dengan peran cendekiawan sebagai suksesor dakwah Islam sejak Rasulullah SAW wafat, maka terlihat peran mereka begitu kental dalam menjaga gawang struktur transendental Al-Qur’an, baik yang berkenaan dengan muamalah ataupun ibadah mahdlah.

Dengan menjaga teksnya, menerapkan ajaran yang terkandung di dalamnya, serta mengukur relevansinya dengan realita, ritme dan progresivitas sosial masa kini tanpa mengubah strukturnya, seorang cendekiawan telah memenuhi dimensi etika profetik, karena ada tanggungjawab sosial dan kerja transformatif dalam praksisnya.

Seorang cendekiawan muda, Lafran Panepada tahun 1947 yang membuka kesadaran lebih luas tentang paradigma ini, ketika dia mengikutsertakan sejumlah orang untuk ikut bertanggungjawab atas kesadaran profetik dan mengkonsepsinya dalam bentuk organisasi. Mereka menyengajakan diri untuk terlibat dalam sejarah kemanusiaan dengan mengambil porsi besar tanggungjawab sosial dari masyarakat di Indonesia.

Pembentukan organisasi ini agaknya merupakan titik tengah, atau bahkan perkawinan gejala sosial masyarakat (modernitas, sains, sosial-budaya.dll) dengan nilai kebenaran agama. Dalam perpektif sosial profetik Kuntowijoyo, hal ini merupakan metodologi integralistik untuk mencapai peradaban kemanusiaan yang maju, serta upaya memecahkan masalah relasi antara Islam dan dunia modern yang menimbulkan ketegangan baik dengansosial, kebudayaan dan politik.

Gagasan ini bertitik tolak dari ajaran dan nilai-nilai keagamaan yang bersifat subjektif dalam arti lain menyangkut keyakinan orang per orang. Namun menurut Dawam Rahardjo, ajaran keagamaan itu khususnya di Indonesia, tidak bisa ditolak. Atau harus sedemikian rupa diakomodasi sebagaimana dilakukan oleh penguasa zaman lalu (Contoh; Sultan Agung, Sunan Kalijaga, dsb).

Pendekatan akomodasi dan objektifikasi di atas sangat penting untuk menghindari konflik-konflik yang timbul seperti yang terlihat dalam masyarakat Indonesia sekarang, serta dalam rangka mengharmoniskan hubungan agama dengan politik, seni, filsafat, sosial dan budaya.

Beruntunglah Indonesia memiliki beberapa organisasi kepemudaan yang secara tidak langsung berani mendeklarasikan dirinya sebagaiorganisasi “berkesadaran kenabian”, lalu ikut andil menyadarkan masyarakatluas, Negara, serta Pemerintah tentang berbagai isu sensitif? yang bersentuhan langsung dengan agama.

Namun, jika melihat pergerakan organisasi“profetik” kepemudaan sekarang ini, perlukah mempertanyakan lagi perihal konsistensi etika dan kesadaran profetik serta manifestasi kesadaran kenabian dalam menyoal relevansinya terhadap hal-hal yang menjadi objek kajian mereka?



Refleksi Profetisitas Gerakan Kepemudaan



Bagi Kuntowijoyo, menjalankan misi profetik harus mampu menerjemahkan tiga peran, yaitu tentang pentingnya melakukan amar ma’ruf (humanisasi), nahi munkar (liberasi) dan tu’minu billah (transendensi). Di sinilah menurut saya, gerakan kepemudaan menjadi mode komunikasi yang bertemu dengan misi dakwah –peran kenabian-, yang melahirkan organisasi dengan nilai-nilai profetik.

Secara garis besar, Kuntowijoyo berusaha menjelaskan, bahwa dengan humanisasi, manusia akan mampu menjadi manusia sejati yang menyeru pada kebaikan. Menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai individu, masyarakat dan hamba Tuhan. Sementara liberasi bertujuan memerdekaan manusia dari segala bentuk ketidakadilan yang bertentangan dengan perikemanusiaan dan akal budi manusia.

Sedangkan melalui kesadaran transendental, yaitu kesadaran lillah, billah, lirrasul, birrasul, secara langsung berdampak pada meningkatnya iman. Sehingga manusia akan mampu melakukan tugas humanisasi dan liberasi secara utuh.

Langkah Lafran Pane menginstitusionalisasi kesadaran profetiknya (yang kemudian diikuti sebagian besar organisasi lain), secara manifestasi adalah mengikutsertakan sejumlah orang untuk ikut bertanggung jawab atas “pengkonstruksian dunia”nya, karena merekalah yang berkesadaran turut membentuk dunia tersebut. Mereka sebagai bagian dari anggota masyarakat mencoba memahami dunia yang sebenarnya mereka bentuk sendiri.

Faktanya, organisasi kepemudaan yang mengusung napas agama telah mampu menjadi mesin yang mengonstruksi dunia sosial di sekitarnya. Atau memang telah didesain secara struktural untuk menyediakan calon pemimpin berkelas secara individu. Yang jelas, konstruksi sosial, kebudayaan sampai politik tidak pernah lepas dari pergerakan organisasi kepemudaan sejak awal keberadaannya di Indonesia.

Namun seiring dengan semakin tingginya posisi tawar, eksistensi dan aktualisasi diripada organisasi kepemudaan terhadap segala sendi sosial, politik dan kebudayaan kemasyarakatan kita, tidak bisa tidak, akan selalu ada potensi-potensi penyimpangan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Di satu sisi saya percaya, bahwa oganisasi kepemudaan dimanapun tidak pernah ditatar untuk melakukan KKN, baik personal, institusional maupun struktural.Tapi disisi lain, jika dilihat dari gejala sosialnya secara historis, memang nyatanya banyak anak kandung “organisasi profetik”itu yang tersandung kasus KKN.Tidak etis jika hal ini dipungkiri, karena hal itu adalah salah satu naluri personal dan institusional.

Atau boleh dikatakan, sayap kecenderungan secara politik-kebudayaan (KKN) tersebut serta merta muncul bersamaan ketika mereka sedang memperjuangkan humanisasi dan liberasi, dan dalam waktu yang bersamaan melupakan wacana transendensi.

Namun yang tak kalah penting, tidak sedikit pula anak kandung “organisasi profetik” yang mampu menerjemahkan misi transendental ketika mengidentifikasi dirinya dengan batasan-batasan, arah serta tujuan yang telah secara tegas ditatar oleh organisasinya. Anak kandung yang tidak lupa untuk senantiasa lillah, billah, lirrasul, birrasul, dalam hal apa pun.

