Minggu, 30 April 2017

Akun Abu Janda NU Tak Ada Kaitannya dengan Ansor dan Banser

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal?

Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas) Banser H Alfa Isnaeni, di Jakarta, Ahad (8/1) mengatakan, akun Facebook “Abu Janda NU” sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Sebab Ansor dan Banser tidak berwatak demikian.?

Akun Abu Janda NU Tak Ada Kaitannya dengan Ansor dan Banser (Sumber Gambar : Nu Online)
Akun Abu Janda NU Tak Ada Kaitannya dengan Ansor dan Banser (Sumber Gambar : Nu Online)

Akun Abu Janda NU Tak Ada Kaitannya dengan Ansor dan Banser

Alumni STAI Diponegoro Tulung Agung, Jawa Timur itu melanjutkan, pihaknya sudah menugaskan kader untuk melacak siapa sebenarnya yang membuat akun tersebut.

Namun demikian, ia mengimbau kepada seluruh jajaran Banser dan Ansor tidak mudah menerima informasi dan terpancing provokasi tidak jelas sumbernya. “Baik itu yang cenderung liberal, bahkan kepada yang radikal atau yang lebih sering ngamuk-ngamuk dengan kata-kata khasnya, yaitu kafir, syiah, memecah belah umat Islam dan sebagainya,” kata dia pula.

Untuk diketahui, belakangan ini publik ramai membincang akun Abu Janda NU, halaman Ustad Abu Janda Al-Boliwudi. Tulisan-tulisan Abu Janda NU diikuti banyak orang. Namun, banyak pula akun-akun menentang bahkan memusuhinya sehingga terjadi perdebatan di kolom-kolom komentar.?

“Dengan nama akun yang tidak jelas, kita mesti berhati-hati dengan akun model Abu Janda ini. Selain tidak jelas profilnya, kita masih meraba motif dan kepentingannya apa,” ujarnya.

Pondok Pesantren Tegal

Intinya, lanjut dia, perlu selektif dan tidak gampang ngeshare dari orang-orang model begini, yang mungkin belakangan sudah banyak jumlahnya di media sosial.

“Sesuatu yang baik itu jelas sumber dan motifnya. Banser tidak akan membiarkan siapapun yang akan memecah belah NKRI dengan beragam cara. Di dunia nyata dan dunia maya (internet), Banser selalu ada untuk menjaga NKRI,” pungkasnya. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Ulama Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 28 April 2017

Saatnya Kita Perluas Akses pada Kelompok Difabel

Kelompok difabel merupakan mereka yang tidak memiliki kesempurnaan anggota tubuh. Ketidaksempurnaan yang ada pada diri mereka bukanlah sebuah keinginan. Hal tersebut terjadi di luar kemampuan untuk menghindarinya. Ada yang terjadi sejak lahir, ada pula yang karena faktor kecelakaan atau karena penyakit yang dialami saat dewasa. Ketika kejadian tersebut menimpa mereka, terutama yang sebelumnya menjalani kehidupan normal, lazimnya penderita akan mengalami beban fisik bahkan mental yang luar biasa.?

Sejauh ini tempat-tempat publik belum memberikan akses yang memadai untuk mereka. Akibatnya, mobilitas mereka sangat terbatas. Sebagian telah menyediakan fasilitas khusus seperti di bus Transjakarta yang menyediakan kursi khusus untuk mereka. Sayangnya akses untuk mencapai bus Transjakarta masih sangat susah karena untuk mencapai halte atau di haltenya sendiri sarana yang ramah bagi difabel belum memadai. Otomatis, fasilitas yang tersedia tersebut dimanfaatkan oleh siapa saja, penumpang yang berebutan mencari tempat duduk saat angkutan dalam kondisi penuh ketika pulang kerja.?

Saatnya Kita Perluas Akses pada Kelompok Difabel (Sumber Gambar : Nu Online)
Saatnya Kita Perluas Akses pada Kelompok Difabel (Sumber Gambar : Nu Online)

Saatnya Kita Perluas Akses pada Kelompok Difabel

Hal yang sama juga terjadi di taman-taman kota. Memang ada jalan khusus bagi mereka, karena kesulitan kelompok difabel untuk naik tangga. Tapi, untuk mencapai akses ke taman kota ini sendiri juga merupakan masalah besar. Akibatnya, kelompok difabel menjadi tereksklusi dari kehidupan sosial masyarakat. Sebagian besar dari mereka tidak bisa mengekspresikan pikirannya secara luas kepada publik. Potensi besar yang mereka miliki juga tidak bisa tereksplorasi dengan baik karena keterbatasan aksesnya.?

Demikian pula, akses mereka ke tempat ibadah, seperti masjid dan mushalla juga belum memadai. Belum ada tempat wudhu yang dikhususkan untuk mereka, masjid yang biasa posisinya lebih tinggi dari tanah tidak menyediakan jalur khusus untuk mereka. Juga tidak tersedia shaf paling depan bagi mereka saat shalat berjamaah, padahal dalil-dalil agama menyatakan bahwa jamaah yang ada di barisan paling depan memperolah pahala yang paling besar. Al-Qur’an, hadits, dan buku-buku rujukaan keislaman dalam versi braile yang bisa diakses oleh orang yang memiliki masalah penglihatan juga sangat kurang.?

Masyarakat sesungguhnya memiliki empati yang sangat besar untuk membantu mereka dengan membukakan pintu, menuntun mereka di jalanan atau hal-hal lainnya. Tetapi pendekatan tersebut tidak membuat mereka mandiri karena tergantung pada belas kasihan pihak lain. Situasi yang ideal adalah bagaimana mereka bisa mengakses ke tempat-tempat publik tanpa perlu bantuan orang lain.?

Pondok Pesantren Tegal

Yang lebih mengenaskan lagi, karena sikap adanya sikap kasihan dari masyarakat tersebut, ada orang, bahkan dari pihak keluarga yang mengeksploitasi mereka menjadi peminta-peminta di jalanan.?

