Minggu, 29 Januari 2017

NU Ambil Peran Fisik dan Intelektual dalam Merebut Kemerdekaan RI

Probolinggo, Pondok Pesantren Tegal - Rais Syuriyah PCNU Kota Kraksaan KH Munir Kholili menyampaikan, kelahiran NU diperingati karena adanya perjuangan NU demi kemerdekaan RI serta mendapat nikmat dan rahmat dari Allah SWT. Keterlibatan para kiai dan warga NU tampak jelas jauh sebelum masa pergerakan.

Hal tersebut disampaikan oleh KH Munir Kholili dalam pengajian umum dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) Ke-94 NU sekaligus pelantikan pengurus Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Maron, Sabtu (29/4) siang.

NU Ambil Peran Fisik dan Intelektual dalam Merebut Kemerdekaan RI (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Ambil Peran Fisik dan Intelektual dalam Merebut Kemerdekaan RI (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Ambil Peran Fisik dan Intelektual dalam Merebut Kemerdekaan RI

“Artinya, NU itu turut serta dalam perjuangan meraih kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan nikmat dan rahmat dari Allah SWT, NU sampai sekarang telah berkembang dengan baik dan membawa manfaat bagi seluruh umat Islam,” katanya.

Kegiatan yang digelar di halaman kantor Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Maron ini dihadiri oleh Mustasyar PCNU Kabupaten Probolinggo H Hasan Aminuddin didampingi Ketua MWCNU Kecamatan Maron Yuliagus serta pengurus MWCNU Kecamatan Maron dan Ranting NU se-Kecamatan Maron mulai dari lembaga dan badan otonom (banom).

Pondok Pesantren Tegal

H Hasan Aminuddin banyak membahas masalah yang berhubungan dengan peningkatan amal ibadah yang dilakukan dengan baik dan tepat waktu.

Pondok Pesantren Tegal

“Untuk meraih kemenangan haruslah meningkatkan ibadahnya dan tentunya 3 (tiga) panggilan yang harus diingat. Yakni, panggilan shalat (adzan), panggilan untuk mati (takdir), dan panggilan menunaikan ibadah haji,” katanya.

Menurut Hasan, Harlah NU yang telah diperingati itu mempunyai arti sebuah gerakan yang didirikan oleh alim ulama dari seorang tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia KH Hasyim Asy’ari. “Beliau di kalangan Nahdiyin dan ulama pesantren dikenal sebagai Hadratus Syekh yang berarti mahaguru,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Hasan Aminuddin didampingi Ketua MWCNU Kecamatan Maron Yuliagus menyerahkan santunan kepada para anak yatim dan janda tua yang ada di Kecamatan Maron. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pahlawan, Syariah Pondok Pesantren Tegal

Senin, 23 Januari 2017

Kiai Hasyim Muzadi Dikerjain Penjual Lampu

Kiai Hasyim Muzadi pernah kesal campur heran: mengapa di negari Muslim seperti Indonesia akhlak kadang tidak tampil sebagaimana seharusnya? Sementara di negeri-negeri non-Muslim di luar sana malah berlaku sebaliknya.

Ia lalu bercerita tentang pengalamannya membeli lampu di Jalan Surabaya, Jakarta, yang memang terkenal sebagai pusatnya barang-barang antik. Semakin kuno barang, semakin mahal.?

Kiai Hasyim Muzadi Dikerjain Penjual Lampu (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Hasyim Muzadi Dikerjain Penjual Lampu (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Hasyim Muzadi Dikerjain Penjual Lampu

“Lampu yang kuno harganya Rp2,5 juta, nah kalau yang baru itu cuma seharga Rp 650 ribu,” kisahnya dalam sebuah momen ceramah.

“Saya bilang, saya minta yang kuno, Pak,” katanya kepada penjual lampu.

“Oh, iya, Pak Haji. Ini tinggal satu yang kuno.”

Pondok Pesantren Tegal

Begitu lampu diterima, Kiai Hasyim segera tahu bahwa ciri-ciri lampu yang di tangannya itu sama sekali tidak menunjukkan barang kuno alias antik.?

“Lho ini? kan? baru, Pak, bukan kuno,” protes Kiai Hasyim.

Jawab penjual lampu, “Haduh sampean ini kok rewel, sampean biarkan saja, nanti lama-lama kuno sendiri.”

Pondok Pesantren Tegal

“Mati aku,” Kiai Hasyim terkejut.

Mantan anggota Wantimpres ini pun akhirnya membayar lampu itu sebagaimana layaknya barang baru: Rp650 ribu.

“Lho, Pak Haji, kurang ini uangnya,” kata pejual lampu.

“Ya nanti sisanya kalau sudah kuno,” sahut Kiai Hasyim santai.

Obrolan si penjual lampu tiba-tiba beralih seperti basa-basi.?

“Bapak dari Sidoarjo ya?” Tanya si penjual lampu.

“Bukan, saya dari Malang.”

“Malang mana?”

“Itu kan di Malang ada Pondok Pesantren Al-Hikam, nah itu pondok saya,”

“Waduh, bapak ini Hasyim Muzadi toh? Kenapa bapak gak bilang, bisa kualat saya…”

“Haduh… haduh… Orang ini sebenarnya takut sama Allah atau sama Hasyim Muzadi?” Batin Kiai Hasyim. ? (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Aswaja, Sholawat, Doa Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 21 Januari 2017

Tidak Ada Alasan Bagi Seseorang untuk Meninggalkan Shalat

Pacitan, Pondok Pesantren Tegal. Pengasuh Pesantren Tremas Pacitan KH Fuad Habib Dimyathi mengatakan, sebagai tiang agama, shalat lima waktu merupakan ibadah yang paling penting dari ibadah lainya. Sehingga tidak ada alasan bagi seseorang untuk meninggalkanya.

“Tidak ada bahasa dan kata meninggalkan shalat, shalat itu harus dan wajib,” demikian pesan Kiai Fuad dalam peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang digelar oleh santri Pesantren Tremas Pacitan, Ahad (1/5) malam.

Tidak Ada Alasan Bagi Seseorang untuk Meninggalkan Shalat (Sumber Gambar : Nu Online)
Tidak Ada Alasan Bagi Seseorang untuk Meninggalkan Shalat (Sumber Gambar : Nu Online)

Tidak Ada Alasan Bagi Seseorang untuk Meninggalkan Shalat

Kiai Fuad mengajak para santri untuk kembali mengingat sejarah awal diperintahkanya shalat lima waktu yang diterima langsung oleh Nabi Muhammad dari Allah melalui peristiwa Isra’ Mi’raj. Peristiwa itu merupakan sebuah pengalaman spiritual yang luar biasa yang hanya ada pada diri Nabi Muhammad. Isra’ Mi’raj, imbuhnya, merupakan anugerah terbesar dari Allah.

“Beliau (Nabi Muhammad) dimi’rajkan untuk menerima titah-titah dari Allah, menerima pangendikan-pangendikan (firman) langsung dari Allah, yang akhirnya menjadi kewajiban kita untuk shalat lima waktu,” jelasnya.

Oleh karena itu, pesan kiai Fuad, para santri diminta untuk tekun dan disiplin dalam menunaikan shalat lima waktu. Dalam kondisi apapun shalat tidak boleh ditinggalkan. Sehingga dalam kondisi tertentu agamapun memberikan kemudahan bagi seseorang untuk menunaikan shalat.