Termasuk ketika sedang melakukan transaksi politis dengan manusia lain yang sarat kepentingan, bahkan murni seratuspersen kepentingan. Tak jarang kepentingan tersebut menyamar sebagai ideologi, eksplisit maupun implisit. Yang tak jarang pula dalam transaksi tersebut memaksa pelakunya untuk berlaku kejam.

Sejauh ini yang saya pahami dari konsep-konsep Kuntowijoyo, bahwa praksis transendental tidak hanya mampu menyerap dan mengekspresikan secara dialektis sebuah realita, tapi juga memberi arah bagi realita tersebut, serta melakukan penilaian dan kritik sosial budaya secara beradab. Sekaligus menjadi petunjuk ke arah humanisasi dan liberasi.

“Organisasi profetik” kepemudaan yang sudah menentukan bahwa batasan, arah dan tujuannya adalah sesuai dengan Al-Qur’an, seharusnya –menurut Kuntowijoyo- menjadikan Al-Qur’an pula sebagai cara berfikir. “Ia akan memberikan kerangka bagi pertumbuhan ilmupengetahuan empiris dan ilmu pengetahuan rasional yang orisinal dalam arti sesuaidengan kebutuhan pragmatis masyarakat Islam, yaitu mengaktualisasikan misinya menjadi khalifah di bumi”.

Maka sangat urgen, bagi setiap organisasi yang “berkesadaran kenabian” untuk mempertanyakan ulang misi transendensinya. Jangan sampai, dapur organisasi yang memasak dengan serius kader-kadernya, menjadi tidak berarti ketika terpajang di etalase kepemimpinan, karena telah tercemar polusi kepentingan, serta dipencloki laler kekuasaan. Sehingga lupa arah, batasan, dan tujuan dunianya, serta menjadikan pribadinya untuk cenderung bebas nilai.

Ketika hal tersebut terjadi, kita patut bertanya: Quo Vadis profetisitas organisasi kepemudaan? Quo Vadis cendekia muda, pelajar, mahasiswa, Nabi kolektif bagi masyarakat?

Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Kedunglo, Kediri; anggota aktif Lingkar Studi “Matakuhati” Semarang.


Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaSantri, PonPes, Kyai Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 01 September 2015

Menciptakan Penulis Santri Melalui Pelatihan Jurnalistik

Yogyakarta, Pondok Pesantren Tegal. “Minimnya berita tentang NU di media massa cukup membuat kami resah. Ada apa ini? Bagaimana ini? Inilah kemudian yang menjadi salah satu alasan bagi Majalah Bangkit PWNU DIY dan media-media yang ada di pesantren Krapyak mengadakan acara Diklat Jurnalistik.”

Menciptakan Penulis Santri Melalui Pelatihan Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)
Menciptakan Penulis Santri Melalui Pelatihan Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)

Menciptakan Penulis Santri Melalui Pelatihan Jurnalistik

Demikian disampaikan oleh Muhammadun As selaku Pimred Majalah Bangkit PWNU DIY dalam acara Diklat Jurnalistik di Gedung PWNU DIY, Ahad Pagi (2/6). 

Muhammadun juga mengungkapkan bahwa pelatihan seperti ini merupakan langkah awal untuk menciptakan generasi-generasi penulis baru dari kalangan pesantren.

Pondok Pesantren Tegal

“Pelatihan ini merupakan langkah awal untuk menciptakan generasi baru dari kalangan pesantren. Ke depannya, pelatihan-pelatihan jurnalistik seperti ini akan diadakan sebulan sekali,” ungkap Muhammadun.

Sementara itu, sebagai narasumber, Jayadi Kasto Kastari, salah satu redaktur SKH Kedaulatan Rakyat, berhasil membuat peserta tidak mengantuk dengan gaya penyampaian materi yang disisipi dengan guyonan-guyonan segarnya.  

Pondok Pesantren Tegal

Salah satu point materi yang disampaikan Jayadi dalam acara tersebut ialah tentang kekurangan-kekurangan para penulis pemula di media massa.

“Sedikitnya ada empat faktor yang terkadang menjadi kekurangan bagi para penulis pemula di media massa. Pertama, masih lemah dalam tata bahasa (sistematika, gramatikal, keterbacaan, komunikatif). Kedua, kurang tepat dalam memilih diksi (pilihan kata). Ketiga, kurang dalam hal ejaan. Keempat, masih minim sekali pengetahuan tentang tanda baca,” terang Jayadi panjang lebar.

Acara yang dimulai pukul 09.00 dan selesai pukul 12.00 tersebut, dihadiri oleh sekitar 20 puluhan peserta. Mereka merupakan perwakilan dari pesantren-pesantren yang ada di Krapyak.



Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Rokhim, Nisa, Sholihin 

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Bahtsul Masail Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 23 Agustus 2015

Memahami Bahasa Dakwah Persuasif

Oleh Muhamad Hizbullah

Dakwah adalah kegiatan mengomunikasikan pesan-pesan kepada mad’u (objek dakwah) disertai upaya memengaruhi dan meyakinkan mitra dakwah bahwa apa yang disampaikan adalah benar. Karena dakwah adalah termasuk dalam kegiatan komunikasi maka ia membutuhkan metode-metode untuk menunjang efektivitas kegiatan komunikasi tersebut.

Di dalam al-Qur’an setidaknya ditemukan lima macam bahasa dakwah yang efektif untuk menjadikan dakwah lebih bersahabat dan ramah dengan mitra dakwah. Bahasa dakwah tersebut adalah qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa ), qaulan layyina (perkataan yang sejuk dan lembut), qaulan maysûra (perkataan yang ringan), qaulan karîma (perkataan yang mulia), qaulan sadîda (perkataan yang benar). Bahasa-bahasa dakwah tersebut akan saya persempit pada pembahasan qaulan layyina (perkataan yang sejuk dan lembut). 

Memahami Bahasa Dakwah Persuasif (Sumber Gambar : Nu Online)
Memahami Bahasa Dakwah Persuasif (Sumber Gambar : Nu Online)

Memahami Bahasa Dakwah Persuasif

Tipologi mitra dakwah dalam memahami bahasa dakwah cukup bervariasi. Ada yang tertarik dengan dakwah yang bersuara keras dan lantang. Dalam hal ini biasanya diwakili oleh kalangan anak muda yang masih membara semangatnya, meskipun begitu tidak sedikit pula dewasa ini pemuda sudah mulai tidak tertarik dengan bahasa dakwah semacam itu karena ia sudah tidak terpengaruhi dengan dakwah yang hanya menekankan keindahan retorika semata.