Dalam kultur Islam di Nusantara, orang-orang difabel diarahkan untuk menghafal Qur’an. Toh itu sesuatu yang baik. Tetapi tidak semua orang memiliki kecenderungan yang sama untuk menjadi penghafal Qur’an. Jika dipaksakan, ini akan menjadi penderitaan yang semakin berlipat-lipat, penderitaan fisik dan mental akibat pemaksaan yang mereka alami.

Pondok Pesantren Tegal

Jika memiliki akses yang memadai, kelompok difabel juga memiliki kesempatan untuk memberi kontribusi yang besar bagi masyarakat. Salah satu perawi hadits yang difabel adalah Hafsh bin Umar al-Basri. Selain itu, ia juga ahli dalam bidang ilmu waris, astronomi, puisi, dan sejarah Arab kuno. Di lingkungan NU sendiri, Gus Dur juga dalam beberapa tahun menjelang akhir hayatnya juga menghadapi masalah penglihatan, tetapi beliau mampu memberikan kontribusi luar biasa kepada bangsa Indonesia, bahkan jauh lebih besar daripada orang-orang pada umumnya. Sayangnya banyak orang difabel tetapi potensi yang mereka miliki tidak bisa tereksplorasi karena keterbatasan aksesnya.?

Untuk memberi kesadaran lebih guna memperhatikan akses bagi kelompok difabel, Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes NU) 2017 ini membahas tema fiqih disabilitas. Diharapkan dengan pembahasan ini, muncul kesadaran lebih besar dari umat Islam untuk memperhatikan kepentingan mereka.

Sejauh ini, pembelaan publik terhadap masalah ini hanya sayup-sayup. Sosialisasi bahwa kelompok difabel membutuhkan akses yang lebih memadai akan dipahami secara lebih luas. Diharapkan juga ada kebijakan yang lebih mengakomodasi kebutuhan kelompok ini. Sejarah telah membuktikan, sekalipun mereka memiliki sejumlah keterbatasan, banyak kontribusi yang diberikan. Jangan sampai potensi mereka terabaikan.? (Ahmad Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pesantren, Makam, Santri Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 27 April 2017

Rijalul Ansor Media Penjaga Syiar Islam

Jombang, Pondok Pesantren Tegal?

Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor adalah salah satu media dalam melanjutkan syiar-syiar Islam yang telah diajarkan oleh para ulama dahulu. Syiar tersebut juga tampak sudah menjadi warisan tersendiri yang harus dijaga keutuhannya di tengah-tengah beragam ajaran Islam belakangan ini.?

Rijalul Ansor Media Penjaga Syiar Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Rijalul Ansor Media Penjaga Syiar Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Rijalul Ansor Media Penjaga Syiar Islam

Demikian disampaikan H Abd Latif Malik, Ketua Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor Kabupaten Jombang saat mengisi acara rutinan Rijalul Ansor di Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang, Sabtu petang (8/10/2016).

Namun demikian H Malik mengungkapkan, menjaga syiar-syiar Islam saat ini tentu tidak mudah sebab akan bersinggungan dengan kelompok Islam sendiri yang dianggap mengancam keberadaan ajaran Islam yang dibawa rasulullah Muhammad SAW. Seperti penganut Islam garis keras, dan kelompok serupa yang lain.?

"Untuk itu, menghidupkan syair Islam ini harus istiqomah. Sperti para ulama dan muassis Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asyari, KH Abdul Wahab Hasbullah, kalau mereka tidak istiqomah, ajaran Aswaja yang kita pegang erat ini tidak akan bertahan hingga saat ini," katanya.

Untuk itu, ia mengingatkan agar di tengah-tengah kesibukan para pemuda khususnya, tetap ada waktu untuk berupaya mengajak masyarakat mempertahankan tradisi-tradisi Islam yang diajarkan Nabi.?

Pondok Pesantren Tegal

"Meski pemuda itu sudah sibuk dengan partainya, namun tidak melupakan di tengah kesibukannya berdzikir kepada Allah SWT, dan mengajak warga di lingkungannya bershalawat, ngaji dan ibadah-ibadah yang lain," imbau H Malik. (Syamsul Arifin/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Habib, Sejarah, Kiai Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 23 April 2017

Berpihak Petani Kendeng, Fatayat NU: Pemerintah Harus Tuntaskan dengan Bijak

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal?

Ketua Umum Pimpinan Pusat Fayatat Nahdlatul Ulama Anggia Ermarini meminta pemerintah menyelesaikan secara bijak kasus pembangunan pabrik semen di Kendeng, Rembang, Jawa Tengah.

"Fatayat NU berpihak pada petani Kendeng," ungkapnya di kantor PBNU, Jakarta (24/3).?

Berpihak Petani Kendeng, Fatayat NU: Pemerintah Harus Tuntaskan dengan Bijak (Sumber Gambar : Nu Online)
Berpihak Petani Kendeng, Fatayat NU: Pemerintah Harus Tuntaskan dengan Bijak (Sumber Gambar : Nu Online)

Berpihak Petani Kendeng, Fatayat NU: Pemerintah Harus Tuntaskan dengan Bijak

Ia menambahkan, pemerintah harus merespon ini secara bijak. Karena ditangannyalah kewenangan dan perangkat detail yang dibutuhkan, sampai di tingkat paling bawah. ? Selain itu, ia juga menyayangkan media maenstream yang enggan mengawal kasus ini.

"Mengenai demo penolakan pabrik semen yang telah dibatalkan MA ini, media mainstrem juga terkesan diam cari aman," tegasnya.

Pondok Pesantren Tegal

Dalam kesempatan tersebut, Anggia berharap Pondok Pesantren Tegal dapat menjadi media alternatif yang mau mengadvokasi isu-isu lokal yang berpihak kepada rakyat kecil. (Ahmad Naufa/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Santri Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 21 April 2017

Pengurus PBNU Dikukuhkan di Masjid Istiqlal Sabtu

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2015-2020 akan dikukuhkan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (5/9) pagi. Acara akan dirangkai dengan sholawat dan istighosah untuk keselamatan bangsa.