Pondok Pesantren Tegal

Yen ora iso karo ngadek, karo lingguh, yen ora iso karo lingguh karo turu. ora iso karo turu karo melek-melek, kedap kedip. ning tetep kudu shalat. (kalau tidak bisa shalat dengan berdiri, maka bisa dengan duduk. Kalau tidak bisa duduk, maka bisa dengan tiduran. Kalau tiduran tidak bisa, maka bisa dengan cara berkedip. Intinya tetap harus shalat ). Selagi kesadaran itu masih ada pada pribadi manusia, maka dia wajib untuk shalat,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Kiai Fuad mengajak santri untuk pandai bersyukur sebab dapat diciptakan menjadi umat Nabi Muhammad. Menjadi umat nabi merupakan sebuah anugerah dan kebanggan, sebab nabi Muhammad merupakan mahluk paling istimewa di muka bumi ini. Salah satu wujud mensyukuri nikmat itu tentunya dengan memperbanyak membaca shalawat kepada nabi.

“Karena gusti nabi Muhammad merupakan kawitaning-kawitan (yang paling pertama), yang akan memberikan syafaatnya kepada umat-umatnya,” pungkasnya. (Zaenal Faizin/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Budaya, Habib, Sholawat Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 19 Januari 2017

Imam Masjid Istiqlal: Pelajari Islam dari Akar, Jangan Langsung di Ranting

Makassar, Pondok Pesantren Tegal 



Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar menegaskan, pemahaman Islam yang sempit adalah pemicu munculnya sikap radikal dalam beragama.Dia berpendapat belajar Islam tidak bisa secara instan langsung di ranting, melainkan harus dimulai sejak dari akar. 

Hal itu disampaikan Kiai Nasaruddin saat menjadi pemateri pada Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme di kampus Universitas Hasanuddin, Makassar, Rabu (1/11). Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Selatan. 

Imam Masjid Istiqlal: Pelajari Islam dari Akar, Jangan Langsung di Ranting (Sumber Gambar : Nu Online)
Imam Masjid Istiqlal: Pelajari Islam dari Akar, Jangan Langsung di Ranting (Sumber Gambar : Nu Online)

Imam Masjid Istiqlal: Pelajari Islam dari Akar, Jangan Langsung di Ranting

"Orang yang masih menyalah-nyalahkan, bahkan mengkafir-kafirkan amalan keagamaan orang lain, berarti dia harus belajar lagi ilmu agama. Dan belajar agama Islam harus dimulai dari akarnya, tidak bisa mendadak langsung dari rantingnya," kata Kiai Nasaruddin. 

Kampus, lanjut Kiai Nasaruddin, harus menunjukkan perannya dalam memberikan pencerahan keagamaan kepada masyarakat. 

Pondok Pesantren Tegal

"Jika kampus salah mempersepsikan Islam, maka akan melahirkan kelompok garis keras. Islam itu ramah, Islam itu cinta dan senyum, Islam tidak mengajarkan kekerasan," tegasnya. 

LDK sebagai perwujudan peran kampus dalam pencerahan keagamaan ke masyarakat,  saran Kiai Nasaruddin, harus mampu menampilkan dakwah yang santun. Dialog adalah wujud dakwah santun yang disarankan dilakukan.

Pondok Pesantren Tegal

"Akan tetapi jangan berdialog jika Anda masih merasa paling benar. Dialog itu pelajaran yang langsung dicontohkan oleh Allah, karena Allah juga berdialog dengan iblis dan setan. Berdialoglah dengan saling mencerahkan, sampaikan ajaran agama dengan tidak saling menyalahkan dan mengkafirkan," urai Kiai Nasaruddin. 

Dalam paparannya  Kiai Nasaruddin juga mencontohkan peran Wali Songo dalam membawa dan menyebarkan ajaran Islam di seluruh pelosok Nusantara. 

"Mahasiswa adalah pencerah bagi masyarakat," pungkasnya. (Shk/Abdullah Alawi)  

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nasional Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 18 Januari 2017

Pagar Nusa Klaten Sahkan 50 Anggota baru

Klaten, Pondok Pesantren Tegal?

Pimpinan Cabang Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menerima 50 anggota baru. Penerimaan anggota dari daerah Klaten dan sekitarnya tersebut merupakan gelombang kedua. ?

Para anggota baru disahkan di masjid Golo, Bayat, Klaten 17 Desember 2016 Oleh Dewan Khos Pagar Nusa Iman Widodo.?

Pagar Nusa Klaten Sahkan 50 Anggota baru (Sumber Gambar : Nu Online)
Pagar Nusa Klaten Sahkan 50 Anggota baru (Sumber Gambar : Nu Online)

Pagar Nusa Klaten Sahkan 50 Anggota baru

Para anggota baru kemudian diberi pemantapan tentang komitmen menegakkan paham Ahlussunnah wal-Jamah dan menjaga perdamaian bangsa. (Arif Boy/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Tegal, Tokoh, Pendidikan Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

PMII Kentingan Bahas Pengelolaan Opini dan Gerakan Massa

Solo, Pondok Pesantren Tegal - Semakin massifnya informasi yang menyebar lewat media massa maupun sosial, membuat kebutuhan pembelajaran akan pengelolaan opini dan gerakan massa menjadi penting.

Hal itu menjadi salah satu pokok pembahasan dalam kegiatan Pelatihan Kader Dasar (PKD) yang diselenggarakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Kentingan UNS di Pesantren Al-Barokah Gunting Sambi Wonosari Klaten, Jumat-Ahad (6-8/1).

PMII Kentingan Bahas Pengelolaan Opini dan Gerakan Massa (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Kentingan Bahas Pengelolaan Opini dan Gerakan Massa (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Kentingan Bahas Pengelolaan Opini dan Gerakan Massa

“Pengelolaan opini dan gerakan massa ini penting, untuk menyikapi informasi di media massa yang semakin hari semakin tak terkontrol dan tak bertanggung jawab.,” terang Ketua PMII Komisariat Kentingan Tsaniananda, Ahad (8/1).

Ditambahkan Ninda, kader PMII perlu untuk mengkritisi informasi yang datang dan berbagai kabar yang bertebaran. “Perlu pula untuk memassifkan gerakan media massa dan selalu menggiring opini masyarakat untuk menjadi masyarakat ysng cerdas dalam mengolah informasi,” ujarnya.

Pondok Pesantren Tegal

Kegiatan PKD yang mengambil tema “Revitalisasi Gerakan dan Pengukuhan Kader sebagai Bekal Pengabdian di Dalam Kampus” tersebut, tak hanya diikuti para anggota PMII dari Solo, tetapi juga daerah lainnya seperti Surabaya, Tegal, Bojonegoro, Bandung, dan bahkan dari Gowa.

“Tema revitalisasi gerakan ini sengaja dipilih, karena kampus adalah ruang aktualisasi pengabdian mahasiswa,” papar Ninda.

Pondok Pesantren Tegal

Pihaknya berharap, setelah kegiatan PKD ini, para kader memiliki semangat perjuangan membela kaum mustadafin serta menjadi intelektual organik yang berkomitmen mengamalkan ilmunya. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaNu, Aswaja, Anti Hoax Pondok Pesantren Tegal

Senin, 16 Januari 2017

GP Ansor Sidoarjo Deklarasikan Tolak Khilafah dan Radikalisme

Sidoarjo, Pondok Pesantren Tegal - Pengurus Cabang GP Ansor Kabupaten Sidoarjo mengeluarkan pernyataan sikap penolakan atas gerakan khilafah dan radikalisme. Deklarasi ini dibacakan oleh Ketua GP Ansor Sidoarjo H Rizza Ali Faizin di depan Bupati Sidoarjo H Saiful Ilah dan Ketua Umum GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas pada apel kebangsaan di depan Masjid Agung Sidoarjo, Jumat (3/1).

