Senin, 26 Desember 2016

LD PBNU Kalbar Resmi Dikukuhkan

Pontianak, Pondok Pesantren Tegal. Pengurus Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) Kalimantan Barat resmi dilantik Rabu, (15/11) pagi bertempat di Hotel Dangau Pontianak. Acara ini dirangkai dengan halaqah kebangsaan serta peresmian secara simbolis kantor Sekretariat LD PBNU Kalimantan Barat yang terletak di Desa Arang Limbung Kabupaten Kubu Raya.

Halaqah kebangsaan ini dimaksudkan  untuk menegaskan keutuhan NKRI adalah sesuatu yang substansi. NU hendaknya senantiasa berperan menjaga Islam wasatiyah di tengah-tengah hegemoni pergulatan ideologi serta menjaga netralitas.

Ketua LD PBNU Kalimantan Barat, Saifuddin Herlambang mengatakan LD PBNU Kalbar akan menyediakan lahan sebagai sarana dakwah NU Kallbar.

LD PBNU Kalbar Resmi Dikukuhkan (Sumber Gambar : Nu Online)
LD PBNU Kalbar Resmi Dikukuhkan (Sumber Gambar : Nu Online)

LD PBNU Kalbar Resmi Dikukuhkan

"Kita juga berencana membuat pesantren teknik LDNU serta mengaktifkan pengurus LDNU di tingkat cabang," tambahnya.

Selain itu, pelatihan dai cyber serta pelatihan kader dakwah yang akan melibatkan para dai dai Nahdiyin di Kalimantan Barat akan digelar dalam waktu dekat.

Pondok Pesantren Tegal

"Kami mohon dukungan kepada segenap komponen dalam rangka terselenggaranya rencana kegiatan ini," lanjut pria lulusan doktoral bidang Tafsir UIN Jakarta.

Sekda Kubu Raya H. Odang Prasetyo menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada LD PBNU Kalbar yang telah memilih Kubu Raya sebagai salah satu lokasi pusat kegiatannya.

Pondok Pesantren Tegal

"LD PBNU dan Pemerintah Kubu Raya harus ada sinergi karena mayoritas penduduk di Kabupaten Kubu Raya adalah Nahdiyin," ungkap Odang.

Dikatakan Odang, LD PBNU adalah salah satu lembaga yang punya tugas dan tanggung jawab menjaga hubungan baik antara Islam dan kebangsaan.

"Hendaknya kegiatan halaqah kebangsaan menjadi sarana mewujudkan terciptanya kedamaian dan kerukunan antar sesama ," harapnya.

Rais Syuriah PWNU Kalbar H. Syahrul Yadi mengatakan, akhir akhir ini trend NU Kalimantan Barat mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan mulai bergeraknya pengurus lembaga termasuk LD PBNU.

"Melalui LD PBNU mewarisi semangat dakwah Nabi juga bisa berkiprah dan berkontribusi dalam mengembangkan NU di Kalimantan Barat. LD PBNU adalah ruh dakwah di NU," tegasnya. 

Menurut Kiai Syahrul Kalimantan Barat mempunyai modal besar yakni masyarakat Muslim di Kalimantan barat rata-rata berkultur NU.

"Ini tentu adalah modal dasar yang bisa digarap oleh LD PBNU. Selain itu modal spirit serta dukungan masyarakat Kalimantan Barat terhadap kehadiran NU sangat besar," tambah dia. 

LD PBNU juga memiliki pekerjaan besar khususnya dalam mengatasi fenomena terkikisnya amaliyah-amaliah NU di  masyarakat. LD PBNU harus terlibat aktif dalam menjaga kesepakatan permanen bersama pemerintah yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, serta NKRI.

Sementara itu, KH Maman Imanul Haq menyampaikan beberapa hal terkait prinsip dakwah. Mengutip QS an Nahl 125 Kiai Maman mengatakan berdakwah dilakukan dengan mengajak, bukan mengejek; merangkul, bukan nyinyir.

"Orientasi dakwah kita adalah kepada jalan Tuhan (sabilillah robbika) yang penuh dengan hikmah," tandas Kiai Maman.

Ia menekankan LD PBNU juga harus terlibat dalam dakwah yang menyasar generasi milenial.

"Karena generasi milenial adalah generasi muda yang rasional. Kita perlu mengubah mindset dakwah kita," pungkasnya. (Ahmad Fauzi Muliji/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal IMNU, Cerita Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 25 Desember 2016

Mahasiswa Inzah Genggong Dididik Jadi Pelopor Kajian Aswaja

Probolinggo, Pondok Pesantren Tegal - Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan (Inzah) Genggong Kraksaan Kabupaten Probolinggo saat ini memiliki tiga Fakultas dengan 10 Program Studi (Prodi). Semua fakultas mengarah pada pembentukan sarjana yang mendorong terwujudnya Mabadi’ Khairu Ummah.

Di antaranya Fakultas Tarbiyah dengan enam prodi, Prodi Pendidikan Agama Islam (PBA), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Pendidikan Manajemen Islam (PMI) dan Akhlak Tasawuf (AT).

Mahasiswa Inzah Genggong Dididik Jadi Pelopor Kajian Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa Inzah Genggong Dididik Jadi Pelopor Kajian Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa Inzah Genggong Dididik Jadi Pelopor Kajian Aswaja

Fakultas Syariah dengan dua prodi, Perbandingan Madzhab (PM) dan Prodi Ahwal Syakhsiyah (AS) atau hukum keluarga. Sementara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam memiliki dua prodi, Prodi Ekonomi Syari’ah (ES) dan Perbankan Syari’ah (PS).

Sebagai pengembangan prodi dan perluasan akses keilmuan kepada masyarakat, Inzah akan mengajukan beberapa prodi umum seperti Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Matematika, IPA dan IPS. Serta program pascasarjana (S2) yang terkonsentrasi pada prodi Menajemen Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam.

Pondok Pesantren Tegal

“Selain itu, arah pengembangan ke depan, orientasinya pada penampilan fisik, personalia, peningkatan pelayanan dan prestasi. Sehingga, Inzah jadi kampus yang memiliki identitas kampus Khairu Ummah dan mahasiswa dididik jadi pelopor Khairu Ummah,” ujar Rektor Inzah Genggong DR H Abd Aziz Wahab, Kamis (21/1).

Pondok Pesantren Tegal

Menurutnya, terkait dengan khairu ummah, mahasiswa dididik menjadi pelopor kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dengan mengamalkan aqidah, syariat, dan akhlak seperti ulama NU dan ulama pesantren.

“Khairu ummah adalah manusia terbaik dalam kehidupan bermasyarakat. Artinya,? setelah menyandang gelar sarjana, alumni bisa menjadi seorang intelektual, ilmuwan, praktisi dan profesional yang saleh. Indikatornya, dengan menyandang gelar sarjana apa pun, mahasiswa bisa menghambakan diri secara maksimal kepada Allah SWT, diri sendiri, taat kepada agama dan memiliki tanggung jawab terhadap sesama.” katanya.

Pria yang juga Kepala Biro Pendidikan Pesantren Zainul Hasan Genggong itu mengatakan, untuk membentuk pelopor khairu ummah mahasiswa digembleng melalui forum kajian selama menempuh bangku kuliah. Forum kajian itu di antaranya kajian Aswaja yang dilaksanakan oleh Aswaja Center NU kampus secara berkala. Pada kajian Aswaja itu mahasiswa terbaik akan ditugaskan mengabdi di masyarakat.

“Di sini juga ada forum kajian bahasa melalui pusat studi bahasa Arab dan bahasa Inggris yang dilaksanakan dengan sistem SKS dan non SKS selama 1 tahun atau dua semester. Yang berprestasi akan ditugaskan mengabdi di pesantren untuk mengajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris selama satu bulan. Tahun kemarin ada 20 pesantren. Tahun ini ada peningkatan, 40 pesantren,” ungkapnya.

Pada akhir semester empat mahasiswa selama sebulan digembleng di pusat studi kajian kitab kuning dan Al-Qur’an dengan metode Amtsilaty (baca cepat). Juga metode baca kitab Ibtida’i (pemula) dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.

Menurutnya, ada juga pusat studi Asmaul Husna, bimbingan Al Qur’an dengan metode Qur’aniyah. Serta pembinaan kewirausahaan dengan membentuk beberapa kelompok Pos Daya berbasis masjid yang bekerjasama dengan masyarakat yang dilaksanakan pada semester tujuh.

“Materinya kewirausahaan dan penanaman aqidah Aswaja dan cinta negara. Untuk kewirausahaan bersama masyarakat, mahasiswa telah berhasil membuat produk krupuk ikan, pertanian, aneka kerajinan tangan dan lain lain,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Bahtsul Masail, IMNU, Pertandingan Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 24 Desember 2016

Doa Basuh Kaki Kiri saat Wudhu

Kaki kiri adalah anggota tubuh terakhir yang dibasuh saat berwudhu. Meratakan air ke seluruh bagiannya minimal dari ujung kuku hingga atas mata kaki merupakan sebuah keharusan. Doa berikut ini dianjurkan dibaca saat membasuh kaki kiri saat berwudhu.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Doa Basuh Kaki Kiri saat Wudhu (Sumber Gambar : Nu Online)
Doa Basuh Kaki Kiri saat Wudhu (Sumber Gambar : Nu Online)

Doa Basuh Kaki Kiri saat Wudhu

Allâhumma innî a‘ûdzubika an tazilla qadamayya ‘alas shirâti yauma tazillu aqdâmul munâfiqîna fin nâri.

Pondok Pesantren Tegal

Artinya, “Wahai Tuhanku, aku berlindung kepadamu dari jatuhnya dua kakiku di atas shirath pada hari berjatuhan kaki semua orang-orang munafiq di dalam neraka,” (Lihat Sayid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta). (Alhafiz K)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sholawat, Meme Islam Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 21 Desember 2016

Dakwah Aswaja di Kampus Harus Kian Diintensifkan

Surabaya, Pondok Pesantren Tegal. Dalam pandangan sejumlah kalangan, perkembangan gerakan Islam ekstrim telah demikian meresahkan, termasuk di kampus. Mereka yang awalnya dididik di lembaga pendidikan Nahdlatul Ulama, ternyata ketika kuliah justru menjadi penentang. Karenanya dakwah Aswaja di lingkungan perguruan tinggi harus kian diintensifkan.

Setidaknya inilah yang diingatkan KH Abdurrahman Navis saat memberikan sambutan pada halaqah mahasiswa kader Aswaja di Kantor PWNU Jatim, jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya. ? "Kendati telah lama belajar di sekolah NU, tidak ada jaminan ketika kuliah bisa tetap bertahan dengan Aswaja an-Nahdliyah," kata Kiai Navis, Ahad (5/3) pagi.

Dakwah Aswaja di Kampus Harus Kian Diintensifkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Dakwah Aswaja di Kampus Harus Kian Diintensifkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Dakwah Aswaja di Kampus Harus Kian Diintensifkan

Direktur Aswaja NU Center PWNU Jatim tersebut kemudian menceritakan sebuah kasus yang menimpa salah seorang mahasiswa yang sejak pendidikan dasar dituntaskan di madrasah. "Akan tetapi saat dua tahun kuliah, ternyata keyakinannya berubah," tandas Wakil Ketua PWNU Jatim ini.?

Hal tersebut dapat terjadi lantaran yang bersangkutan salah dalam memilih teman dan pergaulan. "Bayangkan, ditempa selama lebih dari 12 tahun di lembaga pendidikan NU, ternyata 2 tahun bisa berubah," kisahnya.

Sadar dengan kian beratnya dakwah Aswaja di lingkungan perguruan tinggi, Aswaja NU Center Jatim menyelenggarakan kegiatan halaqah untuk kalangan mahasiswa. "Yang kami undang juga mahasiswa dari kampus umum lantaran intensitas dakwah non Aswaja sangat mengkhawatirkan," kata dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut.