Ada pula yang tertarik dengan bahasa dakwah yang suaranya lembut dan pelan tanpa harus sorak-sorak dan suara lantang. Kelompok ini biasanya diwakili oleh golongan bapak-bapak yang sudah lanjut usia. Mereka tidak lagi mengharapkan suara-suara yang lantang, keras, dan tegas.Tetapi lebih kepada bahasa yang menyentuh dihatinya dan biasanya dengan bahasa dakwah yang lembut, mulia, dan argumentatif.Karena itu melihat kondisi mad’u yang mengalami kemajuan dalam memahami bahasa dakwah, maka dakwah yang dituntut dewasa ini adalah dakwah persuasif yang di dalamnya tercakup bahasa-bahasa dakwah yang lembut, membekas, mulia, mudah, dan benar. Di samping itu pelaku dakwah dituntut memiliki kecakapan pengetahuan yang luas khususnya dalam masalah-masalah keagamaan, sosial kemasyarakatan,dan juga memiliki kepribadian yang baik serta kesalehan di tengah masyarakat. 

Qaulan Layyina (Perkataan yang Lembut) 

Pondok Pesantren Tegal





Dalam studi ilmu komunikasi Islam dikenal istilah "qaulan layyina" sebagai sebuah pendekatan metode dakwah yang efektif. Dakwah yang disampaikan oleh juru dakwah harus lebih menekankan kepada "layyina" kata layyina dalam kamus al-Munawir adalah bentuk masdar dari kata lâna, yang mempunyai arti lunak, lemas, lemah lembut, halus akhlaknya. Syekh As-Suyuti dan Al-Mahalli, Hasyiyah as-Sawi ‘ala Tafsir Jalalain mengartikannya dengan sahlan lathîfa, yaitu mudah, lemah lembut. Jadi qaulan layyina adalah sebuah metode dakwah atau berkomunikasi dengan cara lemah lembut yang mengedepankan akhlak dan tata cara yang sopan tanpa merendahkan objek dakwah (madu). Dalam Quran Surat Thaha:43-44 dikatakan, “Pergilah kamu berdua kepada Firaun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".

Ibnu Asyur menjelaskan ayat ini dengan kisah Nabi Musa beserta saudaranya Harun ketika akan menghadapi atau menemui Firaun disuruh utk berbicara dengan bahasa yang lembut, merendah, dan tidak kasar. Lalu ada sebagian ahli mengatakan model dakwah seperti ini adalah ditujukan kepada pemimpin atau pemuka masyarakat yngg belum tersentuh pesan-pesan dakwah. Jadi disuruh menyampaikan pesan dakwah kepadanya dengan lembut tanpa kasar dan merendahkannya, sembari dengan memberikan hujjah logika yang rasional.

Pondok Pesantren Tegal

Pertanyaannya adalah kenapa dalam ayat tersebut Allah menyuruh Musa dan saudaranya berbicara dengan "qaulan layyina" kepada Firaun sementara ia sudah jelas-jelas kasar, diktator, dan tidak berperikemanusiaan? Syekh Al-Razi memberikan argumen setidaknya karena dua hal, pertama, Musa sempat tinggal bersama Firaun dan membesarkannya. Kedua, biasanya seorang penguasa yang zalim cenderung tidak menghargai dan menghormati pesan yang disampaikan dengan cara yang kasar dan keras. Jadi menurut teori ini dakwah harus mengedepankan sisi-sisi kelembutan, kemanusiaan, etika, dan akhlak sembari memperhatikan hujjah dan prinsip prinsip dasar Islam.

Rasulullah sebagai figur komunikator ulung dalam dakwahnya selalu mengedepankan sisi kelembutan sehingga banyak yang simpati kepadanya. Dakwah yang disampaikan secara keras, sorak sorak bukan pada tempatnya diibaratkan seperti suara keledai.Berbicara sampai terpingkal-pingkal menghardik dan menghujat cenderung menghilangkan substansi dakwah itu sendiri.Iswadi Arsyad Laweung dalam salah satu artikelnya mengutip Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, Hamka dengan mengutip Mujahid mengatakan bahwa suara keledai sangatlah jelek.Oleh karena itu. Orang-orang yang bersuara keras, menghardik-hardik, sampai seperti akan pecah kerongkongannya, suaranya jadi terbalik-balik, menyerupai suara keledai, tidak enak didengar. Dan dia pun tidak disukai oleh Allah Swt. 

Seorang dai hendaknya dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah harus lebih mengedepankan sisi-sisi psikologis mad’u yakni lebih menekankan kepada aspek jiwanya sehingga pesan-pesan yang disampaikan dengan mudah dicerna dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Jikalau menyampaikan pesan-pesan dakwah tersebut dengan kasar tentu orang-orang disekelilingnya tidak simpati kepada dakwah. (QS.3: 159). 

sini seorang dai di tuntut untuk memahami ilmu psikologi dakwah supaya mengetahui batasan-batasan dan takaran mana yang perlu disampaikan dan tidak perlu disampaikan.Pada suatu kesempatan di sebuah masjid di daerah Jakarta Selatan saya mendengarkan keluhan ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) yang mengeluhkan salah seorang ustadz yang berceramah di Masjidnya. Ia merasa kecolongan untuk menghadirkan sang ustadz tersebut. Ia mengeluhkan ceramah sang ustadz yang terlalu keras yakni seolah-olah menyalahkan jamaah yang menghadiri pengajian tersebut. Sang DKM mempertanyakan apakah sebuah dakwah harus disampaikan dengan begitu lantang dan keras seraya menyindir dan menyalahkan pihak lain?