Dengan diiringi bendera panji-panji kebesaran GP Ansor dan bendera merah putih, ribuan kader NU mulai dari Ansor, Fatayat, Muslimat, IPNU-IPPNU, Pagar Nusa, PMII, dan banom NU lainnya berikrar menyatakan sikap untuk melawan radikalime dan melawan berdirinya khilafah di Kabupaten Sidoarjo.

GP Ansor Sidoarjo Deklarasikan Tolak Khilafah dan Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Sidoarjo Deklarasikan Tolak Khilafah dan Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Sidoarjo Deklarasikan Tolak Khilafah dan Radikalisme

H Rizza menegaskan, bagi GP Ansor Sidoarjo NKRI harga mati. Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. GP Ansor Sidoarjo siap melawan segala bentuk kekerasan dan gerakan yang mengancam NKRI. GP Ansor Sidoarjo siap melawan kelompok manapun yang mengubah Pancasila.

Pondok Pesantren Tegal

GP Ansor Sidoarjo siap menjaga negara yang damai. GP Ansor bersama TNI dan Polri akan menindak tegas keberadaan kelompok yang mengancam NKRI. Kader muda NU ini siap berdiri di garda terdepan untuk menjaga nilai-nilai pluralisme dan kebhinekaan, melawan kelompok radikal yang telah berdirinya khilafah, GP Ansor dan Banser siap dalam satu barisan dan satu komando.

Pondok Pesantren Tegal

"GP Ansor Sidoarjo juga akan melindungi para kiai," tegasnya. (Moh Kholidun/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Santri, Kyai, Nahdlatul Pondok Pesantren Tegal

Masdar: Ada Kesalahpahaman Serius Tentang Konsep Khilafah

Makassar, Pondok Pesantren Tegal. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi menjelaskan, terdapat kesalahpahaman (khilaf) serius dan merata perihal konsep khilafah di kalangan umat pada umumnya dan pegiat politik kekuasaan Islam khususnya sejak dahulu sampai sekarang.?

Masdar: Ada Kesalahpahaman Serius Tentang Konsep Khilafah (Sumber Gambar : Nu Online)
Masdar: Ada Kesalahpahaman Serius Tentang Konsep Khilafah (Sumber Gambar : Nu Online)

Masdar: Ada Kesalahpahaman Serius Tentang Konsep Khilafah

Oleh kelompok tersebut, khilafah dikiranya adalah konsep kekuasaan yang di satu pihak memiliki klaim global (alamiyah) dan di lain pihak bersifat sektarian (hanya untuk umat Islam penganut sekte tertentu (salafi/khawarij), plus berasal dari suku tertentu (Arab-Quraisy).

Pernyataan ini disampaikan ketika menjadi keynote speaker dalam seminar nasional bertajuk "Meneguhkan NKRI melalui Harmoni Kehidupan Umat Beragama", Selasa 24 Maret 2015 yang bertempat di Auditorium KH. Muhyiddin Zain UIM Al-Gazali.

Pondok Pesantren Tegal

Menurut kelompok tersebut semua kekuasaan yang tidak menghimpun ketiga unsur diatas tidaklah sah, liar dan wajib diperangi sebagai kafir dan bughat (pemberontak-perampas).

Pondok Pesantren Tegal

Ia menyampaikan Indonesia sebagai negara mayoritas berpenduduk Muslim, hendaknya ikut andil memberikan pengaruh dan menjadi blok peradaban negara Muslim di dunia. Namun menjadi blok peradaban, syarat utamanya adalah Indonesia musti memiliki pemimpin kuat dan memiliki pengaruh. Tentunya tumpuan awal untuk menjadi pemimpin adalah mampu mengimplementasikan nilai-nilai keadilan.

Kemunculan ISIS saat ini telah membuat banyak negara "panik". Untuk menanggulangi ISIS, khususnya di Indonesia, setidaknya pemahaman kebangsaan musti digalakkan lebih kuat, tentunya peran NU dengan pesantrennya mampu menjadi tameng bagi penyebaran nilai-nilai radikalisme, tambahnya

Sementara itu Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Numang, MS menuturkan Pemprov Sulawesi Selatan musti ikut menjaga dari pemahaman-pemahaman radikal. Upaya menjaga dari gerakan separatis, bukan hanya tugas pemerintah, TNI, atau Polri saja melainkan menjadi tanggung jawab setiap individu masyarakat dengan melibatkan diri memberantas gerakan separatis ini. (andy muhammad idris/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Fragmen, Meme Islam, Pendidikan Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 15 Januari 2017

Batalkah Puasa Karena Memerhatikan Lawan Jenis dengan Syahwat?

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Redaksi Bahtsul Masail Pondok Pesantren Tegal yang terhormat, kami mau menanyakan tentang sebuah kasus yang sebenarnya sudah agak lama terjadi. Ada seorang laki-laki yang suka iseng memperhatikan perempuan sambil mengkhayalkannya. Kadang-kadang saking seriusnya ia bisa terangsang hebat sampai mengeluarkan mani.

Batalkah Puasa Karena Memerhatikan Lawan Jenis dengan Syahwat? (Sumber Gambar : Nu Online)
Batalkah Puasa Karena Memerhatikan Lawan Jenis dengan Syahwat? (Sumber Gambar : Nu Online)

Batalkah Puasa Karena Memerhatikan Lawan Jenis dengan Syahwat?

Yang ingin saya tanyakan, bagaimana kalau ia sedang berpuasa. Apakah puasanya batal atau tidak? Atas penjelasannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb. (Wika/Jakarta)

Jawaban

Pondok Pesantren Tegal

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Pertanyaan di atas kelihatan sederhana, tetapi jawabannya ternyata tidak sesederhana pertanyaannya. Sebagaimana diketahui bahwa puasa adalah menahan dua syahwat, yaitu syahwat perut dan syahwat bawah perut dimulai sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.

Pondok Pesantren Tegal

Sedangkan salah satu yang membatalkan puasa adalah keluarnya mani pada saat menjalankan puasa dan dilakukan secara sengaja. Sampai di sini semuanya tidak ada persoalan. Namun bagaimana jika ada seseorang laki-laki melihat perempuan memperhatikan perempuan atau memikirkannya sampai keluar air maninya?

Dalam kasus ini harus dilihat terlebih dahulu, jika kebiasasan orang tersebut ketika memandang atau memperhatikan perempuan menjadi terangsang sampai mengeluarkan mani, maka hal itu membatalkan puasa. Tetapi jika tidak mengeluarkan mani, maka tidak membatalkan karena di situ terdapat unsur kesengajaan.