Pondok Pesantren Tegal

Kiai Navis berharap, dari kegiatan halaqah nantinya akan ditemukan sinergi sekaligus strategi baru demi meneguhkan paham Aswaja di lingkungan mahasiswa dan kampus. "Karenanya mohon para peserta bersabar dan mengikuti kegiatan hingga rampung agar ditemukan strategi terbaik," tandas pengasuh Pesantren Nurul Huda Surabaya tersebut.

Pada kegiatan yang berlangsung sehari penuh ini menghadirkan narasumber yakni Pembantu Rektor III Universitas Airlangga Surabaya, H Mochammad Amir Alamsjah. Juga Ketua PW Lembaga Perguruan Tinggi NU Jatim, Babun Suharto, serta dosen ITS Muhammad Mashuri. Kegiatan ini dipandu oleh Ustadz Fathul Qodir. (Ibnu Nawawi/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Khutbah, Kajian Pondok Pesantren Tegal

Senin, 19 Desember 2016

Aktifitas Kiai Marzuki Tak Terganggu Pengaduan MTA

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Laporan kelompok garis keras yang menamakan diri Majelis Tafsir Alquran (MTA) ke Bareskrim Mabes Polri tidak membuat nyali KH Marzuki Mustamar ciut. Pengasuh Pondok Pesantren "Sabilur Rosyad" Malang yang juga Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang ini tetap mengisi pengajian sebagaimana biasa.

Aktifitas Kiai Marzuki Tak Terganggu Pengaduan MTA (Sumber Gambar : Nu Online)
Aktifitas Kiai Marzuki Tak Terganggu Pengaduan MTA (Sumber Gambar : Nu Online)

Aktifitas Kiai Marzuki Tak Terganggu Pengaduan MTA

Kiai Marzuki Mustamar mengaku tidak keder dengan laporan MTA atas isi ceramahnya yang dinilai melecehkan Ormas MTA dan seorang pengurusnya. Sejauh ini, ujar dia, laporan MTA tidak berimbas apapun pada aktifitasnya sebagai dai dan ulama.

"Dilaporkan atau tidak saya akan tetap ngaji. Dimana saya dibutuhkan untuk ngaji, disitu saya akan hadir untuk ngaji," ujar KH Marzuki usai mengisi ceramah di acara wisuda MTsN Tambakberas, Selasa (18/6/2013).

Pondok Pesantren Tegal

Ketua PCNU Kota Malang ini mengaku tidak mempersiapkan apapun untuk menghadapi laporan MTA ke Mabes Polri. Bagi Kiai Marzuki, berdakwah tentang ajaran islam dan melayani umat lebih penting daripada meladeni laporan MTA.

"Saya tidak mempersiapkan apapun untuk menghadapi laporan itu. Saya masih tetap konsen ngaji demi umat," katanya.

Pondok Pesantren Tegal

Terkait dengan reaksi sejumlah elemen NU dan warga Nahdliyin yang siap melakukan pembelaan dengan segala cara bahkan sampai rela mati, KH. Marzuki meminta apa yang menimpa dirinya sekarang ini tidak ditanggapi berlebihan. 

"Jangan sampai direaksi dengan fisik. Saya minta seluruh komponen menjaga persatuan dan kesatuan NKRI. Sebab para ulama kita sudah keluar banyak darah untuk mempertahankan ini," tandas dia. 

Seperti diwartakan, KH Marzuki Mustamar dilaporkan ke Mabes Polri oleh ormas MTA terkait poin ceramah pada acara Haflah Akhirussanah di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang pada 2011 lalu yang menerangkan tentang MTA yang berpusat di Solo. 

Kiai Marzuki dilaporkan dengan tudingan berlapis yakni penyebar fitnah, pencemaran nama baik, institusi dan pribadi. Isi ceramah Kiai Marzuki juga dinilai menyebabkan perasaan tidak nyaman serta ada dugaan pelanggaran Undang Undang TIK dengan ancaman 6 tahun penjara.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Syaifullah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ulama, Makam Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 16 Desember 2016

Pandangan Mbah Maimoen soal Fenomena Belajar Islam dari Terjemah dan Internet

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Tidak terpungkiri, saat ini tidak sedikit Muslim yang belajar Islam melalui karya terjemahan dan internet. Hal ini turut mempengaruhi karakter Muslim tersebut dalam memahami Islam sehingga menjadi perhatian tersendiri bagi Mustasyar PBNU, KH Maimoen Zubair.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah ini menilai bahwa zaman sekarang memang sudah berubah. Banyak orang yang sudah masuk pada era terjemah. Banyak orang paham Islam lewat terjemah, malah terkadang orang yang hafal Al-Qur’an tidak tahu artinya.

Pandangan Mbah Maimoen soal Fenomena Belajar Islam dari Terjemah dan Internet (Sumber Gambar : Nu Online)
Pandangan Mbah Maimoen soal Fenomena Belajar Islam dari Terjemah dan Internet (Sumber Gambar : Nu Online)

Pandangan Mbah Maimoen soal Fenomena Belajar Islam dari Terjemah dan Internet

“Dulu kalau ada orang hafal Al-Qur’an itu pasti orang alim,” ujar Mbah Maimoen seperti dilansir Majalah Nahdlatul Ulama AULA edisi 11/Tahun XXXVIII/November 2016, halaman 41.

Fenomena belajar dari terjemah dan internet menurut Mbah Maimoen memberikan pelajaran bahwa masyarakat harus tahu mana yang baik dan tidak. Jangan berkiblat dari terjemah Al-Qur’an atau terjemah kitab, apalagi pada internet yang tak jelas referensinya.

Pondok Pesantren Tegal

Kiai kelahiran Rembang 28 Oktober 1928 ini juga mengingatkan bahwa saat ini sudah memasuki akhir zaman. Orang Islam pintar-pintar karena pakai huruf latin atau terjemah. Menurutnya, jarang sekali bahkan tidak ada orang yang menulis skripsi dengan Bahasa Arab, andalannya selalu huruf latin.

“Semua itu sudah digambarkan sebelum manusia diciptakan. Jika tidak mengikuti segala aturan qadla Allah, maka cari Tuhan yang lain. Kita harus bisa menyesuaikan. Yang baru harus kita terima, tapi yang dulu harus kita pertahankan,” tandas kiai sepuh berumur 88 tahun ini. (Fathoni)?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Hadits, Berita, Kyai Pondok Pesantren Tegal

PBNU Instruksikan Konsolidasi Internal Kepengurusan

Samarinda, Pondok Pesantren Tegal. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj didampingi beberapa pengurus harian selama dua hari kemarin, 13-14 April 2012, menghadiri rapat koordinasi dari empat lembaga di dua tempat yang berbeda.

PBNU Instruksikan Konsolidasi Internal Kepengurusan (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Instruksikan Konsolidasi Internal Kepengurusan (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Instruksikan Konsolidasi Internal Kepengurusan

Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU), Lajnah Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU), dan Lembaga Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LBHNU) di Samarinda, Kalimantan Timur. Sementara Rakornas Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) digelar di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang, JawaTimur.

Saat memberikan arahan pada pembukaan Rakornas di Samarinda, Jum’at (13/4), Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengamanatkan agar para pengurus NU se-Indonesia melakukan konsolidasi internal kepengurusan.

Pondok Pesantren Tegal

“Saya rekomendasikan agar semua jajaran pengurus, baik tingkat ranting (PR), MWC, PC, dan PW melakukan konsolidasi. Data nama-nama pengurus, mohon kirim ke PBNU. Ini tahap awal membenahi administrasi kepengurusan NU se-Indonesia,” harap Kiai Said.

Pondok Pesantren Tegal

“Kita harus tetap optimis bahwa NU akan selalu maju hingga akhir masa,” tandasnya yang direspon positif oleh hadirin. Tepuk tangan pun menggema, menambah semaraknya acara NU di Hotel ternama di Kalimantan Timur.

Sementara Ketua PBNU Saifullah Yusuf saat membuka Rakornas LKNU di Jombang, Jum’at (13/4), memimta Rakornas LKNU merumuskan tata pengelolaan lembaga kesehatan di bawah naungan NU agar lebih baik. Diharapkan NU dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk warganya, dan juga untuk masyarakat umum.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Hairul Anam, Muslim Abdurrahman

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Warta, News, Kajian Pondok Pesantren Tegal

Polres Jember Larang Ormas Gelar Aksi Sweeping Selama Ramadhan

Jember, Pondok Pesantren Tegal - Dalam rangka memuliakan bulan Ramadhan dan menghormati orang yang berpuasa, seluruh tempat hiburan malam di Kabupaten Jember ditutup. Penutupan ini berlaku mulai malam pertama tarawih hingga hari raya Idul Fitri. Sedangkan pemilik warung diimbau untuk tidak terlalu mencolok dalam melayani pembeli.

Itulah dua point penting? hasil rapat gabungan Polres Jember, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), MUI, dan? sejumlah ormas di Mapolres Jember, Rabu (24/5).

Polres Jember Larang Ormas Gelar Aksi Sweeping Selama Ramadhan (Sumber Gambar : Nu Online)
Polres Jember Larang Ormas Gelar Aksi Sweeping Selama Ramadhan (Sumber Gambar : Nu Online)

Polres Jember Larang Ormas Gelar Aksi Sweeping Selama Ramadhan

Forum ini juga menyepakati larangan bagi ormas atau perorangan untuk melakukan sweeping bagi? warung ataupun tempat-tempat hiburan malam masih bandel.

"Kita bersama ormas se-Kabupaten Jember melakukan penandatanganan kesepakatan untuk tidak mengadakan sweeping ke tempat-tempat hiburan selama bulan Ramadhan," kata Kapolres Jember Kusworo Wibowo usai rapat.

Pondok Pesantren Tegal

Kusworo mengimbau masyarakat melaporkan langsung kepada polisi jika menemukan indikasi tempat hiburan malam mengangkangi larangan dan imbauan itu. Menurutnya, tempat karaoke dan hiburan malam lainnya yang masih beroperasi akan merugi. Sebab, masyarakat pasti akan memberi sanksi sosial.

"Bagi karaokean dan bilyard, jika masih buka maka akan disanksi moral hingga penutupan," lanjutnya sambil menegaskan.

Pondok Pesantren Tegal

Pihaknya akan mengawal hasil kesepakatan itu hingga Ramadhan usai.

Ia juga berjanji akan meningkatkan pengamanan selama bulan Ramadhan. Sebab, setiap Ramadhan hingga lebaran, volume kriminalitas cenderung naik. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan rasa aman dan tenang bagi masyarakat selama bulan Ramadhan.

"Kita meningkatkan patroli gabungan? dengan memanfaatkan E-Siskamling di 248 desa se-Kabupaten Jember," urainya. (Aryudi A Razaq/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Ulama, AlaNu, Makam Pondok Pesantren Tegal

Senin, 12 Desember 2016

GP Ansor Lampung Tengah Miliki Pemimpin Baru

Lampung Tengah, Pondok Pesantren Tegal. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Lampung Tengah kini memiliki pemimpin baru. Melalui forum Konferensi Cabang VII, Saryono terpilih secara aklamasi sebagai ketua baru untuk masa khidmah 2016-2020.

Saryono adalah Wakil Bendahara PC GP Ansor Lampung Tengah pada periode kepengurusan sebelumnya. Ia juga merupakan mantan Ketua Panwaskab Lampung Tengah dan alumni STIE Widia Wiwaha Yogyakarta.