Dalam kasus yang sama, di daerah Cirendeu saya juga menyaksikan seorang khatib Jum’at yang sangat menggebu-gebu dengan suara lantang dan keras memaki-maki dan menyindir salah seorang ulama yang mengeluarkan pernyataan kontroversialnya tentang “Rasulullah tidak dijamin masuk surga”. Saya tidak mengetahui apakah sang khatib tersebut sudah menyaksikan secara utuh atau mengklrafikasi pernyataan sang ulama tersebut sehingga dengan entengnya dalam khutbahnya mengatakan “ulama sû’ sesat dsb). Saya sendiri yang mengikuti dan menyaksikan secara full video pernyataan tokoh tersebut, memang benar sang ulama tersebut menyatakan “rasulullah tidak dijamin masuk surga” tetapi, ia melanjutkan “hanya yang masuk surga karena Rahmatnya” Hadits tersebut terdapat dalam riwayat Muslim nomor Hadits 2817 yang berbunyi, “Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku (Muhammad), kecuali dengan rahmat dari Allah” sampai di sini besar dugaan saya sang khatib tidak melihat dan menyaksikan secara full pernyataan sang ulama tersebut atau mungkin hanya sekadar mengikuti dari pernyataan-pernyataan orang tanpa ingin berusaha mencari kebenaran pernyataan tersebut. Yang membuat semakin parah adalah pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah forum yang sangat mulia yaitu mimbar khotbah yang menyulitkan jamaah intruksi atau menanyakan kebenaran informasi tersebut.

Sampai di sini dari dua kasus tersebut dan masih banyak lagi kasus-kasus yang lain yang tidak saya paparkan melalui tulisan ini sungguh berbahaya kalau seorang dai tidak memiliki kecakapan, wawasan, dan sikap kehati-hatian terutama dalam masalah-masalah yang di luar wewenang dan pengetahuannya. Dai tersebut tidak hanya akan merusak citra dai tetapi juga substansi dan pesan-pesan dakwah yang dibawanya. 





Fenomena dan Problematika Dai 

Dakwah yang persuasif tidak hanya ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi tetapi juga ditentukan oleh pribadi, citra, dan karakter sang dai. kefektifan dakwah tersebut sangat ditentukan oleh etos sang dai. Sikap, perbuatan, dan tingkah lakunya menjadi role model bagi masyarakatnya.Karena itu dai selalu dituntut konsisten (istiqomah) terutama dalam hal-hal kebaikan. Sebab bagaimana bisa efektif sebuah pesan yang dibawanya kalau sang dainya selalu melanggar dan gemar melakukan kemaksiatan. Minimal bagi sang dai apa yang diucapkannya harus di terapkan terlebih dahulu dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sang dai kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat. Pertama, ucapannya harus sesuai dengan perbuatan.Kedua, pakaian yang dikenakannya harus sesuai dengan cara pandang masyarakat sekitarnya. Ketiga, menjadi problem solving di tengah masyarakatnya.Ketiga, kemampuan membaca seluk beluk karakter komunikannya sehingga bisa mengatur strategi yang tepat dengan kondisi masyarakatnya.

Seorang komunikator atau dai yang memperhatikan point-point tersebut diharapkan terjadi interaksi sosial yang lebih kongkret baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik bagi komunikan (mad’u) dalam kehidupan real di tengah masyarakat.ketika seorang komunikator berniat menyampaikan pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Pesan komunikasi ini terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan dan lambang.Isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. (Onong : 2003).

Antara isi pesan dan lambang harus menjadi titik point perhatian komunikator.Meskipun begitu kedua hal tersebut masing-masing memiliki titik tekan yang berbeda-beda.Isi pesan misalnya bisa dilihat dari keluasan wawasan seorang komunikator yang menyampaikan pesan secara verbal kepada komunikan.Seorang komunikan bisa dengan cermat menerka dan menangkap pesan dari seorang komunikator selama disampaikan komunikator dengan tegas, lugas, dan rasional.Dalam hal ini isi pesan lebih mencakup kepada sisi-sisi luar dan masih abstrak bagi seorang komunikator.Lain halnya dengan lambang (bahasa).Ia mampu menyentuh dua sisi sekaligus yakni pesan dan juga perasaan terutama untuk membangun kesamaan-kesamaan dalam proses komunikasi. Lambang (bahasa) baik yang bersifat abstrak maupun kongkret dengan mudah seorang komunikan membahasakan menjadi bahasa verbal dalam kehidupan. Misalnya, seorang komunikator ketika menyampaikan pesan dengan terbata-bata atau simbol mata yang tidak fokus maka akan tampak kedalaman pengetahuan dan wawasan komunikator. Atau seorang komunikator yang berafiliasi kepada suatu golongan/kepentingan tertentu, maka komunikan dengan mudah mengetahi alur, jalan pikiran, dan keberpihakan sang komunikator melaui bahasa atau simbol yang dikenakannya. 

Ahmad Atabik dalam artikelnya tentang “konsep komunikasi dakwah persuasif” mengatakan, Bahasa dapat menjembatani dua atau lebih pikiran dan perasaan terutama untuk membangun kesamaan-kesamaan yang diperlukan dalam proses komunikasi. Jembatan penghubung inilah kemudian diekspresikan secara verbal melalui bahasa. Dalam banyak hal, bahasa dapat mempermudah menemukan kesamaan rujukan sejauh simbol-simbol (kosakata) yang digunakannya dapat dimaknai secara sama pula.

Dua pesan komunikasi di atas menjadi sebahagian kendala sang dai sehingga tidak sedikit masyarakat banyak yang mengeluh susahnya terjadi perubahan di tengah masyarakat padahal para muballigh, ustadz, dai, dan penyeru kebaikan sudah cukup banyak di lingkungannya.

Ada dua potensi dalam diri komunikan yang dapat dijadikan acuan oleh komunikator dakwah dalam menyampaikan pesannya, yaitu 1) kemampuan berfikir, mengarah kepada sejauh mana komunikan senang berfikir mendalam, dan 2) kemampuan merasa (perasaan), mengarah kepada apakah komunikan lebih senang imbauan emosional pesan-pesan yang menggembirakan atau pesan yang sedih. (Maarif : 2010, 41-42)





Penulis adalah pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jakarta dan Dosen IIQ Jakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kajian Islam, Pondok Pesantren, Kyai Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 21 Agustus 2015

PMII Purworejo Kecam Peneror Wartawan

Purworejo, Pondok Pesantren Tegal. Puluhan anggota Forum Jurnalist Purworejo (FJP) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Purworejo turun ke jalan melakukan aksi solidaritas, Kamis (27/2). Aksi ini digelar menyusul teror bom molotov yang menimpa wartawan Radar Jogja Jawa Pos Group, Frietqi Suryawan.

Aksi dimulai dengan menggelar mimbar bebas di tepi jalan protokol depan masjid Agung Daarul Muttaqin Purworejo. Satu per satu mahasiswa dan awak media menyampaikan orasi di depan demonstran yang memadati hingga separuh bahu jalan protokol tersebut.