Demikian juga membatalkan puasa jika ia merasa akan keluar mani sebab memandang, kemudian ia tetap memandang atau menikmatinya sehingga keluar mani. Maka sudah pasti hal itu membatalkan puasa. Hal ini sebagaimana dikemukakan Syekh Nawawi Banten dalam kitab Nihayatuz Zain.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Seandainya ia memperhatikan dengan seksama (sesuatu) atau memikirkannya kemudian keluar air mani maka puasanya tidak batal sepanjang keluar maninya tidak dari kebiasaannya sebab melihat atau membayangkannya. Jika tidak demikian maka keluarnya mani membatalkan puasa. Dan jika ia merasa mani akan keluar sebab mamandangnya kemudian ia tetap memandang (menikmatinya) sehingga keluar mani maka dapat dipastikan membatalkan puasa,” (Lihat Syekh Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadi`in, Beirut-Darul Fikr, tt, halaman 187).

Demikian jawaban singkat yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Saran kami, kaum laki-laki mesti membuang jauh-jauh kebiasaan memperhatikan atau membayangkan perempuan yang bukan istrinya. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.


(Mahbub Ma’afi Ramdlan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Hikmah Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 14 Januari 2017

Ini Ciri Al-Arif Billah Tulen Menurut Ibnu Athaillah

Tingkat keimanan manusia terhadap Allah SWT beragam. Ada keimanan seseorang yang dirangsang oleh sesuatu (ibarat, isyarat, rumuz) di luar dirinya. Tetapi ada juga yang tidak. Ada orang yang beriman setelah melihat mukjizat rasul atau khariqul adat (kejadian luar biasa) seperti umat-umat kafir zaman para nabi terdahulu.

Ada juga orang yang takjub pada keajaiban dunia seperti lafal “Allah” pada cangkang telur atau pada gumpalan awan sebagai kuasa Allah dalam bentuk tulisan, gambar, video yang dishare orang-orang via media sosial baik fesbuk, instagram, twitter, whatsapp, line, dan lain sebagainya.

Ini Ciri Al-Arif Billah Tulen Menurut Ibnu Athaillah (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Ciri Al-Arif Billah Tulen Menurut Ibnu Athaillah (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Ciri Al-Arif Billah Tulen Menurut Ibnu Athaillah

Mereka yang merasa dekat dengan Allah karena keajaiban dunia dan kuasa Allah lainnya bukan masuk kategori al-arif billah yang sempurna karena keimanannya masih dirangsang oleh fenomena selain Allah.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Artinya, “Al-Arif billah itu bukan orang yang terima isyarat lalu merasakan Allah lebih dekat dengannya karena isyarat itu. Al-Arif billah itu orang yang tak perlu isyarat karena lenyap pada wujudnya dan tersembunyi pada penyaksiannya.”

Petunjuk atas Allah yang dikenal para ulama terdiri atas tiga jenis yang memiliki tingkat berbeda. Ibarat adalah petunjuk kasar. Sementara isyarat lebih halus dibandingkan ibarat. Simbol atau rumuz adalah penanda paling halus atas Allah.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Bagi saya, isyarat itu lebih tipis dan lebih halus dibanding ibarat. Simbol lebih halus dibanding isyarat. Jadi semua penanda ini ada tiga, yaitu ibarat, isyarat, dan simbol. Setiap satu dari semua itu lebih halus dibanding tanda sebelumnya. Tugas ibarat adalah memperjelas. Isyarat memberi petunjuk. Sedangkan tugas simbol itu menyenangkan, maksudnya menyenangkan hati atas sambutan Allah SWT,” (Lihat Syekh Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam, Beirut, Darul Fikr, tanpa catatan tahun, juz I, halaman 118).

Isyarat merupakan medium petunjuk atas Allah yang menampung makna yang tak terwadahi pada ibarat. Isyarat ini sangat dibutuhkan bagi pesuluk sebagai penanda dan petunjuk atas Allah. Tetapi isyarat ini masih juga membawa serta sesuatu yang menandai keberadaan Allah sehingga mereka masih juga memandang yang lain selain Allah.

? ? ? ? ? ? ?  ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Menurut saya, isyarat adalah gudang makna sangat halus yang tak tertampung dalam ibarat. (Al-Arif billah yang kamil itu bukan orang yang memberikan isyarat bagi mereka yang meminta petunjuk, lalu ia merasakan Allah lebih dekat dengannya karena isyarat itu), terlebih lagi bagi Al-Arif billah yang kamil itu sehingga mereka merasakan Allah dekat karenanya atau di sisinya mengingat kekayaan kandungan isyarat itu yang menghendaki pemberi isyarat, isyarat, dan yang diisyaratkan. Al-Arif billah yang kamil itu adalah orang yang tidak memerlukan isyarat sama sekali karena ia telah melebur di dalam wujud Allah dan tersembunyi pada penyaksiannya sehingga makhluk itu lenyap (di matanya). Hal ini terjadi bisa karena ia menjadi ‘baqa’ sebab Allah, cahaya-Nya, dan pendaran cahaya itu dalam martabat pancarannya,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Aqshara’i As-Syadzili, Ihkamul Hikam, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 2008 M/1429 H, halaman 69).

Isyarat menandai adanya jarak dan antara. Isyarat kerapkali disertai dengan alasan, bukti, atau argmentasi. Ada orang beriman kepada Allah setelah mengetahui alasan, bukti, atau argmentasi sebagai isyarat atas Allah. Dari sini kemudian dapat dipahami bahwa semakin banyak alasan, bukti, atau argumentasi yang diperlukan untuk beriman, tanda seseorang jauh dari Allah.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Abu Ali Ar-Raudzabari ketika ditanya perihal isyarat menjawab, isyarat tidak lain merupakan ungkapan dari dalam hati yang menjelaskan sesuatu yang ditunjuk. Sejatinya isyarat diiringi dengan illat (alasan, bukti, atau argumentasi). Illat itu jauh dari zat hakikat. As-Syibli mengatakan, setiap isyarat atas Allah yang ditunjukkan oleh makhluk-Nya hakikatnya tertolak sehingga mereka memberi isyarat atas Allah dengan Allah itu sendiri dan mereka tidak punya jalan untuk itu. Abu Yazid berkata, mereka yang paling jauh dari Allah adalah mereka yang paling banyak isyarat atas-Nya,” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, Semarang, Maktabah Al-Munawwir, tanpa catatan tahun, juz I, halaman 63).

Untuk seorang al-arif billah yang kamil, isyarat tidak diperlukan karena mereka tidak berjarak dengan Allah. Isyarat dibutuhkan oleh para pejalan atau pesuluk. Isyarat itu sangat membantu mereka untuk dekat dengan Allah SWT.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ... ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Redaksi Syekh Ibnu Athaillah ‘Al-Arif billah itu bukan...’ maksudnya adalah al-arif billah yang tidak kamil, belum mendalam dan mantap. Sedangkan mereka yang sedang berjalan tetap membutuhkan isyarat dan merasakan Allah lebih dekat dengannya karena atau bersama isyarat itu. isyarat itu membantu mereka dan menjadi makanan pokok bagi mereka layaknya ibarat bagi mereka yang mengarahkan pandangan kepada Allah sebagai akan dijelaskan di depan, ‘Ibarat adalah makanan pokok bagi mereka yang butuh mendengarkan. Dan kau akan mendapatkan sesuai apa yang kau ‘makan’.’ Redaksi penulis, ‘ketika memberi isyarat’, maksudnya adalah diberikan atau menerima isyarat. Sedangkan ‘Al-Arif billah itu orang yang tak perlu isyarat,’ maksudnya ia tak membutuhkan isyarat untuk dirinya, tetai untuk memberikan isyarat untuk orang lain. Ia sendiri tak memerlukan isyarat karena isyarat dan ibarat makanan orang yang lapar. Sementara ia sudah kenyang dan cukup. Kita bisa mengatakan bahwa isyarat itu mengandaikan jarak dan perpisahan. Sementara ia tetap bersatu dalam perpisahannya... Al-arif billah yang kamil menafikan jalan/isyarat karena sudah merasa cukup dengan Allah sehingga tak membutuhkan isyarat dan pemberi petunjuk. Wallahu a‘lam,” (Lihat Syekh Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam, Beirut, Darul Fikr, tanpa catatan tahun, juz I, halaman 120-121).