“Insya Allah besok dilaksanakan pengukuhan kepengurusan PBNU masa khidmat 2015-2020 hasil Muktamar Ke-33 NU di Jombang,” kata Sekretaris Jenderal PBNU H A Helmy Faishal Zaini dalam rilisnya, Jumat (4/9).

Pengurus PBNU Dikukuhkan di Masjid Istiqlal Sabtu (Sumber Gambar : Nu Online)
Pengurus PBNU Dikukuhkan di Masjid Istiqlal Sabtu (Sumber Gambar : Nu Online)

Pengurus PBNU Dikukuhkan di Masjid Istiqlal Sabtu

Helmy menambahkan PBNU ke depan akan fokus di 3 bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Maka dari itu, pengukuhan PBNU mengangkat tema ‘Dengan Doa dan Sholawat Kita ? Perkokoh Ukhuwah Wathoniyah Menuju Indonesia Makmur dan Sejahtera’.

Pondok Pesantren Tegal

“Kami mengajak umat Islam untuk mendoakan kedamaian dan keamanan Indonesia di tengah-tengah gejolak ekonomi dunia dan dalam negeri,” tuturnya.

Pondok Pesantren Tegal

Selain itu, lanjut Helmy, pengukuhan PBNU besok dijadikan momentum untuk merangkul kaum muda perkotaan yang kurang mengetahui Nahdlatul Ulama. Mereka, Helmy, menambahkan harus dijadikan NU.?

“Jadi sangat penting bagaimana kita membuat pola transformasi yang bisa masuk ke lapis anak muda. Mereka juga harus jadi NU, paling tidak punya kesadaran tentang NU.”

Acara pengukuhan PBNU besok akan dihadiri Wakil Presiden RI H. Jusuf Kalla dan menteri kabinet kerja. Rangkaian acara pengukuhan akan dimulai pukul 10.00 sampai 15.00 WIB. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Tegal, Anti Hoax, Amalan Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 20 April 2017

Pesantren Sangat Kaya Epistimologi

Yogyakarta, Pondok Pesantren Tegal. Epistimologi pesantren berbeda dengan epistimologi ilmu sosial, humaniora, dan eksak. Dalam bidang keilmuan tersebut, apa yang disebut sebagai realitas adalah sesuatu yang ditangkap oleh pancaindra. Sedangkan epistimologi pesantren ‘alam mulki wal jabarut dan ‘alam malakut juga dipandang sebagai realitas.

Hal ini yang dikemukakan Mustafied, Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada Kamis (13/6).

Pesantren Sangat Kaya Epistimologi (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Sangat Kaya Epistimologi (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Sangat Kaya Epistimologi

Dalam acara bedah buku yang bertempat di ruang teatrikal Uhsuludin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga itu, dia memaparkan bahwa pesantren kaya akan epistimologi.

Pondok Pesantren Tegal

“Epistimologi pesantren itu sebenarnya sangat kaya. Ada dalil waqi’i atau realitas, dalil ‘aqli atau rasio dan dalil ilhami atau wahyu,” paparnya.

“Di pesantren, kultur yang berkembang, ilmu itu dari Allah. Oleh karena itu, maka ta’allum, tadarus (belajar, red.) bukan variabel yang dominan di pesantren,” ungkapnya, menjelaskan proses pemerolehan ilmu yang ada di pesantren.

Pondok Pesantren Tegal

Dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga menuturkan bahwa hal yang paling menentukan dalam pemerolehan ilmu di pesantren adalah niat serta ketaatan santri pada kiai atau ustadznya.

Namun pihaknya juga memberi pandangan kritis soal relevansi dari epistimologi ala pesantren itu, ”Pertanyaannya adalah, apakah epistimologi itu masih relevan dipertahankan? Ini perlu segera dijawab. Karena jika tidak, pesantren akan terombang-ambing,” imbuhnya.

Redaktur      : Abdullah Alawi

Kontributor  : Nur Hasanatul Hafshaniyah  

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Tegal, Internasional Pondok Pesantren Tegal

Presiden Jokowi Dijadwalkan Tarawih di Pesantren Cipasung

Tasikmalaya, Pondok Pesantren Tegal?



Ribuan Santri Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya siap menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo yang akan datang ke pesantren yang didirikan KH Ruhiat tersebut pada Jumat (9/6).

Presiden Jokowi Dijadwalkan Tarawih di Pesantren Cipasung (Sumber Gambar : Nu Online)
Presiden Jokowi Dijadwalkan Tarawih di Pesantren Cipasung (Sumber Gambar : Nu Online)

Presiden Jokowi Dijadwalkan Tarawih di Pesantren Cipasung

Hal itu disampaikan Pimpinan Pondok Pesantren Cipasung KH Abun Bunyamin menanggapi akan datangnya presiden yang akrab disapa Jokowi ke pesantren itu.

“Ya ribuan santri akan berbaris mulai gerbang Cipasung menyambut Pak Jokowi,” kata Kiai Abun, Kamis (8/6/2017).

Menurut dia, kedatangan Jokowi ke Cipasung merupakan kali kedua. Sebelumnya pernah datang menjelang pemilihan presiden pada 2014.

Pondok Pesantren Tegal

Kiai Abun mengaku senantiasa akan mendukung segala kebijakan Jokowi selama demi kemasalahatan masyarakat Indonesia.

Jokowi direncanakan datang ke pesantren itu untuk mengikuti Shalat Tarawih berjamaah. Ia direncanakan di Tasikmalaya karena esok harinya masih ada agenda di daerah tersebut. (Jani/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Ulama Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Siswa MTs N Model Brebes Latihan Urus Jenazah

Brebes, Pondok Pesantren Tegal. Minimnya pengetahuan tentang mengurus jenazah, menarik perhatian bagi MTs Negeri Model Brebes. Untuk itu, pihak sekolah mengadakan pelatihan bagaimana mengurus jenazah sehingga kewajiban fardlu kifayah bisa terpenuhi. Para siswa dilatih perihal cara memandikan, mengafani, menshalati, hingga menguburkan jenazah.