PMII Purworejo Kecam Peneror Wartawan (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Purworejo Kecam Peneror Wartawan (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Purworejo Kecam Peneror Wartawan

Berbagai poster bertuliskan kecaman dan tuntutan usut tuntas kasus yang menimpa rumah wartawan yang bertugas di wilayah Magelang dibentangkan para demonstran. Pelbagai poster ini menarik menarik  perhatian masyarakat.

Pondok Pesantren Tegal

Mereka yang juga dikawal ketat kepolisian, membagikan selebaran kepada masyarakat berupa data tindak kekerasan kepada jurnalis yang tiap tahun mengalami peningkatan dan tidak pernah ditangani secara serius oleh pihak berwajib.

"Wartawan adalah profesi yang mulia sebagai elemen terpenting bangsa ini, tak kalah posisinya dengan eksekutif atau legislative. Mereka adalah media kontrol sosial dan penjuang bagi keadilan rakyat," teriak Ketua PMII Komisariat An-Nawawi Ahmad Syarif.

Pondok Pesantren Tegal

Salah seorang wartawan senior Purworejo Gunarwan menambahkan, kekerasan bukanlah cara terpuji untuk membungkam para wartawan.

"Ada regulasi dan mekanisme ketika ada pemberitaan yang dinilai kurang pas. Undang-undang Pers menyediakan hak jawab. Jadi jelas tindak kekerasan dan premanisme kepada wartawan harus terus kita lawan," katanya.

Sementara itu, Wakapolres Purworejo Kompol Elvian Rudi Harmoko mewakili Kapolres AKBP Roma Hutajulu SIK saat menerima petisi dari demonstran, menyampaikan keprihatinannya yang mendalam terkait kasus tindak kekerasan terhadap jurnalis di Magelang.

"Petisi dari para jurnalis dan mahasiswa ini kami terima dan akan kami segera kirimkan kepada Kapolresta Magelang sebagai bentuk dukungan dari rekan-rekan jurnalis dan mahasiswa Purworejo," ujarnya. (Lukman Hakim/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Khutbah Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 07 Agustus 2015

Kang Said: “Islam Nusantara” = Islam yang Paripurna

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan orasi ilmiah bertajuk “Urgensi Kajian Islam Nusantara” dalam acara peluncuran Pascasarjana Program Magister studi Islam Nusantara, STAINU Jakarta, Rabu (3/7) tadi malam di aula PBNU, Jakarta Pusat.

Kang Said: “Islam Nusantara” = Islam yang Paripurna (Sumber Gambar : Nu Online)
Kang Said: “Islam Nusantara” = Islam yang Paripurna (Sumber Gambar : Nu Online)

Kang Said: “Islam Nusantara” = Islam yang Paripurna

Menurut Kang Said, saat ini Nusantara memang menjadi kajian penting yang diminati banyak kalangan, sejalan dengan semakin strategisnya kawasan in idalam percaturan geopolitik internasional.

“Di tengah dinamika itu, sangat tepat kalau saat ini STAINU Jakarta membuka program studi kajian Islam Nusantara. Langkah ini penting untuk memahami bahwa Islam telah lahir dan bergumul serta berakar pada perpektif Nusantara sendiri, bukan persektif Barat atau Arab,” kata Kang Said yang baru merayakan ulang tahunnya yang ke-60.

Pondok Pesantren Tegal

"Islam Nusantara adalah Islam yang sudah paripurna, karena terbentuk dari dialog antarbudaya di berbagai peradaban besar dunia seperti Persia, Turki, India, Cina Siam dan sebagainya,” tambahnya.

Pondok Pesantren Tegal

Walaupun Islam yang masuk ke Nusantara telah berdialog dan bergumul dengan berbagai budaya besar di dunia, tetapi otentisitas kemurniannya tetap terjaga. Apalagi dalam tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah yang berkembang di Nusantara, yang menekankan pentingnya sanad atau ketersambungan mata rantai keilmuan sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Ditambahkan, “Nusantara” yang menjadi satu kajian penting bukan sekedar konsep geografis melainkan sebuah konsep filosofis dan menjadi perspektif, pola pikir tata nilai, dan cara pandang dalam menghadapi berbagai budaya yang datang.

Penulis: A. Khoirul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ahlussunnah, Aswaja, Doa Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 29 Juli 2015

PMII Minta Pemanfaatan Hasil Migas untuk Kesejahteraan Rakyat

Bojonegoro, Pondok Pesantren Tegal

Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Bojonegoro merayakan Harlah ke-56 PMII dengan beberapa rangkaian kegiatan acara. Termasuk salah satunya pembukaan Harlah ditandai dengan seminar dengan tema Mewujudkan Industrialisasi Migas Yang Ramah Lingkungan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Bojonegoro di Gedung Paripurna DPRD Bojonegoro, Ahad (3/4).

Dalam seminar tersebut dihadiri para narasumber, pakar NGO, Joko Purwanto, Kepala Dinas ESDM, Agus Supriyadi, dari BLH, Lalim dan Komisi A DPRD Bojonegoro, Anam Warsito. Serta dihadiri ketua Mabincab PMII Bojonegoro, Ahmad Sunjani Zaid, Direktur Idfos, Ahmad Taufiq dan berbagai tamu undangan dari berbagai kampus dan organisasi kepemudaan.?

PMII Minta Pemanfaatan Hasil Migas untuk Kesejahteraan Rakyat (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Minta Pemanfaatan Hasil Migas untuk Kesejahteraan Rakyat (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Minta Pemanfaatan Hasil Migas untuk Kesejahteraan Rakyat

Ketua Panitia, M Zainul Ihwan menjelaskan perhelatan rangkaian harlah ke-56 Tahun PMII ini akan ada sembilan kegiatan yang dipersembahkan PC PMII Bojonegoro untuk kader, agama bangsa dan negara. "PMII memberikan kontribusi pemikiran dan gerakanya untuk membela bangsa dan penegak agama," jelasnya.

Sementara itu, Ketua PC PMII Bojonegoro, Ahmad Syahid mengajak semua pihak untuk peduli lingkungan dan kondisi lokal di Bojonegoro. Pasalnya saat ini problem sosial semakin tinggi, bagaimana menyelaraskan itu adalah tugas kita sebagai pemuda negeri ini.

Pondok Pesantren Tegal

"Misalkan migas, maka harus ada sumbangsih nyata pengelolaan Migas untuk pembangunan SDM dan ekonomi yang berkelanjutan serta tidak boleh merusak lingkungan kita. Agar daerah ini tidak mendapat kutukan sumberdaya migas," terangnya.