Pertanyaannya kemudian adalah apakah yang disebut arifin yang kamil itu mereka yang selalu menggenggam tasbih, menggelar sajadah, atau membenahi letak sorban? Apakah mereka hidup soliter menyepi? Semua itu mungkin saja, bukan pasti. Tetapi yang  pasti mereka tetap bergaul dengan manusia lain. Mereka tetap manusiawi. Mereka bisa jadi buruh tani, pekerja kasar, guru, buruh pabrik, kuli angkut di pasar, pegawai rendahan, penunggu kafe, penunggu lahan parkir liar, atau guru agama di sekitar kita. Semua itu sangat mungkin sebagai dijelaskan Syekh Said Ramadhan Al-Buthi berikut ini.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ?.

Artinya, “Al-Arif billah adalah orang yang dengan tauhid, kepercayaan, tawakal, dan kepasarahannya kepada Allah mencapai derajat di mana kehendak-kehendaknya fana dalam kehendak/iradah-Nya, sebab-sebab atau alasan lenyap di bawah kuasa-Nya, dan semua yang tampak meleleh pada cahaya terang penyaksian-Nya. Tetapi pengertiannya tidak seperti yang kita sangka selama ini di mana al-arif billah terputus dari dunia, lalu menjalin dengan alam lain. Al-arif billah tetap berhubungan dengan dunia berinteraksi makhluk-Nya sebagaimana manusia lainnya. Ia tetap berhubungan dengan mereka seperti sebelumnya. Tetapi ketika berinteraksi dengan dunia dan sebab-sebab duniawi, ia tak melihat dirinya selain bersama dengan Allah. Ketika menangani masalahnya dengan orang lain dan beraktivitas di tengah publik dalam soal kemasyarakatan dan masalah lainnya, ia hanya menyadari bahwa ia berinteraksi bersama Allah. Al-arif billah itu seperti yang dikatakan para sufi, ‘Arasy dan bumiku ada pada satu waktu. Arasyku bersama Allah dalam perasaan dan batin. Tetapi bumiku bersama manusia dalam muamalah dan lahiriyah.’ Hal ini diungkapkan sangat baik oleh atsar dari Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq perihal dirinya sendiri, ‘Tiada sesuatu yang kulihat selain kulihat Allah bersamanya, sebelum, dan sesudahnya.’ Kondisi ini juga diungkapkan oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi, ‘Hendaklah kamu bersama mereka secara lahiriyah, tetapi batinmu bersama Allah.’ Inilah maqam suluk tertinggi kepada Allah setelah maqam kenabian,” (Lihat M Said Ramadhan Al-Buthi, Al-Hikam Al-Athaiyyah, Syarhun wa Tahlilun, Beirut, Darul Fikr Al-Muashir, cetak ulang 2003 M/1424 H, juz II, halaman 471-472).

Menurut kami, penjelasan Syekh Said Ramadhan Al-Buthi cukup klir bahwa makrifatullah yang kamil itu bukan soal pakaian atau profesi, tetapi lebih pada cara pandang. Cara pandang makrifatullah ini dapat hadir pada siapapun dan mereka yang berprofesi apapun sesuatu dengan anugerah yang Allah berikan kepada mereka. Mereka dapat merasakan kehadiran Allah tanpa harus dirangsang oleh ibarat atau isyarat tertentu. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Olahraga, Halaqoh, Pertandingan Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 13 Januari 2017

Nyekar

Tradisi ziarah atau kunjungan ke makam di kalangan masyarakat Muslim Jawa.

Berbeda dengan tradisi ziarah yang ditujukan kepada tokoh-tokoh ulama atau wali yang dianggap keramat, sebagai penghormatan dan upaya mengambil berkah, subjek ziarah dalam nyekar ini umumnya adalah makam leluhur keluarga: kakek-nenek, orang-tua, dan saudara.?

Nyekar (Sumber Gambar : Nu Online)
Nyekar (Sumber Gambar : Nu Online)

Nyekar

Nyekar berasal dari kata Jawa sekar yang berarti kembang atau bunga. Dalam praktiknya, memang ziarah ini melibatkan penaburan bunga di atas makam yang dikunjungi. Bahkan sebagian masyarakat ada yang menyertakan dupa dan kemenyan. Tetapi aspek ritual yang terakhir ini, belakangan ini sudah jarang dilakukan, meski tidak berarti hilang sama sekali.?

Pondok Pesantren Tegal

Di dalam nyakar, yang pasti dan umum terjadi, adalah (besik) pembersihan makam dan pembacaan himpunan doa atau bagian dari surat Al-Quran, yang pendek-panjangnya, bervariasi satu sama lain. Ini juga membuat waktu yang dibutuhkan dalam nyekar berbeda-beda: dari yang singkat sekitar belasan menit, hingga hitungan jam, bahkan ada yang seharian penuh.?

Pondok Pesantren Tegal

Jika mereka yang nyekar ini tidak ada yang bisa membaca doa sendiri --umumnya dalam bahasa Arab-- di pemakaman umum biasanya ada juru kunci atau guru agama yang bisa membantu memimpin dan memandu pembacaan ini.?

Nyekar bisa dilakukan kapan pun sepanjang tahun. Misal pada waktu tahun pertama dari anggota keluarga yang meninggal, di mana ikatan-ikatan emosional dengan orang yang telah mendahului itu masih sangat kuat. Nyekar juga biasa dilakukan seseorang menjelang pelaksanaan upacara lingkaran hidup seperti perkawinan, di mana ia menjadi semacam permohonan doa restu.?

Nyekar ke leluhur ini juga umum dilakukan oleh mereka yang ingin memohon doa restu dan kekuatan batin karena menghadapi suatu tugas dan tanggung jawab yang berat, akan bepergian jauh, atau karena ada hajat dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang besar sekali. ? ? ? ? ?

Tetapi yang sering, terpenting dan terutama, nyekar dilakukan sekitar seminggu sebelum bulan Ramadan tiba atau setelah lebaran, pada minggu pertama Syawal. Ini bisa dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama dengan anggota keluarga lain, baik laki-laki maupun perempuan.?

Tradisi nyekar sebelum Ramadan ini muncul dari keinginan umat Islam untuk memasuki Bulan Suci dengan keadaan bersih dan penuh “kekuatan”. Mereka ingin segala kesalahan dan kekeliruan yang telah dilakukan, baik sengaja maupun tidak sengaja, dimaafkan oleh teman-teman, saudara-saudara, dan seluruh keluarga agar mereka bisa menjalani puasa dengan lancar, tenang, dan tulus.?

Permohonan maaf ini juga mereka tujukan pada anggota keluarga dan leluhur mereka yang sudah meninggal sekaligus untuk meringankan beban anggota-anggota keluarga yang sudah wafat itu.?

Nyekar akan mengingatkan diri mereka bahwa setiap manusia kelak juga akan mengalami kematian.?