Siswa MTs N Model Brebes Latihan Urus Jenazah (Sumber Gambar : Nu Online)
Siswa MTs N Model Brebes Latihan Urus Jenazah (Sumber Gambar : Nu Online)

Siswa MTs N Model Brebes Latihan Urus Jenazah

“Merawat jenazah, tidak hanya urusan pak lebe atau modin saja, tetapi seluruh umat Islam berkewajiban memiliki pengetahuan guna menggugurkan kewajiban kifayah,” kata Kepala MTs N Model Brebes H Muh Muntoyo di sela pelatihan di sekolah setempat, Sabtu (11/7).

Kata Muntoyo, para siswa dibekali ilmu mengurus jenazah agar tidak gagap ketika dimintai pertolongan warga untuk mengurus jenazah.

Pondok Pesantren Tegal

“Melalui pelatihan ini, setidaknya berupaya menciptakan kader yang benar-benar andal dan terampil dalam mengurus jenazah. Sederhananya, para siswa bisa mengurus jenazah keluarganya sendiri tanpa tergantung kepada orang lain,” ujarnya.

Menurut Muntoyo, pelatihan rukun kifayah ini bertujuan untuk berbagi ilmu secara mendalam terkait tata cara merawat jenazah yang benar menurut syari’ah Islam.

Pondok Pesantren Tegal

“Dengan pelatihan ini para siswa bisa mengamalkan bagaimana cara merawat jenazah yang benar sesuai dengan tuntunan syariat Islam,” tandasnya.

Pelatihan diikuti 1.409 siswa secara berkelompok dalam waktu tiga hari. Pelatihan ini merupakan rangkaian pesantren Ramadhan 1436 Hijriyah. Pesantren Ramadhan yang diikuti kelas 8 dan 9 berlangsung sejak pukul 08.00 sampai selesai.

Mereka mendapatkan materi pesantren berupa tadarus Al-Quran dengan tajwidnya, praktik wudhu, praktik bacaan dan gerakan dalam shalat fardhu dan sunah, praktik mengafani dan shalat jenazah, tahlil dan doa-doa dalam kehidupan sehari-hari.

Siska, salah seorang siswa mengaku senang mendapatkan pelatihan mengurus jenazah. Pada awalnya merasa takut, tetapi kemudian berani karena dilakukan bersama-sama dan media yang digunakan bukan orang mati sungguhan tetapi boneka manekin.

“Senang, meski kadang diliputi rasa takut dan saling berseloroh yang mengingatkan kematian,” ungkapnya. (Wasdiun/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal RMI NU Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 19 April 2017

Konjen Amerika Ziarahi Makam Gus Dur

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Konsul Jenderal (Konjen) Amerika di Surabaya Joaquin Monserrate mengunjungi Pesantren Tebuireng Jombang. Konjen yang baru dua bulan menjabat ini juga berziarah dan tabur bunga di makam presiden RI ke-4 KH Abdurrahman wahid (Gus Dur), Rabu (29/11).

“Tidak ada agenda tertentu, hanya memperkenalkan diri dan ingin mengetahui pesantren saja,” ujar KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), pengasuh pesantren Tebuireng usai mendampingi Joaquin Monserrate melakukan tabor bunga di makam Gus Dur.

Konjen Amerika Ziarahi Makam Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)
Konjen Amerika Ziarahi Makam Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)

Konjen Amerika Ziarahi Makam Gus Dur

Usai berkunjung ke Tebuireng, Konjen pengganti Kristen F. Bauer ini kemudian melanjutkan safarinya bertemu dengan bupati Jombang Suyanto di pendopo kabupaten. 

Pondok Pesantren Tegal

Joaquin adalah Konjen baru yang menggantikan yang pindah ke kantor Konjen AS di Jakarta. Joaquin mengatakan dirinya adalah pengagum Gus Dur. Ia datang ke Jombang untuk lebih mendekatkan diri dengan tokoh-tokoh besar Jombang seperti Gus Sholah. “Saya pikir Gus Sholah adalah salah satu tokoh besar Indonesia,” ujarnya saat berbincang santai dengan Bupati Suyanto 

Pondok Pesantren Tegal

Sebagai pengagum Gus Dur, Joaquin mengatakan ingin dekat dengan kultur budaya yang ada di Jombang. Bagaimana sejarah perjuangan Gus Dur sehingga menjadi sosok yang mendunia.

“Saya adalah pengagum sosok Gus Dur dan saya ingin mendekatkan diri dengan Bupati Jombang, Gus Sholah, Universitas Pesantren dan mahasiswanya,” tandas Joaquin. 

Selain bertanya seputar Gus Dur dan pesantrennya, Joaquin juga mengungkapkan rasa ingin tahu yang besar terhadap Jombang yang memiliki keanekaragaman budaya dan agama.

“Jombang ini memiliki keunikan tersendiri, selain tidak pernah ada konflik langsung antara rakyat dan pemerintah, di Jombang juga tidak pernah ada konflik antar agama,” tegas Bupati Suyanto.

Bupati  lantas memberi contoh sebuah desa yang masyarakatnya memiliki beragam agama. Bahkan jarak antara tempat ibadah seperti masjid, pura dan gereja juga tak terlampau jauh. 

“Tidak pernah ada konflik antar agama, bahkan tempat ibadah jaraknya sangat dekat tak kurang dari 200 meter,” kata Suyanto. Hingga kini, lanjutnya, kebersamaan itu masih tetap terjalin dengan indahnya.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Muslim Abdurrahman

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 18 April 2017

Grand Syekh Al-Azhar: Sunni dan Syiah Adalah Saudara

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal

Grand Syekh Al Azhar Prof Dr Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb mengatakan bahwa umat Islam yang berakidah Ahlussunah bersaudara dengan umat Islam dari golongan Syiah.