Seluruh narasumber mengapresiasi kegiatan PC PMII, yang tidak hanya peduli sosial kemasyarakatan. Tetapi lingkungan dan dampak-dampak lainnya yang merugikan masyarakat. Sehingga pemerintah dan organisasi kepemudaan dapat bersinergi, dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi.

Pondok Pesantren Tegal

Agus Supriyadi, selaku kepala dinas ESDM menyampaikan bahwa saat ini Pemerintah Daerah sudah penuh inovasi dalam mengelola migas, agar bisa mensejahterakan masyarakat Bojonegoro, baik dari sektor ? pendidikan, kesehatan, pertanian dan infra struktur.

"Dengan adanya dana migas, Pemerintah mulai membenahi berbagai sektor di daerah ini. Sehingga Bojonegoro sudah tidak lagi kabupaten terbelakang di Jawa Timur," ungkapnya.

Narasumber dari BLH, Lalim mengungkapkan, industrialisasi tidak bisa dilepaskan dengan lingkungan. Sehingga ia selalu menuntut perusahaan, agar peduli lingkungan. Pasalnya lingkungan menjadi faktor utama dalam pelestarian sosial kemasyarakatan.

Berbeda dengan pakar NGO Bojonegoro, Joko Purwanto menyampaikan bahwa industri ekstraktif akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat bila adanya transparansi dalam pengelolaan dan pengalokasian dananya.

"Selain transparansi menjadi syarat utama terwujudnya pemerintahan, transparansi juga akan membudayakan kejujuran mulai dari perencanaan, pengelolaan dan pengevaluasian program multi stake holder," tandasnya.?

Sedangkan Komisi A DPRD Bojonegoro, Anam Warsito mengatakan kelemahan mengelola migas dengan baik antara lain adalah kurang adanya sinkronisasi program pemerintah dengan prrusahaan bahkan dengan RKPJMD. "Adanya migas jangan membuat mental pejabat kita membangun gedung-gedung yang kurang pro poor. Pemerintah eksekutif harus tahu skala prioritas," pungkasnya. (M Yazid/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Amalan, Budaya, Lomba Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 26 Juli 2015

UNU Kalbar Bangun Gedung

Pontianak, Pondok Pesantren Tegal. Komitmen Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Barat untuk mendirikan perguruan tinggi memperlihatkan wujudnya. Sebagai bukti saat ini organisasi yang diketuai M Zeet Hamdy Assovie sedang membangun kampus ? Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalbar.

"Ya, kita memang sedang membangun dua kampus untuk UNU Kalbar. Kampus pertama di Sungai Jawi. Kampus kedua di Gang Jeruk," kata Sekretaris Panitia, Jasmin Haris SPd ? M Pd, di sekretariatnya, Sabtu (20/4) kemarin.

UNU Kalbar Bangun Gedung (Sumber Gambar : Nu Online)
UNU Kalbar Bangun Gedung (Sumber Gambar : Nu Online)

UNU Kalbar Bangun Gedung

Dijelaskan Jasmin, kampus pertama di Sungai Jawi merupapakan kantor PWNU Kalbar. Kebetulan kantor itu cukup besar. Lalu, sebagian ruangan dijadikan kampus.

Pondok Pesantren Tegal

"Kampus kedua di Gang Jeruk. Gedung itu merupakan tempat bimbingan belajar Mecca. Lalu, dijadikan kampus," paparnya.

Pondok Pesantren Tegal

Gedung yang sedang dibangun itu sifatnya sementara. Apabila kemampuan finansial sudah dimiliki, gedung perkuliahan dibangun secara permanen.

"Kita sudah mendapatkan hibah tanah dari Pemkab Pontianak. Hibah itulah nantinya untuk kampus UNU. Sambil menunggu kita merehab gedung yang ada untuk kampus UNU," jelas guru SMA ini.

Untuk tahun ini, UNU Kalbar masih mempersiapkan gedung perkuliaha, rektorat, dan ruang dosen. Bila tak ada halangan tahun depan, UNU Kalbar akan membuka pendaftaran mahasiswa perdana. Untuk menuju pembukaan, pihak panitia terus melakukan persiapan.

"Kita juga tak mau buru-buru. Yang penting izin untuk UNU sudah keluar. Sekarang, kita berupaya persiapan pembukaan UNU harus sebaik mungkin. Bagaimanapun UNU adalah lembaga pencetak SDM berkualitas untuk Kalbar," kata pria kelahiran Ngabang ini.

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Rosadi Jamani?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pemurnian Aqidah, AlaNu Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 25 Juli 2015

Habib Lutfi: Gus Dur Orang Saleh

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal

Ketua Umum Jamiyyah Ahlut Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah Habib Lutfi bin Yahya mengaku tidak bisa menyimpulkan apakah Gus Dur wali atau bukan, tetapi ia yakin Gus Dur orang yang sholeh.



Habib Lutfi: Gus Dur Orang Saleh (Sumber Gambar : Nu Online)
Habib Lutfi: Gus Dur Orang Saleh (Sumber Gambar : Nu Online)

Habib Lutfi: Gus Dur Orang Saleh

“Yang tahu wali hanya wali dan saya husnudhon billah beliau orang yang sholeh,” katanya seusai memberi tausiyah Maulid Nabi yang diselenggarakan Ansor NU Kamis (17/2) malam lalu.

Ia menjelaskan, kesalehan atau kewalian seseorang tidak bisa diukur atau dibandingkan layaknya emas berapa karat.

Pondok Pesantren Tegal

“Sholeh ya sholeh, kesalehan seseorang tidak bisa kita ukur, apalagi keauliaan. Tinggal prasangka baik kita, apalagi Gus Dur yang sudah berbuat untuk umat ini, untuk bangsa ini,” tandasnya.

Bagi banyak orang, Habib Lutfi sendiri dianggap sebagai wali, entah benar atau salah, tetapi dalam setiap pengajian yang dihadirinya, massa selalu berusaha memberi hormat kepadanya dengan mencium tangannya.