Di beberapa tempat, kegiatan nyekar ini didahului dengan semacam slametan kecil yang diisi dengan pembacaan doa, dzikir-tahlil, atau bagian Quran lainnya dan diakhiri dengan makan bersama. Kenduri ini biasa digelar di rumah, langgar, masjid atau di tempat makam itu sendiri. Karena dilakukan pada bulan Sya’ban atau dalam Bahasa Jawa disebut Sadran, maka sebagian kalangan menyebut praktik ini sebagai nyadran. Ruwah juga dipakai oleh orang Jawa untuk menyebut Sya’ban.

Sulit untuk melacak, kapan tradisi nyekar atau nyadran ini muncul. Diyakini bahwa tradisi ini diperkenalkan oleh para wali yang di satu sisi meneruskan tradisi penghormatan kepada roh leluhur di kalangan masyarakat Jawa yang masih menganut ajaran Hindu-Budha saat itu dan di sisi lain menyelaraskan dan membingkainya dengan ajaran Islam.?

Nyekar atau nyadran karena itu bisa dikatakan suatu bentuk dari pribumisasi Islam, akomodasi Islam pada tradisi lokal. Secara teologis, tradisi ini memang masih memiliki hubungan dengan akidah Islam tentang kematian ? bahwa setelah manusia meninggal, rohnya akan meninggalkan jasad dan akan berada di alam barzakh hingga nanti hari kebangkitan atau hari kiamat.?

Sedangkan ziarah kubur juga memiliki dasar-dasarnya di dalam Islam sebagaimana termaktub dalam hadits nabi yang diriwayatkan Muslim, Abu Dawud, dan at-Tarmizi: “Dahulu aku telah melarangmu berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah, karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan akhirat.” (Hairus Salim HS) ? ? ?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ahlussunnah Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 08 Januari 2017

Tingkatkan Kualitas Kader, IPPNU Demak Gelar Lakut

Demak, Pondok Pesantren Tegal. Pengurus IPPNU Demak di akhir masa kepengurusannya terus menggalakkan kaderisasi serta memaksimalkan kualitas kadernya. Mereka melibatkan pengurus aktifnya yang ada di tingkat kecamatan pada Latihan Kader Utama di aula Masjid Besar Baitul Muttaqin Kauman Mranggen Demak, Jumat-Ahad (29-31/8).

Tingkatkan Kualitas Kader, IPPNU Demak Gelar Lakut (Sumber Gambar : Nu Online)
Tingkatkan Kualitas Kader, IPPNU Demak Gelar Lakut (Sumber Gambar : Nu Online)

Tingkatkan Kualitas Kader, IPPNU Demak Gelar Lakut

“Kegiatan Lakut ini bertujuan mempersiapkan kader pada kepengurusan mendatang. Dengan materi Lakut ini, mereka diharapkan bisa mandiri dan professional,” ujar Ketua IPPNU Demak Fitriyah di tengah kaderisasi tingkat lanjut ini.

Kaderisasi ini menghadirkan beberapa senior andal dan pengisi pelatihan yang professional. Program seperti ini, kata Fitriyah, merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan di semua tingkatan.

Pondok Pesantren Tegal

“Secara formal kaderisasi berbentuk pelatihan dan kegiatan lain sudah jalan. Hanya pada Lakut ini saya merasa lega karena sudah ada gambaran kader-kader penerus saat konferensi nanti,” jelas Fitriyah.

Dalam pelaksanaan Lakut ini, IPPNU Demak menggandeng antara lain lembaga pendidikan di Demak, Ma’arif NU Demak, dan 14 PAC IPNU-IPPNU sekabupaten Demak. (A Shiddiq Sugiarto/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Ahlussunnah, Hikmah, Hadits Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 07 Januari 2017

Jelang Munas dan Konbes di NTB, NU Jatim Matangkan Konsep

Surabaya, Pondok Pesantren Tegal



Hajatan permusyawaratan tertinggi di bawah Muktamar NU adalah Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama. Bila tidak ada kendala, acara akan dilangsungkan di Nusa Tenggara Barat, November mendatang. PWNU Jatim telah menyiapkan tim khusus untuk membahas sajumlah persoalan yang akan disampaikan di forum tersebut.

Dan untuk mematangkan materi menjelang keberangkatan kontingen tersebut, PWNU Jatim akan mengawali dengan mengadakan Musyawarah Kerja Wilayah atau Muskerwil. ? "Untuk Munas dan Konbes, ketua timnya adalah KH Ali Maschan Moesa," kata KH Anwar Iskandar, Selasa (8/8). Sedangkan untuk materi Muskerwil akan dikawal oleh Akh Muzakki, lanjut Wakil Rais PWNU Jatim tersebut.

Jelang Munas dan Konbes di NTB, NU Jatim Matangkan Konsep (Sumber Gambar : Nu Online)
Jelang Munas dan Konbes di NTB, NU Jatim Matangkan Konsep (Sumber Gambar : Nu Online)

Jelang Munas dan Konbes di NTB, NU Jatim Matangkan Konsep

Dalam padangan Kiai Anwar Iskandar, sejumlah hal perlu dipersiapkan secara lebih saksama karena forum Munas dan Konbes NU akan membicarakan berbagai persoalan. Sejumlah masukan dan siapa saja yang akan menghadiri dua acara penting tersebut akan melalui seleksi yang cukup ketat.

"Baik yang masuk bidang organisasi, program, bahtsul masail serta rekomendasi," katanya kepada delegasi PCNU se-Jawa Timur yang hadir pada rapat koordinasi di Jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya.

Dalam pandangan Pengasuh Pondok Pesantren al-Amin Ngasinan Kota Kediri tersebut, di antara yang akan disampaikan adalah konsep PWNU Jatim terkait model pemilihan yakni ahlul halli wal aqdi atau Ahwa. "Kita optimalisasikan agar pemilihan dengan model Ahwa tidak hanya untuk kepengurusan syuriah, tapi juga tanfidziyah," jelasnya. Hal tersebut sebagai implementasi amanat AD/ART NU yang menjelaskan bahwa pemegang otoritas tertinggi di jamiyah ini adalah ulama atau kiai, lanjutnya.

Pondok Pesantren Tegal

Untuk pelaksanaan Muskerwil sendiri masih menunggu tim survey. "Tempatnya masih akan diputuskan apakah di Surabaya atau Tuban," ungkapnya.

Agar lebih bisa mengoptimalkan kegiatan permusyawaratan ini, PWNU Jatim sangat berharap peran aktif PCNU se-Jatim untuk memberikan masukan, pikiran, pendapat dan aspirasi yang akan dibahas. "Usulan silakan disampaikan kepada Sekretaris PWNU Jatim, Prof Akh Muzakki selaku koordinator Muskerwil," tandasnya.

Pondok Pesantren Tegal

Rapat koordinasi ini menghadirkan utusan dari PCNU se-Jatim. Tampak hadir dari unsur syuriah PWNU Jatim yakni KH Anwar Manshur, KH Anwar Iskandar, Prof KH Ali Maschan Moesa, Prof KH Shonhaji Shaleh, juga KH Syafrudin Syarif selaku katib. Sedangkan dari tanfidziyah antara lain KH M Hasan Mutawakkil Alallah, KH Sholeh Hayat, juga Prof Akh Muzakki. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Amalan, Kajian, News Pondok Pesantren Tegal

Ada Materi Khilafah pada Soal Akhir Semester MA, Pergunu Jabar Minta Kanwil Kemenag Bubarkan MGMP Fikih

Bandung, Pondok Pesantren Tegal

Pimpinan Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Barat memprotes keras atas masuknya materi khilafah pada soal Penilaian Semester Madrasah Aliyah mata pelajaran Fikih kelas XII tahun pelajaran 2017/2018 di Kanwil Kemenag Jawa Barat.