“Sunni dan Syiah adalah saudara,” terang Syekh Ath-Thayyeb saat dimintai pandangannya oleh Dirjen Bimas Islam Machasin terkait permasalahan Sunni dan Syiah saat melakukan pertemuan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, Senin (22/02) seperti dikutip dari laman kemenag.go.id. Hadir dalam kesempatan ini, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin serta sejumlah ulama dan tokoh cendekiawan Muslim.

Grand Syekh Al-Azhar: Sunni dan Syiah Adalah Saudara (Sumber Gambar : Nu Online)
Grand Syekh Al-Azhar: Sunni dan Syiah Adalah Saudara (Sumber Gambar : Nu Online)

Grand Syekh Al-Azhar: Sunni dan Syiah Adalah Saudara

Menurut Syekh Ath-Thayyeb, Islam mempunyai definisi yang jelas. Yaitu, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, berpuasa, berzakat, dan beribadah haji bagi yang mampu.?

“Mereka yang melaksanakan lima hal pokok ini maka dia Muslim. Kecuali mereka yang mendustakan,” tegasnya.

Grand Syekh menilai bahwa tidak ada masalah prinsip yang menyebabkan kaum Syiah keluar dari Islam. Bahkan, banyak ajaran Syiah yang dekat dengan pemahaman Sunni. Perbedaan antara Sunni dan Syiah dalam pandangan Syekh Thayyeb hanya pada masalah imamiah.?

Pondok Pesantren Tegal

“Syiah mengatakan imamiah bagian dari ushuluddin, kita mengatakan sebagai masalah furu’,” terangnya.

Pondok Pesantren Tegal

“Kalau kita membaca kitab-kitab Syiah yang lama, mereka secara umum menghormati para sahabat,” tambahnya lagi.?

Bersama Majelis Hukama Al Muslimin yang dipimpinnya, Syekh Ath-Thayyeb dijadwalkan akan berada di Indonesia selama 6 hari guna menghadiri serangkaian acara. Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nasional Pondok Pesantren Tegal

BPBD Barru Apresiasi Advokasi LPBINU soal Penanganan Bencana

Barru, Pondok Pesantren Tegal. Dalam pembukaan kegiatan Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Participatory Disaster Risk Assessment (PDRA) yang dilaksanakan oleh Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) bekerja sama dengan Department of Foreign and Trade (DFAT) Australia, Kepala pelaksana harian Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Barru, Abdul Kadir mengucapkan terima kasih kepada LPBINU dan BPBD Kabupaten Barru merasa terbantu oleh kegiatan-kegiatan terkait penanggulangan bencana (PB) yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan oleh LPBINU.?

Menurut Kadir, penanggulangan bencana seharusnya dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat, dan pelaku bisnis. Yang menjadi persoalan utama saat ini adalah bagaimana penyelenggaraan PB dapat berlangsung secara partisipatoris. Para pihak terutama masyarakat mampu mengenali risiko dan memiliki kapasitas untuk melakukan upaya PRB. “Oleh karena itu, diperlukan banyak kegiatan seperti pelatihan untuk meningkatkan kapasitas mereka,” ujarnya.

BPBD Barru Apresiasi Advokasi LPBINU soal Penanganan Bencana (Sumber Gambar : Nu Online)
BPBD Barru Apresiasi Advokasi LPBINU soal Penanganan Bencana (Sumber Gambar : Nu Online)

BPBD Barru Apresiasi Advokasi LPBINU soal Penanganan Bencana

Pelatihan PRB dan PDRA akan berlangsung selama 4 (empat) hari, 07-10 September 2016. Pelatihan diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari berbagai institusi, diantaranya LPBI NU Kabupaten Barru, Fatayat NU, GP Ansor, Tokoh masyarakat, TP PKK, karang taruna, Lembaga pendidikan, dan Pelaku usaha kecil dan menengah. Mayoritas peserta merupakan masyarakat Desa Lalabata. Desa Lalabata dipilih sebagai lokasi dan praktek pelatihan dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki risiko tinggi terjadi bencana banjir. Hampir setiap tahun Desa Lalabata terjadi banjir akibat curah hujan yang tinggi.?

Dalam Pelatihan PRB dan PDRA ini sedikitnya akan dibahas 7 (tujuh) materi, meliputi: Konsep dasar manajemen risiko bencana; Kebijakan dan sistem Penanggulangan Bencana; Daur bencana dan tahapan dalam penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; Kajian risiko partisipatif dan pengorganisian komunitas; Kajian Analisis Bencana (Ancaman, Kerentanan, Kapasitas, dan Risiko Bencana) dan Tindakan PRB; Pendekatan Kajian/Analisis Pengurangan Risiko Bencana dengan Teknik Participatory Disaster Risk Assessment (PDRA); dan Menakar risiko bencana partisipatif.?

Pondok Pesantren Tegal

Hadir sebagai narasumber, Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Barru, Abdul Kadir dan ketua PCNU Kabupaten Barru, KH. Irham Djalil, dan PP LPBI NU, Rurid Rudianto. Sedangkan bertindak sebagai trainer Pelatihan PRB dan PDRA adalah Sofyan dari Sangga Buana. Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan memiliki pemahaman tentang konsep dan pengertian dasar penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana; mampu menjelaskan upaya PRB secara komprehensif; mampu menyusun kajian risiko bencana dengan teknik PDRA; dan memiliki kemampuan dasar dalam menyusun rencana aksi pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat. Di akhir sesi, peserta didorong untuk membuat rencana aksi komunitas yang diharapkan dapat dilaksanakan secara nyata di tengah masyarakat untuk mewujudkan upaya PB dan PRB yang lebih baik. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Makam Pondok Pesantren Tegal

Senin, 17 April 2017

IPPNU-IPNU dari 50 Perguruan Tinggi Bertemu di Bojonegoro

Bojonegoro, Pondok Pesantren Tegal. Silaturahim Nasional (Silatnas) III Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) akan digelar di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Rencananya kegiatan tersebut diadakan di Wisma Toyo Aji Desa Wedi, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Sabtu (21/11) besok.