GP Ansor Lampung Tengah Miliki Pemimpin Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Lampung Tengah Miliki Pemimpin Baru (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Lampung Tengah Miliki Pemimpin Baru

"Peserta Konfercab VII ini terdiri 28 PAC? dan ratusan pimpinan Ranting GP Ansor se-kabupaten Lampung Tengah, dengan tema Konfercab Memperkuat Basis Ideologi Dengan Tradisi Amaliyah dan Tradisi Intelektual Ahlussunnah wal Jamaah," kata Budi Prasetyo selaku ketua panitia pelaksana Konfercab.

Pondok Pesantren Tegal

Forum tertinggi GP Ansor tingkat cabang itu berlangsung di Aula Pesantren Walisongo kecamatan Bumi Ratu Nuban, Lampung Tengah, selama sehari penuh, akhir pekan kemarin (7/8).

Pondok Pesantren Tegal

?

"Telah banyak hal yang diputuskan dalam arena Konfercab VII ini, khususnya perencanaan pokok-pokok program kerja, rekomendasi dan keputusan-keputusan lain Gerakan Pemuda Ansor Lampung Tengah masa khidmah 2016-2020," tambah Budi.

Konfercab VII GP Ansor Lampung Tengah tahun 2016 ini dihadiri tokoh-tokoh NU antara lain Kiai Syaikhul Ulum Syuhada (pengasuh Pesantren Walisongo), Budi Sriono (Wakil Ketua PCNU Lampung Tengah),? Kiai Aminan (Sekretaris PCNU Lampung Tengah), Hidir Ibrahim (Ketua PW GP Ansor Lampung), Muhyidin Thohir (Wakil Ketua PC LP Maarif NU Lampung Tengah), Budi Hadi Yunanto (Ketua KPUD Lampung Tengah), Agus Setiawan (dosen IAIM NU Metro Lampung), Iwanuddin (Ketua Lakpesdam NU Metro Lampung ), serta perwakilan Muslimat NU, Fatayat NU, IPNU, IPPNU, dan PMII setempat.? (Akhmad Syarief Kurniawan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul, RMI NU Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 11 Desember 2016

Aktivis Muda NU Tuntut Kekerasan terhadap Petani Rembang Diusut Tuntas

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Sejumlah elemen kaum muda Nahdlatul Ulama mengecam aksi kekerasan aparat kepolisian dan tentara terhadap warga Nahdliyin di Kabupaten Rembang. Tindakan brutal terhadap ibu-ibu dan para petani di sekitar Gunung Kendeng itu berlangsung pada Senin, 16 Juni 2014.

“Tindakan aparat itu sudah brutal, tidak pro-rakyat, tidak pro-petani dan anti-Pancasila. Pelaku kekerasan harus diusut tuntas,” ujar Amsar A Dulmanan, Koordinator Nasional Forum Komunikasi Generasi Muda NU (FKGMNU), salah satu elemen muda NU dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (17/6).

Aktivis Muda NU Tuntut Kekerasan terhadap Petani Rembang Diusut Tuntas (Sumber Gambar : Nu Online)
Aktivis Muda NU Tuntut Kekerasan terhadap Petani Rembang Diusut Tuntas (Sumber Gambar : Nu Online)

Aktivis Muda NU Tuntut Kekerasan terhadap Petani Rembang Diusut Tuntas

Kecaman sejumlah organ gerakan muda NU ini berkaitan dengan tindakan pemukulan dan pengejaran terhadap warga masyarakat setempat yang tengah aksi menolak pendirian tambang Karst dan pabrik semen PT. Semen Indonesia di Gunung Kendeng. Aparat keamanan juga melakukan sweeping terhadap wartawan. Diketahui pembangunan tambang dan pabrik semen tersebut melanggar undang-undang dan sejumlah peraturan serta berpotensi merampas lahan pertanian dan merusak sumber mata air kehidupan warga sekitar .

Pondok Pesantren Tegal

Menyakiti Nahdliyin

Kritik tajam juga disampaikan Forum Alumni PMII Universitas Indonesia (Forluni ). Forluni mengatakan bahwa tindakan aparat keamanan itu benar-benar menyakiti hati kaum Nahdliyin yang bakal kehilangan mata pencaharian mereka. “Warga Nahdliyin selalu dijadikan objek pembangunan, bukan subjek pembangunan. Mereka sudah miskin, tapi akan dipermiskin lagi,” kecam Alfanny, Ketua Forluni.

Pondok Pesantren Tegal

Kecaman senada juga dilontarkan juru bicara Perhimpunan Rumah Indonesia. Menurut Muhammad Nurul Huda, kebijakan pembangunan dari  rezim ke rezim tidak pernah berubah. Pembangunan dijalankan dengan tangan besi, menguntungkan elit pemodal tapi menggilas rakyat kecil.

Berdasarkan kajian Front Nahdliyin Untuk Kedaulatan Sumberdaya Alam (FNKSDA), selain melanggar UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengatur peran masyarakat terdampak, dokumen AMDAL rencana pendirian pabrik semen nyata-nyata melanggar Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 pasal 63 yang menetapkan area ini sebagai kawasan lindung imbuhan air. Amdal juga melanggar Perda RTRW Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 pasal 19 yang menetapkan area ini sebagai kawasan lindung geologi. Rencana pembangunan juga menabrak Persetujuan prinsip tukar menukar kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan, surat Nomor S. 279/Menhut-II/2013 tertanggal 22 April 2013. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Internasional Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 07 Desember 2016

Berkreasi dengan Kain Flanel

Semarang, Pondok Pesantren Tegal. Ada berbagai cara untuk memuliakan bulan Ramadhan yakni dengan berbagai aktifitas yang mendukung dan menambah keilmuan. Salah satunya membekali diri dengan ketrampilan.

Berkreasi dengan Kain Flanel (Sumber Gambar : Nu Online)
Berkreasi dengan Kain Flanel (Sumber Gambar : Nu Online)

Berkreasi dengan Kain Flanel

Panitia Pesantren Ramadhan Masjid Ar-Rasyid Banjardowo, memberikan pembekalan ketrampilan seni dari kain flanel untuk mereka yang mengikuti pesantren Ramadhan.

Para santri dibagi dalam dua kategori yakni anak usia dini sampai kelas tiga sekolah, diberikan ketrampilan kolase dari kain flanel, yakni suatu ketrampilan gambar dengan pernak-perniknya tempelan dari kain flanel.

Pondok Pesantren Tegal

Sedangkan untuk kelompok yang sudah dewasa diberikan ketrampilan flanel untuk membuat bros, gantungan HP dan Gantungan Kunci. Pemberian ketrampilan tersebut diberikan gratis dan cuma-cuma bahkan ada yang mendapatkan hadiah bagi yang memiliki nilai lebih.

Di depan halaman Masjid Ar-Rasyid, tampak anak-anak sangat antusias mengikuti pelatihan pembuatan ketrampilan dari kain flanel. Bagi mereka ini diikuti sebagai wujud rasa syukur akan datangnya bulan mulia dan tentunya mengisi waktu dalam menunggu datangnya waktu berbuka.

Pondok Pesantren Tegal

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Lukni Maulana

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kajian, Kyai Pondok Pesantren Tegal

Senin, 05 Desember 2016

Buku Perjuangan Kiai dan Santri Merebut Kemerdekaan Diluncurkan di PBNU

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Buku yang mengupas sejarah perjuangan kalangan kyai dan santri dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah diluncurkan di Perpustakaan PBNU, Jakarta, Selasa (9/8). Buku berjudul “Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan” tersebut ditulis KH Sholeh Hayat.

Buku Perjuangan Kiai dan Santri Merebut Kemerdekaan Diluncurkan di PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Buku Perjuangan Kiai dan Santri Merebut Kemerdekaan Diluncurkan di PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Buku Perjuangan Kiai dan Santri Merebut Kemerdekaan Diluncurkan di PBNU

Pada peluncuran tersebut penulis buku mengatakan, data sejarah yang memperlihatkan banyaknya perjuangan para santri dan kiai dalam memperjuangkan kemerdekaan negara ini. Kiai dan santri tersebut, bila dikerucutkan banyak berafiliasi ke Nahdlatul Ulama.

Dengan demikian, kata dia, NU adalah organisasi massa (ormas) salah satu pendiri negeri ini. Namun sayangnya, nama-nama pejuang kiai dan santri tidak mendapat bagian yang proporsional dalam penulisan sejarah nasionla. Tak hanya itu, tempat-tempat bersejarah terkait perjuangan santri juga terabaikan.

Pondok Pesantren Tegal

Pada buku tersebut, salah seorang pengurus PWNU Jawa Timur tersebut menyebutkan bagaimana cara-cara licik yang dilakukan penjajah untuk menaklukan Indonesia. kemudian bagaimana perlawanan yang dilakukan kalangan santri dan kiai kepada penjajah.

Pondok Pesantren Tegal

Buku tersebut menyebut perlawanan Pangeran Diponegoro di Jawa, Cik Di Tiro di Aceh, dan Imam Bonjol di Sumatera Barat.

Tak hanya perjuangan fisik, para kiai dan santri juga melawan dalam bentuk kebijakan Belanda seperti Ordonansi Haji, waris dan perkawinan, aturan yang memberatkan jamaah, dan ordonansi guru. Perang dengan cara kultural seperti melarang menggunakan antribut yang digunakan penjajah sampai perang dengan doa dan suwuk.

Ketika penjajahan Belanda digantikan penjajahan Jepang, kiai dan santri juga melakukan perlawanan seperti menentang seikerei. Peristiwa penentangan yang paling terkenal dilakukan KH Zainal Mustofa dari Pesantren Sukamanah, Tasikmalaya.

Buku tersebut juga menyebut barisan perang dibawah komando kiai seperti Hizbullah oleh KH Zainul Arifin dan Sabilillah oleh KH Masykur. Juga menyebut tokoh-tokoh pejuang yang berafiliasi dengan NU. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Budaya Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 04 Desember 2016

Siswi MAN IC Serpong Ini Lolos Ujian Masuk Hokkaido University Jepang

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal - Salah satu siswi Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Serpong Tangerang Selatan meraih beasiswa dari Hokkaido University Jepang. Siswi bernama Medina Janneta El Rahman yang masih duduk di kelas 3 ini dipastikan mendapat kesempatan belajar di negeri sakura setelah ada pengumuman di website kampus tersebut.

Kabar itu disampaikan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Abdurrahman Mas’ud, Jumat (24/3) malam. “Alhamdulillah berkat doa keluarga besar, Medina lulus dan diterima dengan beasiswa di salah satu universitas bergengsi di Jepang, yakni Hokkaido University. Saat ini, Medina belum tahu karena di pondok tidak bisa akses internet,” ujarnya kepada Pondok Pesantren Tegal melalui telepon pintar.

Siswi MAN IC Serpong Ini Lolos Ujian Masuk Hokkaido University Jepang (Sumber Gambar : Nu Online)
Siswi MAN IC Serpong Ini Lolos Ujian Masuk Hokkaido University Jepang (Sumber Gambar : Nu Online)

Siswi MAN IC Serpong Ini Lolos Ujian Masuk Hokkaido University Jepang

Mas’ud mendapat kepastian kabar tersebut langsung dari situs resmi Hokkaido University. Karena Medina sedang tidak bisa mengakses internet di pondok, sementara dia cemas atas hasil pengumuman yang mestinya diumumkan online Rabu (22/3).

Pondok Pesantren Tegal

“Dia lalu minta tolong saya buka situs Hokkaido University. Ternyata setelah saya cek beberapa kali baru malamnya pengumuman itu bisa saya akses. Alhamdulillah sujud syukur tidak lupa saya lakukan dengan ibunya Medina,” ungkap Guru Besar UIN Walisongo ini penuh suka cita.