Ada Materi Khilafah pada Soal Akhir Semester MA, Pergunu Jabar Minta Kanwil Kemenag Bubarkan MGMP Fikih (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Materi Khilafah pada Soal Akhir Semester MA, Pergunu Jabar Minta Kanwil Kemenag Bubarkan MGMP Fikih (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Materi Khilafah pada Soal Akhir Semester MA, Pergunu Jabar Minta Kanwil Kemenag Bubarkan MGMP Fikih



Hal tersebut disampaikan Sekretaris PW Pergunu Jawa Barat H Saepuloh di Kantor PWNU Jawa Barat Jl Terusan Galunggung Nomor 9 Bandung, Rabu, (6/12).



Pondok Pesantren Tegal



“Seharusnya Kanwil Kemenag Jawa Barat membuat tim koreksi, baik itu bahan ajar maupun soal. Tim tersebut harus betul-betul tidak terkontaminasi oleh paham gerakan Islam transnasional, apa itu HTI, Wahabi dan sebagainya,” tuturnya.





Lebih lanjut Saepuloh menjelaskan, materi khilafah sudah masuk di Silabus Pembelajaran mata pelajaran Fikih Kelas XII. Hal ini bisa menjadi masalah serius ketika guru yang mengampu mata pelajaran tersebut pro khilafah.

Pondok Pesantren Tegal





“Materi Khilafah bahkan masuk juga di bahan ajar berupa LKS. Ini bisa saja dijadikan pemupukan idiologi anti-Pancasila dan anti-NKRI oleh guru-guru yang pro khilafah,” lanjutnya.





Oleh karena itu, PW Pergunu Jawa Barat meminta kepada Kanwil Kemenag Jawa Barat untuk memangil dan memberikan sanksi kepada KKM Madrasah Alilyah Jawa Barat; membubarkan MGMP Fikih serta mengaiinya dengan yang baru; memberikan sanksi kepada pembuat soal yang memuat materi khilafah.





Selain itu, PW Pergunu Jawa Barat juga meminta Kanwil Kemenag Jawa Barat merevisi Silabus Pembelajaran dan bahan Ajar yang terindikasi disusupi oleh paham gerakan Islam transnasional dan pahan anti-Pancasilan dan anti-NKRI; dan membentuk Tim Indenpenden untuk mengoreksi bahan ajar dan soal dilingkungan Kemenag Jawa Barat. (Awis Saepuloh/Kendi Setiawan)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nusantara, Sunnah, PonPes Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 03 Januari 2017

Kisah Santri Istighfar dan Dua Burung

Jepara, Pondok Pesantren Tegal. KH Dzikron Abdullah saat mengimbau supaya para santri tetap mendawamkan membaca istighfar. Dawam pada berbagai kondisi, baik dalam keadaan susah, senang, banyak maupun minim rezeki.

Menurut Pengasuh pesantren Addainuriyah Semarang ini kemudian menceritakan sesosok santri yang rajin membaca kalimat meminta ampunan kepada Tuhan tersebut.

Kisah Santri Istighfar dan Dua Burung (Sumber Gambar : Nu Online)
Kisah Santri Istighfar dan Dua Burung (Sumber Gambar : Nu Online)

Kisah Santri Istighfar dan Dua Burung

Kiai berusia 66 tahun itu menambahkan, santri yang sudah boyong ini sebut saja bernama si fulan. Usai boyong, ia nganggur sementara ia harus menafkahi istri dan tiga anaknya. Tapi ia masih tetap mendawamkan istighfar.

Pondok Pesantren Tegal

Suatu ketika, si fulan berinisiatif membeli burung beo seharga Rp.400.000. Singkat kisah seorang Tionghoa mendengar ocehan burung itu. “Chino kepet. Chino kepet (tidak mandi, red),” terangnya pada ceramah di Haul I KH Ahmad Cholil (Rais Syuriah PCNU Jepara) di desa Bakalan kecamatan Kalinyamatan kabupaten Jepara, Jum’at (28/8) sore.

Sontak orang itu berkeinginan ingin membeli burung yang bisa ngoceh itu seharga RP 4.500.000. Maka, untunglah si fulan. Di lain hari, si fulan membeli burung derkuku atau tekukur atau dekukur.

Pondok Pesantren Tegal

Suatu hari, datanglah seorang bos ke musholla yang tak jauh dari kediaman si fulan. “Bos ini punya penyakit imsonia. Tidak bisa tidur. Sudah diobatkan hingga ke luar negeri namun tak kunjung sembuh,” terang Ketua Idaroh Wustho Jatman Provinsi Jawa Tengah menambahkan.

Tiba-tiba saat si bos menunaikan shalat Dluha di musholla, ia mendengar kicauan burung tersebut. “Cekuter kuk. Cekuter kuk.” begitu bunyi kicauan burung milik si fulan.

Anehnya, penyakit imsonia yang sudah diobatkan ke sana ke mari bisa ditaklukkan hanya dengan kicauan burung derkuku. “Setiap si bos mendengar burung manggung cekuter kuk. Cekuter kuk lelaki kaya ini langsung tidur,” tambahnya juga disambut tawa hadirin.

Padahal sebelum-sebelumnya dari jam 9 pagi hingga 9 pagi ia sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Alhasil, atas berkah kicauan burung seharga Rp.100.000 dibeli oleh si bos dengan Rp.5.000.000 plus si fulan diberangkatkan haji ke tanah suci.

Dengan misal itu Kiai Dzikron mengimbau seluruh hadirin untuk memperbanyak istighfar dalam kondisi apa pun.

Hadir dalam Haul KH Ahmad Bukhori pengasuh Pesantren Al Falah, KH Imam Abi Jamrah Ketua LBM NU Jawa Tengah, KH Kamil Ahmad Rais Syuriah PCNU Jepara, KH Asyhari Syamsuri Ketua PCNU Jepara dan H Ahmad Marzuqi Bupati Jepara. (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi)? ?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Pondok Pesantren Tegal

10 Tahun Vakum, IPNU-IPPNU Mojokrapak Bangkit Kembali

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Pengurus Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Putra Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang? masa khidmat 2014-2015, Rabu (24/6), resmi dilantik.

Hadir dalam kegiatan ini Ketua Pimpinan Cabang (PC) IPNU Jombang Abdul Rosyid, Ketua PC IPPNU Jombang Aliyah, serta Ketua Majelis Wakil Cabang NU Tembelang KH Nur Kholis dan Ketua Pengurus Ranting NU Mojokrapak Abah Sulhadi .

10 Tahun Vakum, IPNU-IPPNU Mojokrapak Bangkit Kembali (Sumber Gambar : Nu Online)
10 Tahun Vakum, IPNU-IPPNU Mojokrapak Bangkit Kembali (Sumber Gambar : Nu Online)

10 Tahun Vakum, IPNU-IPPNU Mojokrapak Bangkit Kembali

Abdul Rosyid mengapresiasi kepada IPNU-IPPNU Desa Mojokrapak yang baru berdiri ini, sekitar 10 tahun vakum, ia berharap pengurus yang baru dilantik mampu mengemban amanah sebaik-baiknya dan menjadikan IPNU-IPPNU sebagai wadah berkumpulnya para pelajar NU untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya.