IPPNU-IPNU dari 50 Perguruan Tinggi Bertemu di Bojonegoro (Sumber Gambar : Nu Online)
IPPNU-IPNU dari 50 Perguruan Tinggi Bertemu di Bojonegoro (Sumber Gambar : Nu Online)

IPPNU-IPNU dari 50 Perguruan Tinggi Bertemu di Bojonegoro

Silatnas kali ini mengusung tema “Memperkuat Kaderasasi di Kancah Perguruan Tinggi”. Ketua PC IPNU Bojonegoro M. Masluhan mengaku, para peserta dimungkinkan akan tiba di Kota Ledre Jumat (20/11) ini. Sebelum ke lokasi kegiatan, mereka akan berkumpul di kantor PCNU Bojonegoro.

"Bojonegoro menjadi tuan rumah, Silatnas yang pertama diadakan di Surabaya dan yang kedua di Jombang," jelasnya.

Pondok Pesantren Tegal

Mantan ketua Pimpinan Anak Cabang IPNU Kapas itu menjelaskan, setidaknya ada PKPT IPNU-IPPNU dari 50 perguruan tinggi yang hadir. Mereka terdiri dari ketua dan sekretaris serta simpatisan. "Selain sharing program, kegiatan Silatnas juga untuk memberikan rekomendasi ke Kongres IPNU-IPPNU di Boyolali, Desember mendatang," lanjutnya.

Ia menambahkan, mereka juga akan diberi materi kewirausahaan dan tentang akademik dari Pimpinan Wilayah (PW) IPNU Jawa Timur. "Terpenting acara ini menjadi silaturahim antarbanom NU di perguruan tinggi," pungkasnya. (M. Yazid/Mahbib)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Cerita, Berita Pondok Pesantren Tegal

Forum Lintas Iman Apresiasi NU Usung Islam Nusantara

Malang, Pondok Pesantren Tegal. Seiring dengan selesainya Muktamar Ke-33 NU di Jombang yang mengusung tema “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”, forum pegiat perdamaian Kota Malang kembali menggelar forum kedamaian lintas iman yang dikemas dalamkegiatan kongkow dan halal bi halal bertajuk “Islam Nusantara, Oleh-oleh Muktamar NU”.

Forum Lintas Iman Apresiasi NU Usung Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)
Forum Lintas Iman Apresiasi NU Usung Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)

Forum Lintas Iman Apresiasi NU Usung Islam Nusantara

Kegiatan dilaksanakan di Aula Rektorat Lantai 3 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang sekaligus bertepatan dengan giliran presidium muslim. Diikuti oleh beberapa perwakilan presidium yang tergabung dalam Perempuan Antar-Umat Beragama (PAUB) Kota Malang, Gusdurian Malang, Jama’ah Waqiah Malang dan beberapa komunitas perempuan yang lain.

Dalam sambutannya, Sri Jatmiko sebagai ketua presidium PAUB Kota Malang menyebutkan, kegiatan sejenis ini penting untuk terus dilakukan mengingat kerukunan umat beragama selalu dibutuhkan di masyarakat. Maka dari itu, sejak didirikan pada tahun 2004, PAUB menetapkan motto “Sehati dalam Keberbedaan”. Sedangkan Hj Mufidah Ch dalam sambutannya sebagai presidium dari komunitas muslim mengenalkan perwakilan yang hadir pada forum tersebut, serta memberikan sambutan dan ucapan terima kasih mewakili civitas akademik UIN Maliki Malang.

Pondok Pesantren Tegal

Forum kali ini juga menghadirkan Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Malang KH M Isroqunnajah (Gus Is) sebagai narasumber dan dimoderatori oleh Mohamad Mahpur dari Lakpesdam Kota Malang.

Pondok Pesantren Tegal

Di hadapan para peserta tersebut, Gus Is mengatakan, terminologi Islam Nusantara bukanlah terminologi? baru atau madzhab baru. Ia sengaja dimunculkan kembali dalam situasi keberagaman masyarakat Indonesia.

“Islam Nusantara dihadirkan sebagai dalam wajah Nusantara yang memiliki makna berdiri di atas persaudaraan kemanusiaan, persaudaraan kebangsaan, dan persaudaraan keislaman,” ujarnya. Berbagai respon positif bermunculan dari peserta khususnya yang nonmuslim mengenai apa itu Islam Nusantara yang diusung oleh Nahdlatul Ulama.

Kegiatan ini dimulai pukul 13.30 Wib dan selesai pukul 16.40 WIB. Pertemuan rutin ini diselenggarakan dua bulanan dengan tema beragam. (Abdur Rahim Idung/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Santri, Ubudiyah Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 15 April 2017

IPNU dan IPPNU Sumedang Bangun Basis di Tanjungmedar

Sumedang, Pondok Pesantren Tegal. Pengurus Pimpinan Cabang IPNU dan IPPNU Sumedang membentuk kepengurusan anak cabang pelajar NU untuk kecamatan Tanjungmedar kabupaten Sumedang. Pembentukan kepengurusan ini diiringi dengan makesta sebagai kaderisasi pelajar NU tingkat dasar di pesantren Miftahul Falah Cirendang pada Sabtu-Ahad (11-12/4).

IPNU dan IPPNU Sumedang Bangun Basis di Tanjungmedar (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU dan IPPNU Sumedang Bangun Basis di Tanjungmedar (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU dan IPPNU Sumedang Bangun Basis di Tanjungmedar

Sebanyak 40 remaja yang terdiri atas mahasiswa, pelajar, dan santri yang tersebar di berbagai desa di kecamatan Tanjungmedar mengikuti makesta sebagai syarat keanggotaan IPNU-IPPNU.

Antusias peserta ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang sangat membantu mereka untuk lebih mengenal IPNU-IPPNU juga NU itu sendiri.

Pondok Pesantren Tegal

Sekretaris tim kaderisasi IPNU Sumedang Fachryzal Fauzi mengatakan bahwa selain memperkuat basis massa di tingkat bawah, kegiatan ini juga sebagai tahap awal kaderisasi anak muda NU yang pada nantinya merupakan penerus para kiai sekarang di masa mendatang.