Pondok Pesantren Tegal

Pengumuman tersebut berbunyi, “Congratulation for the third grade student who passed the selection of Hokkaido University (Hokudai) Japan 2017/1018 academic year. Name, Medina Janneta El Rahman, major: Integrated Science Program (ISP) , course details: Program includes bachelors and master componens with the possibility of graduation in 5 years. Scholarship category: On progress.”

Usai mengakses kabar tersebut, Mas’ud pun menghubungi Medina melalui telepon pesantren. “Awalnya saya telepon ke pondok susah nyambung. Akhirnya nyambung juga. Sempat saya takut-takutin dia, siap mental ya tidak bisa tidur dengar info papa dari Hokkaido. ‘Insya Allah, Pak,’ kata dia. ‘Dengar baik-baik, Nak. Medina diterima.’ Alhamdulillah. Lalu, kami pun tertawa bersama,” tutur Mas’ud sembari mengingatkan putrinya agar tidak lupa sujud syukur.

Doktor jebolan UCLA Amerika Serikat ini menambahkan, sebelum ke Jepang, putri satu-satunya itu berkeinginan untuk menyicil hafalan Quran di Kudus, Jawa Tengah. Ia senang sekali atas capaian pendidikan putrinya itu. Ia teringat tiga tahun silam saat menulis testimoni untuk anak gadisnya tersebut.

“Medina itu anak yang smart, meski belum memaksimalkan kepintarannya. Belum fokus ke studi. Lebih sibuk dengan kegiatan ekskul, sampai jarang punya akhir pekan. Yang lebih dominan lagi, dia sangat mandiri dalam menjaga diri, sampai-sampai pernah ke klinik untuk operasi kecil tanpa memberi kabar dan tanpa ditemani orang tua. Lucunya, pihak klinik mengira Medina mahasiswi padahal baru tingkat SMP,” tutur Mas’ud seperti tulis di buku diarynya.

Bapak empat anak ini mengaku terharu atas minat dan kemampuan Medina dalam menguasai bahasa asing, yakni Jepang dan Inggris. “Terutama bahasa Jepang. Dia belajar sendiri. Karena memang tidak ada pelajaran bahasa Jepang di SMP-nya itu. Saya menduga karena dia sangat mencintai anime dan artis Jepang,” ungkap suami Ella Nurlaila ini. (Musthofa Asrori/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Santri, Humor Islam Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 03 Desember 2016

Haul Mbah Muqayyim Dipadati Ribuan Pengunjung

Cirebon, Pondok Pesantren Tegal. Ribuan pengunjung menghadiri malam puncak peringatan haul Mbah Muqayyim, Mbah Ardi Sela, dan Mbah Muta’ad yang digelar oleh masyarakat di sekitar makbarah Mbah Muqayyim Desa Tuk Karang Suwung Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon, Ahad (1/6).

Haul Mbah Muqayyim Dipadati Ribuan Pengunjung (Sumber Gambar : Nu Online)
Haul Mbah Muqayyim Dipadati Ribuan Pengunjung (Sumber Gambar : Nu Online)

Haul Mbah Muqayyim Dipadati Ribuan Pengunjung

Mbah Muqayyim merupakan tokoh karismatik pendiri pesantren Buntet Cirebon, namun pada akhir hidupnya dia dimakamkan di sebuah lokasi yang berjarak sekitar 6 kilometer arah selatan pesantren yang tak lain adalah tempat petilasannya selama hidup. 

Lokasi pemakaman yang selalu ramai dikunjungi peziarah tersebut terletak di desa Tuk Karangsuwung Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon. Mbah Muqayyim dimakamkan bersama Mbah Ardi Sela, rekan seperjuangannya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan syiar Islam.  

Pondok Pesantren Tegal

H Selamet Riyadi, ketua panitia mengungkapkan bahwa tujuan diperingatinya haul ialah agar masyarakat sekitar pemakaman mampu untuk mengenang dan meneladani perjuangan yang telah dilakukan oleh para tokoh pendiri pesantren tersebut.

Pondok Pesantren Tegal

“Semenjak tahun 2005 kami secara rutin menggelar peringatan haul Mbah Muqayyim, dengan tujuan agar masyarakat di sekitar makbarah turut mengenang dan meneladani segenap perjuangan yang telah dilakukan oleh beliau,” ungkap pria yang kerap disapa Haji Mamat tersebut.

Haji Mamat menambahkan, meskipun di sekitar lokasi makbarah tidak terdapat sebuah kelembagaan pesantren, namun dirinya merasa penting untuk terus bersama-sama masyarakat mengenang dan menghormati keberadaan makam tokoh-tokoh penting tersebut.

“Di sini memang tidak ada pesantren sebesar Buntet dan lain-lain, namun masyarakat sekitar makbarah juga tentu turut mengharapkan berkah dan merasa menghormati keberadaan makam para wali tersebut,” tambah Haji Mamat.

Rangkaian acara haul ini antara lain berisi khotmil Qur’an, sunatan massal, tahlil akbar, serta ceramah keagamaan yang untuk tahun kali ini diisi oleh KH Saefudin dari Jatiroke, Brebes, dan KH Wawan Arwani Amin dari pesantren Buntet, Cirebon. 

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Sobih Adnan

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Anti Hoax, Syariah Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 01 Desember 2016

IPPNU Kalsel Bangun SDM Pelajar dari Komisariat

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Dengan membentuk kepengurusan di tingkat komisariat, PW IPPNU Kalimantan Selatan (Kalsel) mengembangkan sumber daya manusia di kalangan pelajar. Pengembangan sumber daya manusia dirintis sedini mungkin.

Perihal itu disampaikan oleh Ketua PW IPPNU Kalimantan Selatan Rusimah kepada Pondok Pesantren Tegal lewat telepon, Kamis (21/3) sore. 

IPPNU Kalsel Bangun SDM Pelajar dari Komisariat (Sumber Gambar : Nu Online)
IPPNU Kalsel Bangun SDM Pelajar dari Komisariat (Sumber Gambar : Nu Online)

IPPNU Kalsel Bangun SDM Pelajar dari Komisariat

Sebagai bentuk nyata, PW IPPNU Kalsel membentuk Pengurus Komisariat (PK) di Pondok Pesantren dan Panti Asuhan Putri NU Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Ahad (17/3).

Di pondok NU itu, Rusimah menjelaskan pentingnya kehadiran komisariat IPPNU. Ia menguraikan hubungan NU, IPPNU, dan dunia pondok pesantren. Menurutnya, ketiga elemen itu merupakan kesatuan sebuah gerakan yang saling menunjang.

Pondok Pesantren Tegal

“Pembentukan komisariat merupakan satu pintu gerbang bagi pelajar-pelajar NU untuk masuk kepada aktivitas positif. Amat disayangkan ketika pondok pesantren NU tidak mengenal IPPNU,” ungkap Rusimah.

Rusimah menambahkan kehadiran PK IPPNU di pesantren dan sekolah dapat dijadikan wadah pengembangan potensi-potensi muda yang kreatif. Melalui PK IPPNU, para santri dan pelajar dapat berperan aktif dalam mendorong peningkatan kualitas pelajar di pelbagai bidang.

Keberadaan PK IPPNU itu, lanjut Rusimah, dapat mempercepat kesadaran para pelajar dalam berorganisasi dan berkonstitusi. Sementara kesadaran semacam itu kini semakin diperlukan di saat lemahnya komitmen masyarakat terhadap konstitusi.

Dari kepatuhan terhadap PD/PRT organisasi IPPNU, para pelajar dapat mengembangkan potensinya sesuai hak dan tanggung jawab yang diatur konstitusi, tegas Rusimah.

Pondok Pesantren Tegal

Penulis: Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Lomba, Warta Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 25 November 2016

Solahul Am Notobuwono Pimpin Pagar Nusa Jombang

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Forum konferensi Pagar Nusa di GOR pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Ahad (30/11), mengamanahkan Solahul Am Notobuwono untuk memimpin Pagar Nusa Jombang 2014-2019. Selepas terpilih, a bertekad mengarahkan institusinya pada sejumlah program eksternal dan internal.

Solahul Am Notobuwono Pimpin Pagar Nusa Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)
Solahul Am Notobuwono Pimpin Pagar Nusa Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)

Solahul Am Notobuwono Pimpin Pagar Nusa Jombang

Dalam sambutannya, ia menyebutkan antara lain penerapan kembali kurikulum pendidikan pendekar nahdliyin. “Sesuai intruksi pimpinan pusat, seluruh institusi Pagar Nusa harus merevitalisasi kurikulum pendidikan di kita,” jelasnya.

Ia juga menyerukan agar setiap pendekar Pagar Nusa melakukan pendampingan sosial kemasyarakatan di samping pengamanan pesantren dan kiai sebagai basis NU.

Pondok Pesantren Tegal

“Pagar Nusa sebagai garda terdepan benteng pengamanan jam’iyah nahdliyin dan NKRI, juga tidak boleh melupakan pesantren. Ini merupakan rekomendasi dari pusat ke daerah,” ungkapnya.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara Wakil Sekretaris PCNU Jombang Ahmad Samsul Rijal, mendorong Pagar Nusa untuk menguatkan kelembagaan menghadapi tantangan yang makin kompleks.  

“Sebagaimana NU yang saat ini terus memperkuat perangkat kelembagaannya, Pagar Nusa sebagai bagian dari NU juga harus demikian,” kata Rijal. (Muslim Abdurrahman-Romza/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pondok Pesantren Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 24 November 2016

Terima Kunjungan PBNU, Panglima TNI Siap Sukseskan Peringatan Hari Santri

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal - Rombongan PBNU dan Panitia Hari Santri diterima Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Kantor Panglima TNI, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (13/10) pagi. Rombongan PBNU ini menyampaikan rencana kegiatan Hari Santri 2016 mulai dari Kirab Resolusi Jihad, Festival Film, 1 Miliar Sholawat Nariyah, dan sejumlah kegiatan hari santri lainnya.

Pada kesempatan pertemuan ini, Panglima TNI menyatakan berkenan hadir bersama Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam acara pembacaan 1 Miliar Sholawat Nariyah di Pesantren Lirboyo Kabupaten Kediri pada Jumat malam, 21 Oktober 2016.

Terima Kunjungan PBNU, Panglima TNI Siap Sukseskan Peringatan Hari Santri (Sumber Gambar : Nu Online)
Terima Kunjungan PBNU, Panglima TNI Siap Sukseskan Peringatan Hari Santri (Sumber Gambar : Nu Online)

Terima Kunjungan PBNU, Panglima TNI Siap Sukseskan Peringatan Hari Santri

Jenderal Gatot berharap kegiatan sholawat dan doa bersama ini bisa bermanfaat dengan baik untuk mendoakan Indonesia.

Pondok Pesantren Tegal

Ia juga akan menginstruksikan kepada prajurit TNI di daerah untuk ikut menyuskseskan acara ini.

Sedangkan untuk Kirab Resolusi Jihad, Panglima juga akan memerintahkan prajurit TNI untuk ikut serta dalam Kirab Resolusi Jihad. Menurutnya, perihal Kirab Resolusi Jihad, wajib hukumnya bagi TNI ikut serta. Karena Resolusi Jihad inilah salah satu pilar utama dalam memertahankan kemerdekaan Indonesia.

“Atas fatwa Resolusi Jihad inilah, santri, kiai dan rakyat bersatu melawan penjajah. Jika tidak ada santri dan kiai pada saat itu (perang 10 November 1945), saya tidak tahu lagi bagaimana nasib bangsa ini. Karena saat itu TNI baru lahir dan masih lelah setelah berperang merebut kemerdekaan," kata Panglima TNI. (Red Alhafiz K)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pesantren, Nasional, RMI NU Pondok Pesantren Tegal

Inilah Kunci-kunci Keberhasilan dalam Pendidikan

Mojokerto, Pondok Pesantren Tegal?

Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto dirintis dan dikembangkan oleh KH Asep Saifuddin Chalim pada 2006 lalu. Jauh sebelumnya Amanatul Umah berdiri di Siwalankerto Surabaya. Di tengah Konferensi Pergunu Jawa Timur di pesantren itu, Ahad (6/8) ini, panitia menyediakan waktu membedah Amanatul Ummah. Kiai Asep langsung yang bertindak sebagai narasumber tunggal.

Ada dua hal yang menjadi rahasia Amanatul Ummah selama ini, yaitu guru yang baik dan sistem yang kompetitif. "Banyak tertulis di beberapa tembok pesantren, jadilah guru yang baik atau tidak sama sekali," tegas Kiai Alumnus Ponpes Al-Khoziny Buduran, Sidoarjo ini.

Inilah Kunci-kunci Keberhasilan dalam Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Kunci-kunci Keberhasilan dalam Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Kunci-kunci Keberhasilan dalam Pendidikan

Selain itu, para peserta didik atau santri selalu diajarkan dan mempraktekkan kitab "Talim Mutaalim". "Para santri harus dimotivasi agar bersungguh atau jejeg dalam belajar," terang Kiai yang juga menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Pergunu tersebut.

Kedua, menurut Kiai Asep para santri tidak boleh makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang.?

Kiai kelahiran Cirebon ini, mengutip karya Imam Ghozali dalam kitab "Ihya Ulumuddin" kenyang itu bisa menghilangkan kecerdasan. Ibarat padi yang terendam banjir pastinya akan rusak, itulah perumpamaan otak yang terlalu banyak menerima makanan.

Pondok Pesantren Tegal

Ketiga, para santri tidak boleh terlepas dari wudhu. Setiap batal wudhu santri diharuskan langsung berwudhu. "Ilmu itu cahaya, cahaya tidak akan masuk bila diri kita tertutup oleh hitamnya dosa. Maka dari itu, bersihkan diri sebelum belajar," ungkapnya.

Keempat, membaca Al-Quran dengan melihat Al-Qurannya.?

Pondok Pesantren Tegal

"Ada waktunya, 15 menit setelah azan subuh sampai iqamat, 15 menit harus baca Al-Quran," pesannya.

Kelima, tidak boleh bermaksiat, karena maksiat itu beban bagi seorang yang mencari ilmu. Keenam, melaksanakan shalat malam.?

"Di sini setiap anak wajib shalat malam," tuturnya.?

Ketujuh, tidak boleh jajan di luar. Menurut Kiai Asep, dalam kitab kuning ada penjelasan bahwa makanan di luar lebih mendekati najis dan kotornya.?

"Jajan di luar itu kan terbuka, banyak orang yang melihatnya, lalu ingin, namun tidak bisa membeli karena tidak punya uang. Kalau makanan terkondisikan seperti itu, hilang barakahnya," urai Kiai Asep. (Rof Maulana/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Anti Hoax, Lomba, Khutbah Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 03 November 2016

STAIDA Nganjuk Gelar Wisuda Perdana

Nganjuk, Pondok Pesantren Tegal. Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam (STAIDA) Krempyang Tanjunganom menggelar wisuda perdana bagi 162 mahasiswanya. Acara yang digelar Selasa (10/6) ini dihadiri wakil bupati Nganjuk KH Abdul Wahid Badrus, forpimda dan para undangan dari kepala sekolah SLTA sekitar. Juga tampak Ketua Tanfidziyah PCNU Nganjuk KH Hamam Ghozali, yang juga pengasuh Pesantren Krempyang, dan sekretaris Drs. H Hasyim Afandi, MAg.

Saat memberikan sambutan, ketua PCNU Nganjuk yang akrab disapa Gus Hamam ini berharap banyak terhadap kualitas wisudawan. 

STAIDA Nganjuk Gelar Wisuda Perdana (Sumber Gambar : Nu Online)
STAIDA Nganjuk Gelar Wisuda Perdana (Sumber Gambar : Nu Online)

STAIDA Nganjuk Gelar Wisuda Perdana

“Karena mereka inilah yang akan menjadi tanda kejayaan dan kebangkitan Islam di Nganjuk,” ujarnya.

Pondok Pesantren Tegal

Meski begitu, lanjutnya, para wisudawan tetap diminta hidup secara sederhana. “Jika diberi lebih, tentu akan semakin bersyukur,” katanya. Pria berkacamata ini juga berharap ke depan STAIDA semakin istiqamah untuk mengabdikan diri dalam dunia pendidikan.

Pondok Pesantren Tegal

Sedangkan wakil bupati Nganjuk yang biasa disapa Gus Wahid memberikan apresiasi positif atas perjalanan STAIDA. “Sebagai kampus kebanggaan warga Nganjuk, saya berharap STAIDA menunjukkan semangat kompetitifnya di tengah semakin banyaknya kampus yang mulai berdiri,” ujarnya.

Kegiatan yang dikemas secara sederhana di lapangan pondok Krempyang ini diisi dengan orasi ilmiah dari Prof Dr Ahmad Zahro, MA. Guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut memaparkan pentingnya pendidikan bagi aspek ‘irfani. “Aspek ini sampai sekarang belum digarap oleh dunia pendidikan secara optimal untuk menandingi dominasi aspek bayani yang dikembangkan dunia Barat,” ujarnya.

Akibatnya adalah saat ini sulit ditemukan sarjana yang ahli dalam ilmu masyarakat dan ilmu agama secara seimbang. “Padahal, jika kita jujur, para kiai di pesantren sudah sejak dulu melaksanakan pendidikan bagi aspek ‘irfani ini, cuma tidak dipelajari secara akademis,” imbuhnya.  

Sehingga sudah sewajarnya jika pemerintah sangat berterima kasih kepada masyarakat dalam mengelola pendidikan. Terutama dari kalangan pesantren. “Berdasar data, kampus negeri di Indonesia hanya 92 buah, sedangkan kampus swasta lebih dari 3.000 kampus,” ujarnya.

Acara ini ditutup dengan sambutan koordinator Kopertais Wilayah IV Surabaya yang diwakili Prof Dr Ali Mudhofir, MAg. Guru besar pendidikan bahasa Arab ini juga menyampaikan terima kasihnya atas usaha serius dari kalangan pesantren dalam memajukan dunia pendidikan Islam. “Baik melalui madrasah yang sudah ada selama ini hingga perguruan tinggi yang sudah berdiri di mana-mana,” pungkasnya.

Ditemui usai acara, ketua STAIDA Burhanuddin Ubaidillah Lc MA berpesan kepada para wisudawan agar gelar yang disandang akan semakin memantapkan langkah dalam berpartisipasi di tengah masyarakat. 

“Karena upacara wisuda hari ini hanya tonggak sejarah, mengingat hakikat wisuda adalah pengabdian kepada masyarakat,” ujarnya.

Sebagai sebuah perguruan tinggi, STAIDA saat ini sudah memiliki dua program studi. Yaitu manajemen pendidikan Islam atau MPI dan Ahwalul Syakhsiyah atau AS. “Keduanya tahun kemarin sudah memperoleh status terakreditasi dari BAN-PT Jakarta,” katanya.

STAIDA sudah berdiri sejak 2009. Salah satu kelebihan kampus ini adalah berlokasi di Pondok Krempyang, salah satu pesantren tertua dan terbesar di Nganjuk. “Para dosen di sini juga rata-rata masih muda, sehingga sangat membantu dalam mentransformasikan sains dan nilai yang dimiliki kepada para mahasiswa,” imbuhnya. (abu jauhar/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Hikmah, Cerita, Syariah Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 27 Oktober 2016

Bersama Anak Yatim, Pengurus PBNU Peringati Maulid Rasullulah

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama membaca Barjanji di Masjid An-Nahdlah PBNU Jakarta, Senin (28/12). Pada kesempatan ini pengurus PBNU juga menghadirkan puluhan anak yatim di Jakarta.

Bersama Anak Yatim, Pengurus PBNU Peringati Maulid Rasullulah (Sumber Gambar : Nu Online)
Bersama Anak Yatim, Pengurus PBNU Peringati Maulid Rasullulah (Sumber Gambar : Nu Online)

Bersama Anak Yatim, Pengurus PBNU Peringati Maulid Rasullulah

Tampak sejumlah Ketua PBNU seperti Marsudi Syuhud, Muhammad Nuh, Mochammad Maksum Machfoedz, Abdul Manan Ghani, Aizzuddin Abdurrahman, Sulton Fatoni, dan Sekretaris Jenderal PBNU Helmi Faisal Zaini serta jajaran pengurus teras PBNU lainnya hadir meramaikan kegiatan kali ini.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan, tentang masalah maulid seorang sahabat bernama Kaab bin Zuhair memuji Rasulullah SAW dengan perkataan sanjungan. Rasulullah tidak marah. Bahkan sebaliknya, nabi memberikan selimut lurik-luriknya di mana dalam bahasa Arab dinamakan burdah.

Pondok Pesantren Tegal

"Kalau tidak percaya datang ke Kota Istanbul Turki, masuk museum Topkapi di sana masih ada jubah Rasullullah yang pernah diberikan kepada Ka’ab, dan beberapa peninggalan seperti mangkok, gelas bekas nabi," kata Kang Said.

Pondok Pesantren Tegal

Karenanya NU percaya bahwa memuji-muji Nabi Muhammad itu sunah taqririyah, perilaku seseorang yang dibenarkan nabi, bukanlah bidah. "Rasulullah memang tidak melakukannya sendiri, tetapi ketika ada yang melakukannya diberi legitimasi," sambungnya.

Kang Said mengajak warga NU untuk meramaikan maulid serta meneladani Rasullulah. Beliau seseorang yang memperhatikan umat tanpa memandang derajat. Nabi MuhammadSAW adalah pemimpin yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Beliau wafat tidak meninggalkan harta dan kekayaan tetapi meninggalkan keteladanan.

"Yang mengatakan maulid bidah, silakan. Namun, kita jalani saja sendiri," kata Kiai Said yang juga dosen pascasarjana Islam Nusantara STAINU Jakarta.

Usai Barzanjian, Kang Said memotong tumpeng nasi dan menyerahkan santunan secara simbolis kepada beberapa anak yatim. (Faridur Rohman/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Makam Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 23 Oktober 2016

Menulis Itu Seperti Memasak

Bandar Lampung, Pondok Pesantren Tegal. Saat ditanya terkait penulisan dan perkembangan media sosial pada Forum Dialog Literasi Media Sosial Berbasis Islam Wasathiyyah di Hotel Novotel Bandar Lampung, Sabtu (16/10), Direktur Pondok Pesantren Tegal Savic Ali mengibaratkan sebuah tulisan seperti sebuah makanan.

"Ada makanan yang sehat tapi nggak enak. Ada juga makanan enak tapi nggak sehat. Begitu juga sebuah tulisan. Ada yang sebenarnya menarik isinya tapi tidak dikemas dengan baik. Ada tulisan yang isinya sebenarnya biasa saja tapi karena dikemas dengan baik maka jadi menarik," terangnya.

Menulis Itu Seperti Memasak (Sumber Gambar : Nu Online)
Menulis Itu Seperti Memasak (Sumber Gambar : Nu Online)

Menulis Itu Seperti Memasak

Savic menambahkan bahwa dalam menulis diperlukan tahapan-tahapan seperti memasak diantaranya mengumpulkan bahan, meracik bumbu dan memasaknya. "Menulis juga harus mampu mempertimbangkan bahan-bahannya dan melihat sisi aktualitas apa yang sedang menjadi permasalahan hangat ditengah-tengah masyarakat," tambahnya.

Terkait dengan platform tulisan diinternet, founder islami.co ini mengajak kepada segenap praktisi media untuk mengisi konten dunia maya dengan platform yang mudah diakses seperti website dengan berbagai jenis domain.