Pondok Pesantren Tegal

Dalam Munas Jatman yang dihadiri oleh Presiden SBY, yang berlangsung Juni, 2008 lalu di Asrama Haji Pondok Gede, para tukang foto mengeluh jualannya tidak laku untuk pose-pose yang berdampingan dengan Presiden sebagaimana biasanya. Para peserta ternyata lebih memilih berfoto bersama Habib Lutfi. Ia lebih dihormati daripada pejabat tertinggi negara. (mkf)Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pertandingan Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 04 Juli 2015

Pelajar NU Wadah Strategis Bagi Pemberantasan Peredaran Narkoba

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Badan Narkotika Nasional (BNN) mengajak Pimpinan Pusat IPNU melakukan pemberantasan peredaran narkoba di kalangan pelajar di Hotel Paragon, Menteng Jakarta Pusat. Pada saat ini Indonesia yang sudah masuk darurat narkoba, sehingga harus diputuskan mata rantai peredaran narkoba tersebut.?

Pelajar NU Wadah Strategis Bagi Pemberantasan Peredaran Narkoba (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Wadah Strategis Bagi Pemberantasan Peredaran Narkoba (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Wadah Strategis Bagi Pemberantasan Peredaran Narkoba

"Pada tahun 2015, Presiden Jokowi sudah mengatakan Indonesia darurat narkoba," ujar Deputi Rehabilitasi BNN, Diah Setia Utami?.?

Diah menuturkan, potret permasalahan narkoba di Indonesia, dengan bebas masuknya penyelundupan narkoba dan lapas menjadi kampung narkoba baru. Diperparah, banyaknya masyarakat Indonesia yang mudah dipengaruhi, dan masalah sosial yang mendorong penggunaan narkoba.?

"Sudah 122.044 orang meninggal dunia karena narkoba, sehingga harus dioptimalkan upaya pemberantasan narkoba," tuturnya.

Dia menambahkan, peredaran narkoba di Indonesia sudah melakukan segala cara, sehingga pelajar menjadi kelompok yang rawan dipengaruhi narkoba. Bahaya narkoba bagi pengguna rusaknya otak, dan tidak akan kembali seperti semula dan masih banyak bahaya lainnya.?

Pondok Pesantren Tegal

"Bahaya narkoba diantaranya menurunnya kualitas SDM, dan rendahnya daya saing bangsa di tengah era globalisasi," tambahnya.?

Dia mengimbau, seluruh kader IPNU harus melakukan sosialisasi kepada pelajar untuk mencegah menurunnya ketahanan nasional. Narkoba juga menjadi ancaman bagi keutuhan kebhinekaan, sehingga seluruh elemen masyarakat harus melakukan upaya optimal pemberantasan narkoba.

"Seluruh kader IPNU harus melakukan sosialisasi bahaya narkoba secara berkelanjutan," pungkasnya. (Benny Ferdiansyah/Fathoni)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Internasional, Doa, Sholawat Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 30 Mei 2015

Koperasi Mabadikku Kembangkan Operasi Fintech

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal



Fintech atau finansial technology, belum banyak orang yang memahami kata ini. Tetapi itulah  salah satu inovasi terbaru yang menggabungkan antara keuangan dan teknologi, yang menghasilkan transaksi keuangan yang mudah tetapi aman. Fintech inilah yang akan dikembangkan oleh Koperasi Mabadiku Bintang Sembilan yang merupakan koperasi yang dimiliki oleh warga NU.

Koperasi Mabadikku Kembangkan Operasi Fintech (Sumber Gambar : Nu Online)
Koperasi Mabadikku Kembangkan Operasi Fintech (Sumber Gambar : Nu Online)

Koperasi Mabadikku Kembangkan Operasi Fintech

“Kami memang ingin membangun pondasi ekonomi berbasis financial technology di lingkungan NU,” kata Ketua Umum Koperasi Mabadikku Irnanda Laksamawan di gedung PBNU, Sabtu.

Salah satu produk dari Mabadikku adalah M-Cash atau Mabadikku Cash. Dengan kartu ini, bisa melakukan sejumlah transaksi seperti transfer uang antara M-Cash, membayar listrik, BPJS, beli pulsa, dan lainnya. 

“Jadi, santri yang habis lulus dari pesantren, belum punya pengalaman berwirausaha, belum punya jaringan, belum punya modal. Asal rajin saja, bisa memanfaatkan M-Cash untuk berusaha,” katanya dalam rapat anggota tahunan Mabadikku. 

Pondok Pesantren Tegal

Fintech saat ini juga berkembang sangat cepat. Mantan Ketua Umum Ikatan Alumni ITS Surabaya ini menuturkan, Mabadiku sedang mengembangkan layanan pengambilan uang di ATM tanpa perlu menggunakan kartu ATM sebagaimana yang berlaku saat ini. Dengan metode paling canggih ini, dengan notifikasi yang ada, uang dari mesin langsung akan keluar. Hidup akan semakin praktis karena tidak perlu lagi membawa-bawa dompet yang tebal dengan beragam kartu. 

Dengan potensi ekonomi yang sangat besar tersebut, fintech akan mampu mendayagunakan potensi ekonomi di lingkungan NU yang selama ini masih terpendam. Mantan Deputi Kementerian BUMN ini menjelaskan, inklusi keuangan di Indonesia saat ini baru menyentuh angka 20 persen. Banyak orang punya uang, tetapi tidak menyentuh dunia perbankan karena berbagai kendala, seperti jarak yang jauh di daerah-daerah perbankan.

Pondok Pesantren Tegal

Produk lain yang digagas adalah minimarket Mabadiku. Berbeda dengan minimarket biasa yang mematikan pedagang kecil di sekitarnya. Mabadiku Mart memiliki sistem yang membangun kerjasama dengan toko kelontong di sekitarnya. Mereka akan disetori barang kemudian pembayarannya dilakukan dengan payment online system (POS). Minimarket ini hanya memerlukan modal minimal 200 juta. Jauh lebih kecil daripada minimarket besar yang kini mensyaratkan ketersediaan modal sampai 700 juta.

Mabadiku sendiri merupakan koperasi primer tetapi bersifat nasional karena pendaftarannya berbasis Information Communication Technology (ICT). Keanggotaannya tersebar di berbagai daerah di seluruh Indonesia. (Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Internasional, Fragmen Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 29 Mei 2015

Jihad Pagi Bahas Manisnya Ibadah

Pringsewu, Pondok Pesantren Tegal. Sebagai salah satu cara Allah memberikan rahmat-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya adalah dengan memberikan tugas atau kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap makhluq-Nya. Dengan kewajiban-kewajiban yang diberikan ini banyak makhluq seperti manusia merasa berat untuk melakukannya.

Padahal jika kewajiban itu dilakukan orang yang beriman dan diberi rahmat-Nya, maka kewajiban itu tidak akan menjadi beban berat. Sebaliknya, kewajiban yang dilakukannya akan berubah menjadi sebuah kenikmatan yang luar biasa.