Pondok Pesantren Tegal

“Kita di sini mendidik calon anggota IPNU-IPPNU agar menjadi pemuda yang loyal terhadap NU, agar di masa mendatang NU memiliki sumber daya manusia yang memadai,” terang Fachry.

Di akhir makesta, pemilihan ketua dan pembentukan pengurus anak cabang IPNU-IPPNU Tanjungmedar dilangsungkan. Terpilihlah Maksum Hidayatulloh sebagai ketua IPNU dan Ai Siti Nurjanah sebagai ketua IPPNU Tanjungmedar untuk periode 2015-2017.

Tampak hadir pada penutupan Sekretaris MWCNU Tanjungmedar Solihin, Sekretaris IPNU Sumedang Saepul Hamdan, dan Ketua IPPNU Sumedang Irma Riki Siti Asiah.

Dalam sambutan, Saepul menyakinkan para anggota baru bahwa IPNU-IPPNU adalah organisasi yang tepat untuk mengembangkan potensi pelajar.

“Rekan dan rekanita sudah benar memilih organisasi. Jadikanlah IPNU dan IPPNU sebagai kendaraan untuk menggali segala potensi yang ada pada diri kalian, semoga semua cita-cita kalian bisa diwujudkan melalui IPNU dan IPPNU,” kata Saepul. (Ayi Abdul Kohar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Fragmen, Quote, IMNU Pondok Pesantren Tegal

Rais Suriyah MWCNU Wafat, Bupati Jepara Berbela Sungkawa

Jepara, Pondok Pesantren Tegal. KH Miftah Abu, Rais Syuriah MWCNU Pecangaan meninggal dunia, di RSUD Kartini Jepara, Sabtu (03/10) kemarin. Wafatnya tokoh NU Jepara mendapat ucapan bela sungkawa dari banyak kalangan, utamanya bupati Jepara.

Dalam sambutannya mewakili pemerintah daerah, Bupati Jepara H Ahmad Marzuqi merasa kehilangan salah satu keping dari Jepara. “Ujian agung yang diturunkan kepada kita harus kita hadapi dengan sabar,” katanya kepada ribuan pentakziyah yang memadati rumah duka di Karangrandu, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah, Ahad (04/10) pagi.

Rais Suriyah MWCNU Wafat, Bupati Jepara Berbela Sungkawa (Sumber Gambar : Nu Online)
Rais Suriyah MWCNU Wafat, Bupati Jepara Berbela Sungkawa (Sumber Gambar : Nu Online)

Rais Suriyah MWCNU Wafat, Bupati Jepara Berbela Sungkawa

Kepada keluarga yang ditinggalkan, ia berharap agar estafet perjuangan diteruskan oleh anak-anaknya. KH Makmun Abdullah Hadziq mewakili shahibul musibah menambahkan, sosok Kiai Miftah bagi dia merupakan suri tauladan yang hanya memikirkan umat.

Pondok Pesantren Tegal

Pada Muktamar NU di Jombang ke 33 lalu, meski usianya sudah sepuh namun almarhum masih mengikuti kegiatan lima tahunan NU ini.? “Kiai Miftah perlu kita contoh. Momen itu merupakan napak tilas perjuangan beliau. Beliau adalah pejuang yang ikhlas,” tutur pengasuh pesantren Balekambang Jepara.

Ketua PCNU Jepara, KH Asyhari Samsuri menyebut A’wan Rais Syuriah PCNU Jepara ini sosok yang ikhlas, merakyat dan qanaah. “Dengan kembalinya almarhum keharibaan Allah merupakan duka bagi warga NU Jepara,” paparnya.

Pondok Pesantren Tegal

Kiai Asyhari berharap NU sanggup untuk meneruskan perjuangan-perjuangannya. Sedangkan KH Kamil Ahmad, Rais Syuriah PCNU Jepara mengharapkan keluarga yang ditinggalkan tetap tabah dalam menghadapi musibah.? KH Miftah Abu meninggal dalam usia 75 tahun. Meninggalkan 1 istri Maslihah dan 5 anak Ahmad Sahil, Yusrotun, M. Sahal, Anas Maimun dan Anizah. Almarhum dikebumikan di maqbarah belakang masjid Baiturrahim Desa Karangrandu, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara. (Syaiful Mustaqim/Mahbib)

Foto: KH Miftah Abu, Rais Syuriah MWCNU PecangaanKH Miftah Abu, Rais Syuriah MWCNU Pecangaan

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal News, Bahtsul Masail, Anti Hoax Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 14 April 2017

Hinaan kepada Ulama adalah Benih Kerusakan

Pamekasan, Pondok Pesantren Tegal

Kehancuran besar akan terjadi ketika hinaan sudah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Sebab, hinaan adalah benih kerusakan.

Demikian penegasan Ketua MWCNU Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan, Kiai Zainul Waqud saat memberi sambutan dalam pelantikan Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Pakong Pamekasan di halaman lembaga pendidikan Nurut Taqwa, Sabtu (17/12).

Hinaan kepada Ulama adalah Benih Kerusakan (Sumber Gambar : Nu Online)
Hinaan kepada Ulama adalah Benih Kerusakan (Sumber Gambar : Nu Online)

Hinaan kepada Ulama adalah Benih Kerusakan

"Jangan sampai menghina para ulama, habaib, pejabat lewat media sosial manakala pemikiran atau sikapnya tidak sesuai dengan isi hati kita," terangnya.

Pondok Pesantren Tegal

Diterangkan, saat ini sudah ada Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. PBNU dan Kapolri telah teken kontrak dalam menyikapi ujaran kebencian.

Pondok Pesantren Tegal

"Setiap penghinaan di medsos bisa berujung pada gelar perkara di pengadilan. Hati-hatilah, terutama para pemuda dan remaja yang lekat dengan medsos," paparnya.

Kiai Zainul Waqud menambahkan, NU tidak pernah ekstrem kiri dan tidak ekstrem kanan. Tapi,? moderat (tawasuth); menyikapi persoalan tidak secara gegabah.