Pondok Pesantren Tegal

Ia juga mengajak kepada netizen untuk bersindikasi dalam mengisi konten-konten positif didunia maya. "Silahkan saling berbagi konten baik itu tulisan berita, artikel dan sejenisnya untuk lebih menyiarkan konten sejuk didunia maya dan tentunya mencantumkan sumber aslinya," ajaknya.

Disamping untuk mewarnai dunia maya dengan konten positif, sindikasi dan kerjasama ini dilakukan sebagai upaya antisipasi jika ada informasi penting di website hilang karena website tersebut mati. Jika sudah menyebar lanjutnya, maka informasi penting tersebut masih dapat diakses di situs lainnya.

Pada kesempatan tersebut Savic juga memaparkan kondisi bagaimana saat ini internet menjadi media yang sangat praktis untuk menyebarkan ide dan syiar. Dengan kreativitas simpel dan murah siapapun saat ini dapat menyebarkan informasi dengan mudah.

Pondok Pesantren Tegal

"Kalau kita ngadakan pengajian, kita harus mengumpulkan orang dengan melakukan persiapan tempat, biaya, waktu dan lain sebagainya. Namun melalui media dunia maya kita dapat menggelar pengajian yang jumlah penontonnya malah bisa lebih banyak," ujarnya.

Metode dakwah via online inilah menurutnya yang digunakan oleh sebagian kelompok konservatif dalam menyebarkan pemikiran-pemikirannya. "Saat ini 20 video di you tube dikuasai oleh kelompok ultra konservatif," katanya selain website keagamaan pun masih dikuasai oleh kelompok ini.

Oleh karenanya Ia mengajak netizen khususnya para kiai dan tokoh agama untuk mewarnai dunia maya saat ini dengan konten positif. "Silahkan para kiai memberikan pencerahan melalui dunia maya. Biar yang muda mengolah dan mempublikasikannya," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nusantara Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 20 Oktober 2016

Rombongan NTB Apresiasi Kesiapan Panitia

Surabaya Pondok Pesantren Tegal. Rombongan peserta muktamar asal NTB yang tiba di Bandara Juanda Surabaya Jawa Timur pada Sabtu, 31 Juli mengagumi kesiapan Panitia Muktamar ke-33 NU.

Rombongan NTB Apresiasi Kesiapan Panitia (Sumber Gambar : Nu Online)
Rombongan NTB Apresiasi Kesiapan Panitia (Sumber Gambar : Nu Online)

Rombongan NTB Apresiasi Kesiapan Panitia

"Ini mengagumkan, fasilitasnya bagus, nyaman serta panitianya ramah," kata Akhdiansyah Alias Yonqi koordinator rombongan kepada Pondok Pesantren Tegal sesaat transit  VIP Room.

"Saya merinding, hebat sekali panitianya," tambahnya.

Pondok Pesantren Tegal

Seperti  pantauan Pondok Pesantren Tegal, begitu tiba di ruang tunggu bandara Juanda, panitia dengan memakai atribut logo muktamar langsung menyambut para peserta dan mengarahkan untuk registerasi awal agar melaporkan jumlah rombongan. 

Pondok Pesantren Tegal

Di luar peserta resmi terdapat sekitar 200 orang generasi muda NU dari NTB telah berangkat dengan menggunakan bus yang berangkat Jum’at kemarin. (Hadi/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nusantara, Quote, Tokoh Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 18 Oktober 2016

Guru Madrasah di Sumedang Berlatih Keterampilan Bahasa Indonesia

Sumedang, Pondok Pesantren Tegal - Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat menggelar penyuluhan Bahasa Indonesia yang diikuti guru Bahasa Indonesia tingkat MI, MTs, dan MA se-Kabupaten Sumedang di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor. Penyuluhan yang berlangsung selama dua hari Rabu-Kamis (23-24/3) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kebahasaan dan menunjang profesionalitas guru.

Penyuluhan ini dibuka oleh Kepala Kementerian Agama Kabupaten Sumedang H Hasen. Ia menyambut baik kegiatan yang diprakarsai oleh Balai Bahasa Jawa Barat ini. Sebelum membuka acara, ia menuturkan tentang pentingnya siswa di zaman sekarang menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Guru Madrasah di Sumedang Berlatih Keterampilan Bahasa Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Guru Madrasah di Sumedang Berlatih Keterampilan Bahasa Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Guru Madrasah di Sumedang Berlatih Keterampilan Bahasa Indonesia

"Saat ini kesadaran siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sudah mulai berkurang. Banyak siswa dalam berkomunikasi lebih suka menggunakan bahasa asing yang kurang jelas. Dengan adanya penyuluhan kebahasaan seperti ini diharapkan guru-guru di madrasah dapat termotivasi kembali untuk menerapkan disiplin ilmu Bahasa Indonesia kepada anak didiknya," kata H Hasen.

Penyuluhan ini dipandu oleh dua orang pemateri, Kepala Balai Bahasa Jawa Barat Muhammad Abdul Khak dan staf di balai bahasa Umi Kulsum. Umi kulsum menjadi narasumber di hari pertama dengan materi ejaan Bahasa Indonesia dan bentuk pilihan kata. Sedangkan Muhammad Abdul Khak memberikan materi di hari kedua tentang kebijakan bahasa dan kalimat efektif.

Pondok Pesantren Tegal

Para peserta yang merupakan guru MI, MTs, dan MA merasa puas dengan adanya kegiatan tersebut. Sebagaimana dituturkan oleh salah seorang peserta yang bernama Lilis Lia Rosnia yang menjabat sebagai Ketua MGMP Bahasa Indonesia tingkat MTs.

"Kami sebagai peserta merasa puas dengan adanya kegiatan penyuluhan kebahasaan ini. Mengingat ilmu dalam berbahasa itu dinamis, kami mengharapkan kegiatan seperti ini dilaksanakan secara berkala dan continue," tutur Lilis. (Ayi Abdul Kohar/Alhafiz K)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pahlawan, Warta, Kajian Sunnah Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 15 Oktober 2016

NU Dituntut Tingkatkan Kualitas Layanan pada Umat

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Peran-peran yang diberikan oleh NU kepada jamaah dan ummat saat ini tak cukup hanya memberikan wacana dan mauidhoh hasanah, tetapi harus memberikan pelayanan yang bagus kepada ummat.

Demikian dikatakan oleh Wakil Rais Aam PBNU KH Tolhah Hasan dalam silaturrahmi dengan Gus Mus dan rombongannya yang mewakili Majma’ al-Buhuust an-Nahdliyah atau forum kajian ke-NU-an melakukan silaturrahmi dengan PBNU, Selasa.

NU Dituntut Tingkatkan Kualitas Layanan pada Umat (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Dituntut Tingkatkan Kualitas Layanan pada Umat (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Dituntut Tingkatkan Kualitas Layanan pada Umat

“NU perlu terlibat aktif dalam pelayanan pendidikan, kesehatan dan memberantas kemiskinan yang telah menyebabkan Indonesia terpuruk dalam Human Development Index,” tuturnya.

Sedemikian buruknya indeks pembangunan manusia di Indonesia sehingga saat ini posisinya lebih rendah dari Vietnam dan Kamboja yang sebelumnya merupakan negara miskin. “Kita punya andil turunnya kualitas pembangunan Indonesia,” tutur mantan Menag era Gus Dur ini.

Kiai Tolhah juga berharap agar Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) sebagai lembaga di bawah NU yang membidani pendidikan pesantren menaruh perhatian terhadap keberadaan pesantren di Indonesia Timur yang saat ini kondisinya masih sangat kekurangan.

“Di Indonesia Timur, Ponpes jangan dibayangkan seperti di Jawa Tengah. Mestinya RMI yang memiliki garapan ini,” katanya.

Pondok Pesantren Tegal

Untuk masalah intelektualitas dan wacana, Kiai Tolhah berpendapat bahwa NU sebenarnya sudah cukup berhasil dalam bidang ini. Dua kali penyelenggaraan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yang menghadirkan pada ulama dan illmuwan tingkat dunia merupakan buktinya. (mkf)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nusantara, Olahraga, Internasional Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 08 Oktober 2016

Pelajar NU di Depok Belajar Jadi Wartawan

Depok, Pondok Pesantren Tegal. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Depok bersama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kota Depok menggelar pelatihan jurnalistik yang diikuti sekitar 100 pelajar dari 30 SMA sederajat di Depok.

Pelajar NU di Depok Belajar Jadi Wartawan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU di Depok Belajar Jadi Wartawan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU di Depok Belajar Jadi Wartawan

Kegiatan tersebut digelar selama dua hari Sabtu-Ahad, 25-26 Mei di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Jalan Raya Sawangan, Pancoranmas, Depok dan pusat perbelanjaan Depok Town Square (Detos).

Seluruh pelajar diberikan bekal pelatihan teori dasar jurnalistik dihari pertama oleh para wartawan dari media lokal maupun nasional. Sementara pada hari kedua, para pelajar akan melakukan praktik meliput Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Detos.

Pondok Pesantren Tegal

Pelatihan dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Herry Pansila. Ia mengatakan, pelatihan jurnalistik menjadikan motivasi dan inspirasi terhadap teman-teman sebayanya melalui tulisan mereka. Lewat tulisan, kata Herry seseorang bisa lebih optimistis menatap masa depan.

"Siswa bisa memulai mengoptimalkan tulisan jurnalistiknya, lebih optimis menatap masa depan. Punya semangat hidup lewat memperkaya tulisan. Ini menyerap pelajaran yang terintegrasi ada Bahasa Indonesia. Matematika, dan sosial. Banyak manfaatnya," tegasnya 

Pondok Pesantren Tegal

Herry menambahkan, peran jurnalis sebagai fungsi kontrol dan informasi mampu menjadi jembatan antara publik dan stakeholder. Menurutnya, banyak cerita yang tak terungkap tanpa adanya wartawan.

"Saya lihat di televisi, ada siswa miskin butuh bantuan biaya sekolah sehingga ini menyadarkan pemerintah, lalu ada juga salah satu kepala sekolah dia pulang ke rumah menjadi pemulung. Ini cerita kepahlawanan yang memberikan motivasi hidup, dan diungkap oleh jurnalis," tegasnya.

Sementara itu Ketua PWI Kota Depok Ashari mengatakan materi jurnalistik yang diberikan seputar latihan dasar seperti bagaimana menentukan Lead, Angle, teknik wawancara dan menulis berita. Selain itu, kata dia, acara tersebut dapat membentuk karakter kebangsaan sesuai dengan tema yang diusung.

"Di sini kami coba memberi sumbangsih kecil kami kepada generasi bangsa, khususnya di tingkat pelajar SMA," tandasnya. 

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Yudhi Permana

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pesantren Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 27 September 2016

Sewindu Satu Cinta (Chapter I)

Oleh: Muhammad A Idris



Cinta yang pernah aku pilih adalah keputusan terpenting di setiap episode perjalanan hidupku. Menjadi dewasa atau tidak kadar kelelakianku dipengaruhi oleh seberapa besar perhatian yang kutumpahkan terhadap makhluk yang bernama cinta. Maka kukabarkan pada setiap lelaki serta perempuan bernyawa, jangan pernah engkau sesali apalagi berduka tak berkesudahan lantaran kesedihan bertubi-tubi datang. Lantas memutuskan untuk hidup? sendiri, ngejomblo dengan menunda rahmat Allah yang bernama cinta.