Jihad Pagi Bahas Manisnya Ibadah (Sumber Gambar : Nu Online)
Jihad Pagi Bahas Manisnya Ibadah (Sumber Gambar : Nu Online)

Jihad Pagi Bahas Manisnya Ibadah

Demikian penjelasan KH Sujadi Saddad ketika menjadi pemateri tafsir Al-Quran pada Kegiatan Jihad Pagi (Ngaji Ahad Pagi) yang rutin dilaksanakan di Gedung NU, Ahad (8/11). Dalam Jihad Pagi yang dimulai tepat pada pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 07.00 WIB ini, ia menjelaskan tafsir lafadz Ar-Rahman dan Ar-Rahim.

Pondok Pesantren Tegal

Lebih lanjut Abah Sujadi menjelaskan bahwa dengan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Allah SWT menyimpan sesuatu yang belum kita ketahui. "Kewajiban-kewajiban kita selaku makhluq-Nya seperti beribadah tidak berarti memberatkan dan mempersulit kita. Allah akan mempermudah kepada semua yang telah diciptakan-Nya," tegasnya.

Abah Sujadi mencontohkan hal ini dengan bentuk pendidikan orang tua kepada anak-anaknya. "Cara orang tua mendidik anaknya terkadang terkesan membebani anak. Dengan bentuk aturan yang ketat, orang tua tidak bosan-bosan mengingatkan bahkan terkadang memarahinya dan memberi hukuman kepada anaknya," katanya.

Pondok Pesantren Tegal

Namun di balik semua itu, ada hal yang terkadang jarang diketahui oleh anak-anaknya. "Membuat peraturan, mengingatkan, memarahi dan pemberian hukuman merupakan wujud kasih sayang orang tua kepada putra-putrinya," lanjut Mustasyar PCNU Pringsewu ini.

Di akhir Jihad Pagi itu, Abah Sujadi memberikan ijazah berupa dzikir agar hati tenang dan jiwa lapang dalam mengarungi kehidupan di dunia. "Baca ayat Al-Quran surat Al-Fajri ayat 27 dan 28 sebanyak 101 kali. Yang 100 dibaca biasa dan yang 101 dibaca sambil menyilangkan kedua tangan di dada," jelasnya. (Muhammad Faizin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaNu Pondok Pesantren Tegal

Histeria Grup Musik Debu di Induk Pesantren Indonesia

Kebumen, Pondok Pesantren Tegal. Grup musik Debu tampil di depan puluhan ribu jamaah pesantren tertua di Jawa Tengah, Alkahfi Somalangu Kebumen. Lantunan khas Debu pun sontak membuat para penonton berdiri bermaksud mengikuti irama khasnya, hingga kemudian pihak panitia meminta para penonton agar tetap duduk di tempat masing-masing.

?

Histeria Grup Musik Debu di Induk Pesantren Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Histeria Grup Musik Debu di Induk Pesantren Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Histeria Grup Musik Debu di Induk Pesantren Indonesia

Vokalis Debu, Mustafa mengaku sangat gembira bisa tampil di pesantren Alkahfi yang menurutnya sebagai induk dari seluruh pesantren yang ada di Indonesia. Terlebih bisa bersua dengan puluhan ribu jamaah pesantren paling bersejarah di negeri ini.

?

"Kami sangat senang, jadi kami akan tampilkan yang terbaik," kata Mustafa saat akan memulai memainkan alat musiknya di Pesantren Alkahfi Somalangu, Kebumen, Ahad (29/5) malam.

Pondok Pesantren Tegal

?

Debu tampil di pesantren Alkahfi Somalangu melalui biaya Debu sendiri. Hal ini diakui Mustafa sebagai wujud menghormati sejarah pesantren tertua yang dinilainya tidak lelah dan terus eksis ikhlas melayani umat dari generasi ke generasi.?





Pondok Pesantren Tegal

Salah satu penonton asal Wonosobo, Jawa Tengah, Fikri mengaku gembira melihat secara langsung penampilan Debu.

?

"Debu melantunkan lagu dengan membawa nilai-nilai historis. Tatkala saat ini banyak yang melupakan sejarah, seperti anak lupa dengan kakeknya, namun penampilan Debu mengingatkan kita," papar Fikri.

Pada acara siang harinya, dalam diskusi out door, M. Fathul Maskur (Hubungan Internasional PP GP. Ansor) berharap pesantren Alkahfi Somalangu Kebumen sebagai pesantren tertua yang telah menginspirasi hadirnya pesantren-pesantren di Indonesia dengan menggelar kegiatan Alkahfi Intercultural Fair telah memberikan edukasi tambahan pada seluruh pesantren yang ada saat ini.

Sekarang ini, lanjut Maskur, banyak orang menilai keras ajaran Islam, pesantren tertua ini dengan acara AIF menegaskan sebaliknya. Pesantren Alkahfi menampilkan berbagai budaya dari berbagai negara dengan para penampilnya beragama non-Islam.

?

"Pesantren Alkahfi sebagai pesantren tertua ini saat ini memperlihatkan apabila ajaran Islam itu seperti yang ditampailkan dalam acara AIF ini. Ratusan orang non-Muslim berjoged di panggung pesantren tertua ini. Inilah Islam," paparnya.

?

Penulis buku Islam Nusantara, Ahmad Baso berharap, nilai-nilai kepesantrenan bisa tersiar dalam pentas global. Mengingat, nilai-nilai kepesantrenan sebagai wujud Islam Nusantara.

?

"Nilai-nilai kepesantrenan seharusnya tersebar ke seluruh dunia," harapnya.

?

Pembicara lain, Hariqo Wibawa Satria (Koordinator Komunitas Peduli ASEAN) menilai, sudah saatnya santri menjadi generasi uploader bukan downloader. Generasi santri produktif bukan konsumtif. Ia juga beranggapan, dengan era internet saat ini, setiap santri dituntut untuk menjadi diplomat.

?

"Setiap santri adalah diplomat. Jadi harus bisa memanfaatkan internet sebaik-baiknya," katanya.

?

Debu dalam penampilannya merupakan penutup dari serangkaian acara Alkahfi Intercultural Fair yang diselenggarakan oleh pesantren Alkahfi Somalangu Kebumen. Setelah pagi sebelumnya tampil sembilan budaya dari sembilan negara. (Septika Wahyu Diananda/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Amalan, Sholawat, Hikmah Pondok Pesantren Tegal