Pondok Pesantren Tegal

"Maju dan tidaknya IPNU-IPPNU ke depan tergantung dari komitmen para pengurus yang baru dilantik. Oleh karena itu, marilah bersama-sama bertekad menjalankan roda organisasi ini dengan ikhlas semata-mata untuk memajukan IPNU-IPPNU, khususnya di Desa Mojokrapak? Kecamatan Tembelang,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Rosyid? meminta agar pengurus IPNU-IPPNU yang baru dilantik menjalin kerja sama yang baik dengan semua lembaga pendidikan. Hal ini untuk mendukung program dari PC IPNU-IPPNU Kabupaten Jombang yang bertekad akan mengembangkan sayap organisasi hingga tingkat komisariat.

Pondok Pesantren Tegal

“Jadikan amanah ini sebagai sebuah kesempatan untuk turut serta memajukan IPNU-IPPNU sehingga mampu bekerja secara maksimal. Koordinasikan dengan cepat tatkala ada kendala dalam menjalankan tugas di organisasi pelajar NU ini,” jelasnya pria yang akrab disapa Gus Rosyid.

Acara pengukuhan tersebut berlangsung meriah dengan penampilan seni hadrah Al Banjari Al Inayah bersama warga setempat. Sebelum pelantikan, ratusan pemuda? tampak khidmat mengikuti lantunan shalawat Nabi Muhammad SAW kitab maulid diba’ dengan iringan hadrah al banjari. (Anwar Muhammad/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Tegal, Aswaja Pondok Pesantren Tegal

Senin, 02 Januari 2017

Ramadhan, Bulan Keberkahan, Bulan Muhasabah

Alhamdulillah, Ramadhan, bulan suci yang penuh keberkahan kini telah tiba. Hari-hari yang sebelumnya disibukkan dengan urusan duniawi, kini bisa rehat sejenak. Umat Islam, selama bulan puasa ini menjadi lebih religius dengan memperbanyak ibadah, baik ibadah kepada Allah atau yang berhubungan secara sosial, seperti menolong mereka yang membutuhkan atau meningkatkan silaturrahim.

Tuntutan dan tekanan hidup pada zaman modern ini semakin lama semakin berat. Kompetisi yang semakin ketat menyebabkan tiada masa untuk mengambil jeda. Jika kita lengah, maka pesaing akan mengalahkan. Begitulah hukum yang berlaku saat ini. Manusia sebagai pengelola perusahaan atau institusi, mendapat tekanan yang sangat berat, sekadar untuk bisa bertahan pada posisinya. Ramadhan menjadi kesepakatan bersama untuk menurunkan intensitas kompetisi tersebut guna mengisi ulang ranah batin yang mengalami kekeringan.

Ramadhan, Bulan Keberkahan, Bulan Muhasabah (Sumber Gambar : Nu Online)
Ramadhan, Bulan Keberkahan, Bulan Muhasabah (Sumber Gambar : Nu Online)

Ramadhan, Bulan Keberkahan, Bulan Muhasabah

Hidup sesungguhnya adalah untuk mencapai tujuan keilahian, untuk mencapai kebahagiaan. Sayangnya, tekanan-tekanan material tersebut menyebabkan esensi yang ingin dicapai terkalahkan oleh sesuatu yang sebenarnya bersifat profan. Puasa, merupakan upaya untuk mengingatkan? kembali akan makna keberadaan kita di dunia yang hanya sebentar saja, tetapi kini disibukkan dengan hal-hal yang sesungguhnya tidak penting.

Berbagai kemudahan hidup akibat perkembangan teknologi ternyata tidak menyebabkan kita semakin mendekatkan diri kepada yang menciptakan semesta. Mari kita melakukan muhasabah, dalam sehari, berapa jam waktu yang kita gunakan untuk bermain-main dengan gawai. Media sosial membuat kita semakin terhubung dengan sesama. Tetapi sesungguhnya kita semakin asing, semakin egois. Dalam berbagai kesempatan, silaturrahmi tatap muka semakin kurang maknanya ketika masing-masing individu sibuk dengan perangkat elektroniknya. Entah untuk sekadar berbincang dengan teman di media sosial atau untuk sekadar mencari hiburan. Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan sesamanya, sedang menuju era baru dengan pertemanan di dunia maya. Seolah nyata, akrab, tapi sesungguhnya minim komitmen.

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Hal yang mengemuka dengan perkembangan media sosial adalah maraknya berita hoaks. Kita tanpa sadar dengan entengnya membagi berita yang belum terverifikasi kebenarannya kepada orang lain. Berita palsu beredar dari grup ke grup lainnya secepat kilat dan menimbulkan kegaduhan masyarakat.? Caci maki dengan entengnya diucapkan kepada siapa saja. Etika sosial sudah menurun jauh dalam dunia baru ini. Seolah-olah kita bisa menumpahkan seluruh kejengkelan tanpa perlu merasa khawatir melanggar norma-norma masyarakat karena belum adanya panduan berperiaku yang baik di dunia maya di mana, mereka yang melanggarnya akan menerima hukuman sosial.

Kita sedang mengalami revolusi dalam cara kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan adanya media sosial ini. Di antara sekian banyak manfaat yang kita peroleh, ada banyak tantangan yang harus diselesaikan. Dan banyak di antara kita yang terjebak dalam ruang yang liar itu.

Agama dan nilai-nilai moral dapat memberikan panduan kita dalam berperilaku di mana saja, dengan cara apa saja. Agama mengajarkan kepada kita untuk bersikap santun kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja. Di dunia nyata atau di dunia maya. Ramadhan ini, bisa menjadi wahana untuk mengevaluasi diri kita bagaimana perilaku kita, apakah ikut arus hiruk-pikuk ini atau mampu memanfaatkan dengan baik teknologi baru ini untuk kemaslahatan bersama.

Atau, jangan-jangan media sosial semakin menenggelamkan kita dalam jurang informasi yang sebagian besar remeh-temeh. Kita berusaha melupakan lapar dan dahaga dengan menyibukkan diri di depan gawai. Tradisi mengaji, atau berbagai ritual yang dulu marak semakin tergerus oleh teknologi yang menyilaukan ini. Berkat peningkatan keahlian dan teknologi, semuanya kini ditampilkan dengan lebih indah, seolah-oleh tampak lebih religius, tetapi sesungguhnya hanya wujud permukaan saja karena motif sebenarnya bukan untuk mengajak kita mendekatkan kepada yang Maha Esa, tapi sekadar untuk berjualan barang dan jasa atau sekadar untuk pamer.

Ramadhan bulan untuk bermuhasabah, jika dulu tantangannya adalah kesulitan-kesulitan fisik berupa beratnya menahan lapar karena berbagai keterbatasan pangan dan kesederhanaan teknologi. Kini, tantangannya adalah keberlimpahan dan kemudahan-kemudahan tetapi melenakan. Beratnya hidup bisa semakin mendekatkan kita kepada Allah, kemudahan hidup, tanpa kita sadari dapat menjauhkan kita kepada yang Maha Kuasa. Semoga kita dapat melampaui berbagai bentuk ujian itu dengan baik. (Mukafi Niam)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Habib, Hikmah, Berita Pondok Pesantren Tegal