Sewindu Satu Cinta (Chapter I) (Sumber Gambar : Nu Online)
Sewindu Satu Cinta (Chapter I) (Sumber Gambar : Nu Online)

Sewindu Satu Cinta (Chapter I)

Ok, fine…, setiap kalian bolehlah antipati dengan kasmaran apalagi sampai terjatuh di kubangan cinta. Jangan sesekali terbesit untuk menyalahkannya, meski engkau mengenalnya dengan luka. Siapa tahu Allah sedang mengajakmu mengolah rasa, mengenal bahagia dengan jalur patah hati, cinta bertepuk sebelah tangan alias tak berbalas. Aku pun sempat dibuatnya pasrah. Kututup rapat-rapat setiap celah yang berpotensi mengundang kangen akan wanita, macam paspampres mengawal Pak Presiden; ketat dan sadis. Sampai kapan kudzolimi sunnatullah? Inkar bi ni’mah? Semakin menjauh, semakin jelas butuh tempat meneduh. ?

“Mas..bangun dong, sudah siang ini. Jangan biasakan shubuhmu? kesiangan!”

Pondok Pesantren Tegal

“Mas Dot,… bangun..! anak lelaki tunggal hobinya kesiangan, mau jadi apa kelak nanti?!”

Nada tinggi inilah membuatku semakin sayang terhadapnya. Kulempar selimut, matikan AC, bergegas ke kamar mandi. Kalau tak segera? beranjak, dinginnya AC campur lembut selimut kompaklah sudah. Siapa saja di di dekatnya akan terus berlayar di dunia mimpi alias molor tak berkesudahan. Pantas ibu marah, jam di handphoneku menunjukkan pukul lima tiga puluh. Sambil menahan kantuk subuhan kulaksanakan. Baru salam terakhir, teriakan dari dapur menyambar lagi sekaligus memastikan anaknya benar-benar bangun.

Pondok Pesantren Tegal

“Bagaimana kabar Marcel?“

“Baik, Bu, kayaknya mau liburan kuliah. Habis ujian semester kayaknya.”

“Kapan kalian terakhir ketemu?“

“Lusa lalu juga ketemu. Bu.. Ayam baru selesai berkokok, anak orang ditanya terus. Aku apa Marcel sih anaknya Ibu?”

“Hush…..jangan cemburu kamu,” tandas ibuku.

“Sini bantu Ibumu menyiapkan sarapan. Hari ini antar bekal buat Marcel apa tidak? Biar sekalian banyak masaknya.”

“Masuk siang dia, kan habis ujian semester. Jadi libur deh jadi penghantar cinta hahahaha.”

“Masih kecil ko cinta-cintaan, nanti sesudah kantongi titel sarjana dan sukses bekerja bolehlah bicara cinta.”

Sambil memegang talenan kurangkul pundak ibu, lalu? kucium pipinya. Itu ritual di pagi hari, memasak bersama adalah momentum quality time. Jelek-jelek aku jago memasak, maklum bakat keturunan dari ayahku. Beliau jam segini biasanya perjalanan pulang dari hotel tempatnya bekerja. Kepala chef di restoran hotel berbintang jadi kebanggaan ayah dan keluarga besarnya. Kedua pamanku juga jadi juru masak yang sama. Jadi wajar jika ponakannya berbakat melanjutkan, setidaknya membantu ibu serta calon ibunya anak-anak kelak.

Hari ini begitu cerah bergairah. Seakan langit-langit Allah mengajak bicara denganku. Apa berkat memasak bareng ibu? atau perasaanku saja, lantaran pagi-pagi sudah membincangkan marcel. Teduh rindang seolah hari ini adalah waktu yang sengaja disediakan Allah untuk menghiburku.

Perjalanan ke sekolah nampak agak berbeda, visioner penuh percaya diri. Entah gejala apa ini, membingungkan. Sarapan nampak biasa saja, tak ada yang istimewa. Tahu tempe goreng beserta sambal kentang menu andalannya.Hampir seminggu mendung merundung. Gerimis sesekali? hujan? bercampur angin kencang cukup intens menemani. Tapi sudahlah, bagiku sama saja. Hujan atau tidak yang terpenting perut kenyang sampai sekolah pun tak terlambat.

***

Kring….Kring…..Kring…, bel sekolah tanda jam ekstrakurikuler selesai.? Sore ini cukup padat kegiatan; Pramuka, PMR, marchingband pokoknya banyak. Kebetulan? aku jadi? senior aktivis keagamaan sekolah. Jabatanku cukup keren, ketua bidang Imtaq OSIS. Lumayan sibuk untuk anak seumuranku.

Kutarik gas motor sekencang-kencangnya, bergegas agar tak terlambat menjemput Marcel. Cara naik motorku Tidak kalah seru dengan pembalap Rossi asal Itali. Rutinitas sakral ini bukti dorongan cinta, tak peduli? nyawa? taruhannya. Serasa sempit jalanan Jakarta, menyelinap di sela –sela mobil, belumlah angkot dan bajai ikut andil. Demi kamu, demi waktu yang menunggu. Demi Allah aku benar-benar dimabuk kepayang oleh gadis rantau campuran Sumatra-Kalimantan. Sepanjang perjalanan, rapalan ini bergumam? ? ? ? ? ? seperti mau setoran vocabulary atau mufrodat dengan santri senior.

Separuh lebih dari seminggu, sore ini kuhabiskan untuknya. Ini bukan soal falling in love, sehingga amat rajin aku nampakkan kebaikanku. Semata-mata harga diri seorang lelaki di hadapan wanita. Berbunga bunga rasa hati ini, ingin segera aku berjumpa dengannya. Sesekali menyusun beberapa kata, agar saat bertemu nanti nampak lebih siap. Ekspresi wajah, tatapan mata, sudah aku latih sedemikian rupa.

Biasanya butuh waktu tiga puluh sampai empat puluh menit sampai? Kampusnya. Kami punya tempat favorit untuk saling menunggu. Ya.., minimarket dekat kampus jadi saksi seserius apa hubungan kami.

Seminggu empat kali aku menjemputnya. Ia termasuk tipe yang asyik jadi teman curhat sekaligus berbagi pandang yang menenangkan. Meski sudah tiga tahun, kami belum resmi berpacaran. Aku belum pernah menyatakan cinta, apalagi i love you. Pada waktu itu memang belum begitu penting ekspresi yang begitu ekspresif, perbedaan usialah yang menjadi kendala hubungan ini. Ingin sekali aku nampak lebih dewasa, tetapi selalu saja gagal lantaran tutur kata lembut serta humble pergaulannya….

Kini aku bergaul dengan mahasiswibroadcasting di salah satu universitas swasta di Jakarta. Maklum sejak satu sekolah hobinya pegang kamera serta menulis cerita drama. Mantan ketua teater sekolah tepatnya. Sejak pertama kali masuk sekolah, ia menjadi mentor di orientasi siswa. Marcel satu tahun lebih tua, kakak kelas sekaligus tetangga? komplek. Seringnya berjumpa saat pergi sekolah, jadi motivasi tersendiri.Terutama saat Ramadhan, bermain dan saling sapa sebelum jama’ah terawih dimulai jadi bagian adegan tak terlupkan sepanjang aku bergaul dengannya.

Ibunya tergolong cuek dan tak terlalu ekspresif mengurus anak. Suaminya pergi tanpa kabar, pamitnya kerja tapi uang bulanan pun tak kunjung datang. Untung saja aku lelaki pertama selain ayah. Tentu tak terlalu sulit menunjukkan sisi ngemong. Dua minggu sekali kukirim bahan pokok kerumahnya. Kubeli dengan uang tabungan, tapi lebih sering dari sisa uang belanja bulanan ibu. Setidaknya rutinitas ini membuat sikapku lebih siap menjadi pemimpin, setidaknya di hadapan Marcel. Meski baru delapan belas tahun, namun fantasi bepikirku seakan siap menjadi lelaki sempurna di matanya.

***

Tak kurang dari seratus meter, aku sudah bisa memandang wajah terhijab. Baru setahun ia memutuskan berhijab, persis di ulang tahunnya yang ke sembilan belas. Meski tergolong baru mengenakan, ia termasuk orang yang cukup bertanggung jawab atas pilihannya. Perlahan gaya berpakainnya menyesuaikan dengan apa artinya berhijab. “Be confident with hijab” itu yang selalu ia katakan pada temen temennya.

“Asssalamu’alaikum, Marcel,” sapaku.

“Wassalamu’alaikum, Dot,” jawabnya.

“Sudah lama menunggu ya..? Maaf jalan macet banget. Lima belas menit lebih awal aku jalan, berharap menunggu ketimbang ditunggu. Ada demo buruh di ujung perempatan depan.”

“Ngak apa-apa, sesekali biarlah aku yang menunggu. Toh selama ini kamu yang selalu menunggu,” tegasnya.

“Iya sih, tapi aku menginginkannya. Dengan menunggumu spiritualku tergarap, sabar dan sabar perkuat harapan. Persis seperti kamu memutuskan untuk berhijab,” jawabku.? ? ? Sesekali harus mendayu, sebab anak sastra lawan bicaranya.

“Ah..bisa aja kamu. Oh ya.., kita mau langsung pulang atau makan? Laper banget, seharian cuma ngemil di kelas. Mendadak ada ujian susulan.”

“Boleh….lapar juga soalnya. Ayo kita ke warung favorit; pecak lele Bang Saleh.”

Sepanjang jalan aku tak banyak bicara, cukup sesekali saja. Bertanya tentang kuliah dan kabar ibunya. Keluarga kami cukup akrab, tak heran jika kedekatanku dengan Marcel sudah terpantau. Marcel anak semata wayang, sedangkan aku lelaki pertama dari tiga saudara.

Allahu Akbar Allahu Akbar

Laa ilaaha illallah….”

Magrib pun tiba, persis setelah kuparkir motor di warung favorit kami. Menunya menggairahkan, pedas dan segar. Mushallanya nyaman untuk shalat sembari? menunggu pesanan. Kami pesan pecak lele dua porsi dan jeruk hangat. Finally, aku belajar mengimaminya. Meski sebatas shalat, cukup bagiku untuk menunjukkan padanya kalau mahfudot layak menjadi imam hidupnya.

Kebetulan warung makan belum begitu ramai pengunjung, jadi mushalla kecil itu bisa? kami gunakan berjamaah. Untung saja sempat ngaji di Jawa Timur tepatnya masuk pesantren saat SMP. Berbekal hafalan ayat-ayat pendek, cukup bagiku untuk jadi imam shalat serta mengajari anak-anakku kelak. Sengaja kupilih surat Al-Ikhlas dan Al-Fil untuk rakaat pertama dan kedua, sembari berharap fadhilah dari ayat ayat yang terucap.

Meja pojokan tepi jalan selalu kami pilih selagi kosong pengunjung. Tak ada maksud lain, hanya untuk mempermudah ingatan serta menumpuk kenangan. Di usia kami terkadang butuh banyak bantuan simbolik untuk saling mengenang.

Pecak lele pun datang, rempah-rempah tak beraturan, nampak kasar dan sedikit kuah jadi ciri khasnya. Marcel nampaknya sudah tak sabar, lahap sekali makannya. Benar-benar lapar, syukurlah segera teratasi. Mahasiswi yang cukup tekun dan selalu berprestasi saat sekolah. Sebagai juara tiga besar selalu ia dapatkan, semacam prestasi langgananlah. Hobi sastra, tak membuatnya memilih jurusan bahasa atau ilmu sosial. Ia adalah anak eksak yang menekuni ilmu fisika. Terlebih soal sistem kerja cahaya, ia jatuh cinta dengan eksistensi matahari. Memancarkan sinar, saling memantul, terpantul pada rembulan. Meski sebagian besar manusia tersihir oleh indahnya rembulan purnama, lantas melupakan sumber cahanya matahari. Lumrah jika broadcasting ditekuninya, fotografi termasuk di dalamnya. Sebab fotografi adalah seni melukis cahaya. Cukup logis kan kalau dia ambil jurusan di kampusnya.

Kebahagiaan terpancar di wajahnya, tak peduli lantaran pecal lele atau karena makan malam denganku ia bahagia. Kegembiraan Marcel adalah kebahagiaanku juga. Cukup sudah aku memandangnya, senyum diwajahku pun tumpah tak terbendung. Hampir gila dibuatnya, tapi apa boleh buat di sinilah kenikmatan yang kutunggu. Tak banyak berbuat tapi berlimpah kesenangan.

Entah jin dari mana yang meracuni pikiranku, tiba-tiba aku terbesit ingin mengungkapkan cinta. Cinta yang sebenar-benarnya cinta. Padahal selama tiga tahun Allah mencukupkan hatiku untuk ikhlas, mengalir, menjalani rutinitas dengannya.

Ataukah ini yang namanya rahmat Allah? Mendadak datang sedikit memaksa. Tatapanku kosong, hati bergetar seakan ingin keluar berbibicara langsung dengan Marcel. Mungkin sudah tak sabar, lantaran terlalu lama bibir ini diam dalam sekam. Terlalu asyik dengan rutinitas, sampai lupa cinta yang berkualitas.

Tak sengaja menyaksikannya berwudlu, berbenah kerudung serta menengadahkan doa? adalah puncak ternikmat. Jadi tak ada alasan? apa pun untuk tidak mempertahankannya, memilihnya sekaligus bersyukur mengenalnya. Kerudung terselempang ke belakang dengan sisa air wudlu menempel di wajahnya seakan melekat dalam pikirku.

“Allah, Allah, Allah, engkau maha membolak balikkan hati. Bukankah aku cukup taat sebagai hamba? Kenapa engkau uji dengan pemandangan yang tak seharusnya aku lihat? Tidak gampang hidup di pinggiran kota besar bisa shalat magrib tepat waktu apalagi berjamaah perlu perjuangan keras.”

“Selama sekolah, berpuluh-puluh kali menyaksikannya tanpa kerudung. Aku pun biasa saja. Lantas apa bedanya? Inikah ujian dari sabarnya mencintai? Jangan-jangan hanya bisikan jin penunggu warung Bang Saleh saja? Atau bonus istiqomah kuantar jemput wanita tholabul ilmi; kuliah.”

Perang batin berkecamuk. Belum kutemukan jawabannya, Marcel menegurku.

“Dot…ko nggak makan? Katanya laper? Ntar kurus loh.”

“Ayo makan dong ? ulang dia.

“Siap….habis ini aku makan kok. Tenang aja pasti habis, kalau memungkinkan nambah nasi nanti.”

Meski tak lagi hangat, perlahan kusantap dengan penuh gundah. Andai saja paranormal di sini, pasti sudah terbaca dialektika tubuhku; akal pikiran, batin serta kesiapan mental berperang melawan waktu. Tak kalah heroik dengan perang Badar saat? itu.

?

“Dot aku ke belakang dulu ya,” pamit Marcel.

Kupercepat santapanku, sambil memandang jauh peristiwa yang menggetarkan tadi. Ya…sisa air wudlu diwajahnya adalah bulir penampungan doa. Ainul yaqin; huruf demi huruf surat Al-Ikhlas dan Al-Fill yang aku baca tadi pasti turut serta mengamininya. Wallahu alam

Ini sungguh bukan malam yang kurencanakan. Seperti lelaki pada umumnya, berminggu-minggu menyiapkan tempat, setting acara? agar nampak dramatis. Menghadirkan konflik atau ngambek beberapa hari sebelumnya agar tampil maksimal, romantis dan berkesan. Sewa grup musik, bunga, lilin atau butuh pertolongan simbolik lainnya jadi kebutuhan dasar menyatakan cinta. Boleh juga sih…, halal dan sah-sah saja. Bagiku.., bukan itu yang terpenting. Peristiwa getaran cinta itu yang kuinginkan; romantis tidaknya bukan disebabkan drama simbolik melainkan mutlak kemauannya Allah. Ini otoritasnya Allah, aku harus mengutarakannya. Perkara dia suka atau tidak kita lihat nanti.

Marcel sudah duduk di depanku sambil berbenah dan minum jeruk hangat. Suasana cukup santai, aku manfaatkan betul untuk menutupi grogi. Maklum sudah tahun ketiga baru mengungkapkan cinta.

“Marcel.., kalaupun aku jatuh di lubang hati yang salah, meskipun tertelungkup di biduk yang keras, itu pun juga bukan kesalahan melainkan ketidakberuntungan saja “we have to know my honey, we must be strong, insyaallah, Allah akan hadir dalam ta’aruf ini.”

“Maksudmu apa, Dot..?” sahutnya.

“Ini perasan sekaligus harapan,” imbuhku.

“Kamu jangan ngaco, ah.., malam ini tak selayaknya kamu rusak dengan obrolan beratmu itu. Aku sangat nyaman menjalani hubungan ini.”

“Aku tak pernah ngaco apalagi ngawur tentang perasan ini, tentang kita, about you. Aku juga tak mengerti kenapa harus berucap demikian. Sepanjang engkau mengunyah, atiku terkoyak lantaran getaran ini hadir. Sudah kutolak berulang kali, kuusir sejauh mungkin, namun semakin bergetar seakan protes kalau tak segera kusampaikan.”

Mendadak datang tanpa kabar. Mulanya aku tak percaya, tapi siapa yang bisa menolak kalau Allah sudah berkehendak.

“Apakah kamu tak merasakannya? Ini cinta…Marcel..! Love..! Mutlak otoritasnya Allah. Kapan dan dimana aku pun tak bisa mengelak. Tugasku adalah mengutarakan, menyampaikan yang Allah titipkan.” Sambil menahan cemas penuh keyakinan? aku menjelaskannya. Tawakal adalah kepastian, meski jantung ikut gemetar.

Ia nampak diam, khusyuk mendengarkan khotbah mahabbahku. Pandangan matanya mulai tak fokus, sesekali ia buang muka. Aku tahu ini adalah gaya standar bagi siapa saja yang sedang dirundung gelisah. Mulai tak nyaman rupanya, sama sepertiku. Tak terasa tisu satu gulungan di depanku habis. Kuusap-usap meja makan yang beralas taplak sponsor salah satu brand minuman, seakan genangan air tumpah ruah.

Belum sempat kami mengheningkan rasa, suara riuh pengamen yang mengecer budayanya sendiri datang. Gesekan rebab tak beraturan, pakaian kumel tak mencerminkan pelaku budaya. Seenaknya saja boneka bambu besar berbalut baju khas Betawi geal-geol seolah menari riang gembira. Aku tak keberatan soal ngamennya, itu hak setiap orang mencari nafkah. Tapi hati kecil ini belum terima saja, budaya yang luhur kini diecer di pinggiran jalan, seolah budaya asing yang baru dikenal warganya. Aku sangat keberatan. Bukan lantaran sedang bercemas muka , tapi sudah lama aku ingin protes. Meski dalam batin, setidaknya kubela kebudayaan itu.

“Dot.., aku rasa kita sudahi dulu perbincangan ini, terima kasih atas segalanya. Usiamu satu tahun lebih muda tetapi aku merasa nyaman. Kedewasaan yang kamu tunjukkan, bagiku cukup. Bukan hanya cinta yang kamu? hidupi, tetapi tentang kita seakan selalu hidup dan terus hidup.”

“Cinta belum menjadi kebutuhan. Perhatian yang aku inginkan,” tegas Marcel.

Bagai disambar petir tapi tak gosong saja bedanya. Di sinilah ujian terberat, emosi berkecamuk, marah, kesal sekaligus plong? rasanya. Ketakutan yang kusimpan selama ini? sudah? ? ? jelas jawabannya. Masih sanggupkah aku memandangnya? Memuja kebaikannya? Bersyukur mengenalnya ? Meski cinta tak ia butuhkan. Atau belum dibutuhkan, hiburku. Aku mencoba jadi pendengar yang baik, meski akal pikirku tak sanggup menerima.

“Keluargaku kamu urus. Dua minggu sekali kebutuhan dasar; gula, beras? sesekali mie instan beberapa bungkus. Namun untuk menjalani hubungan ini,? itu saja tak cukup. Dua tahun terakhir aku merasa ada yang salah komunikasi kita. Setiap pagi kamu bawakan bekal makan untuk kuliah. Jujur aku senang, seakan peran ayahku engkau gantikan. Di sisilain, perempuan macam apa aku? ini, urusan makan saja lelaki yang menyiapkan. Memang semenjak ayah meninggalkan kami lima belas tahun lalu, keteguhan ibuku mulai goyah untuk menghadapi kerasnya Jakarta”.

“Aku malu, Dot, malu…..”.

“Kenapa harus malu? Semua itu kulakukan atas dasar teman, tetangga? yang ujungnya cinta. Apa ada yang salah?” sahutku.

“Mau sampaikapan kau perpanjang budi baikmu? Sehingga aku pun lupa cara menghitungnya.”

Dialog cukup panjang dari Marcel. Tegas tapi tetap terpancar lemah lembut tutur katanya, meski klise berbungkus iba. Aku pun tak sanggup membantahnya. Perasaan campur aduk, shock campur bingung. Tapi harus bagaimana lagi, mau tak mau harus aku lalui. Memang tak gampang menahan perasaan sejauh ini, kupendam dalam-dalam agar tak saling melukai. Cemburu,was-was, saling marah tak beralasan, mendebatkan hal-hal remeh.Ya. … itulah kami. ?

“Begitu rapi, sistematis dan terukur jawabanmu. Tak akan kusesali aku jatuh dan terjatuh di kubangan cintamu, Marcel. Segeralah berkemas, lalu kuantarkan pulang sebagai bentuk belajar ikhlas mengenalmu.”

Tak ada pilihan, selain bersikap bijak. Telak lima kosong, seperti Real Madrid mempecundangi Granada di La Liga semalam. Tapi mencintai bukanlah pertaruhan untung rugi, kalah menang, melainkan siap bertaruh meski tak balik modal.

***

Sesampainya di rumah satu-satunya tempat yang kutuju adalah kamar mandi. Ingin segera kunyalakan kran air kemudian? duduk bersandar? di bawahnya. Maklum tak ada shower, sekejap air tandon hujan menguyur sekujur tubuh. Tarik napas dalam-dalam, keluarkan pelan-pelan. Kuulagi beberapa kali, konon ini meditasi termudah penghilang stres.

Apa yang salah dalam diriku, atau terlalu buru-buru? Andai sabar sedikit apakah Marcel menerimanya? Apa mungkin tubuhku yang gembul, membuatnya tak nyaman. Mungkin ia mulai malu dekat dengan lelaki brondong, sementara ia anak kampus dengan segudang lelaki di sekitarnya.

Tak ku sangka, malam ini adalah kali pertama menjadi lelaki tak bertuan. Tatapan mataku kosong, memucat wajahku, seakan tak menemukan gairah hidup. Jadi ini patah hati? Broken heart? Tercampak dari cinta yang tak lagi nampak? Semakin meracau tak karuan. Badan ini roboh di sofa kamar, memaksa tidur berharap esok segera datang. Mata terpejam, namun hati terhujam, pedih hati ini. Nampak rasional bagi pecundang cinta, jika minum obat nyamuk dianggap solusi mutakhir. Ah....masak sekonyol itu, kutukar nyawa dengan cinta minimarket.

“Bismikallahumma ahya wabismika amuut; kalau Allah saja berkehendak mematikan sekaligus membangkitkan hambanya di kala tertidur, mana mungkin sepenggal cinta tak mampu dihidupkannya.”

Amin...

Masjid Jamek, Kuala Lumpur-Malaysia 17, Desember 2016



Penulis saat ini ngabdi di Yayasan MataAir Jakarta mataair.or.id



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pesantren Pondok Pesantren Tegal