Dalam kesempatan itu, ia berpesan kepada para pengurus GP Ansor Pakong agar menjadi benteng empat pilar kebangsaan, yaitu, Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI.

"Kalau ada yang merongrong, kita tumpas bersama-sama tanpa kekerasan," tukasnya. (Hairul Anam/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Jadwal Kajian, Kyai, Ubudiyah Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 11 April 2017

Perihal Penyebutan Nama Allah

Oleh Rusdi Mathari*

Di sebuah grup WhatsApp, seorang kawan telah menegur kawan lainnya karena menulis “4JJI” untuk menyebut “Allah.” Alasan yang menegur, “4JJI” berbeda artinya dengan “Allah.” Dia meminta yang bertanya perbedaannya, agar bertanya pada kawan yang lain lagi yang dianggapnya lebih mengerti dan berkompeten untuk urusan semacam itu.

Perihal Penyebutan Nama Allah (Sumber Gambar : Nu Online)
Perihal Penyebutan Nama Allah (Sumber Gambar : Nu Online)

Perihal Penyebutan Nama Allah

Diskusi agak memanas, dan saya lalu teringat pertanyaan istri saya untuk perkara yang sama.

Apa yang disebut sebagai “Allah” oleh terutama orang-orang Islam, sebetulnya hanya istilah yang dibuat untuk menyebut sesuatu yang luar biasa (maha) di luar dirinya. Tapi karena berbagai alasan, banyak orang kemudian percaya bahwa orang-orang Islam menyembah Allah yang berbeda dari Allah orang-orang Kristen dan Yahudi.

Pondok Pesantren Tegal

Sebuah anggapan yang sebetulnya sama sekali keliru, karena sesungguhnya tidak ada keraguan seorang Muslim adalah menyembah Allah yang juga disembah oleh Nuh, Ibrahim, Musa, Daud, Yesus, dan Muhammad (shalawat dan salam untuk mereka semua).Bahwa orang-orang Yahudi, Kristen dan Islam kemudian memiliki konsep yang berbeda tentang Allah, tentu benar adanya.

Orang Islam, seperti halnya orang Yahudi misalnya, menolak kepercayaan Trinitas dan Inkarnasi Ilahi dari ajaran Kristen. Akan tetapi penolakan itu tak lalu, masing-masing penganut dari tiga agama menyembah Tuhan yang berbeda karena Allah hanya satu. Yahudi, Kristen dan Islam adalah kepercayaan yang mendaku sebagai “Agama Ibarahim” (Abrahamic Faith), dan ketiganya diklasifikasikan sebagai “monoteistik.”

Pondok Pesantren Tegal

Realitasnya, ada sebagian penganut Yahudi dan Nasrani yang kemudian selalu ingin membuat orang percaya, bahwa “Allah” adalah sebutan untuk para “dewa” orang Arab (silakan baca: The Moon-god Allah in the Archeology of the Middle East), dan Islam adalah benar-benar sesuatu yang “lain,” yang berbeda, dan tidak memiliki akar yang sama dengan Yahudi dan Kristen.

Tentu argumen semacam itu menggelikan, sebab dengan menganggap umat Islam menyembah “Allah” yang berbeda (karena mereka mengatakan “Allah”) adalah sama tidak logisnya dengan pendapat yang mengatakan, orang-orang Prancis menyembah Allah yang lain karena mereka menyebut “Dieu.” Orang-orang berbahasa Spanyol juga menyembah Allah yang berbeda karena berseru “Dios.” Atau mereka yang berbahasa Ibrani menyembah Allah yang tidak sama, karena mereka kadang-kadang memanggil Allah dengan sebutan “Yahweh.”

Sebagian yang lain lalu mengatakan, tentang “Allah” adalah bukan sekadar soal logika, dan itu problemnya. Sebab mereka yang mendaku setiap satu bahasa hanya menggunakan kata yang benar untuk menyebut Allah, sama artinya dengan menyangkal universalitas pesan Tuhan kepada umat manusia, untuk segala suku dan bangsa melalui para nabi yang berbicara dalam bahasa yang berbeda. Dan hanya sedikit orang yang paham, tentang Allah sesungguhnya adalah kata yang sama dalam bahasa Arab yang digunakan orang-orang Kristen dan Yahudi untuk menyebut Allah.

Tengoklah Alkitab (Injil) berbahasa Arab, maka di sana akan tertera kata “Allah” digunakan seperti halnya “Allah” digunakan dalam bahasa Inggris: “Allah” adalah kata dalam bahasa Arab dan sama dengan kata dalam bahasa Inggris “God” dengan huruf “G.” Kata “Allah” itu pun bahkan tidak dapat dibuat jamak.

Lihatlah kata “El” dalam bahasa Aram yang adalah kata untuk Tuhan ketika Yesus berbicara, niscaya lebih mirip pengucapannya dengan kata “Allah” dibandingkan dari kata “God” dalam bahasa Inggris. Itu pula berlaku untuk berbagai macam kata untuk menyebut Tuhan dalam bahasa Ibrani: “El” dan “Elah,” atau “Elohim” (dimuliakan) itu.

Alasan kesamaan itu, karena baik bahasa Aram, Ibrani dan Arab adalah bahasa yang berasal-usul sama yaitu bahasa Semit.

Dalam bahasa Arab, kata “Allah” pada dasarnya sama dengan kata “Ilah” yang artinya Tuhan, dan karena itu makna dari kata “Allah” adalah juga sama dengan makna dari kata “Ilah.”

Perbedaan mutlak kedua kata tersebut terletak pada penggunaannya.Dalam bahasa Arab, kata “Ilah” dikenal sebagai bentuk mufrad (umum) dan bersifat jamak dengan kata aalihat, sementara kata “Allah” adalah nama khusus dan tidak mempunyai bentuk jamak.

Ucapan seperti “Ya Ilahi” atau “Ya Allah” menunjukkan, tidak ada perbedaan antara kata “Allah” dan “Ilah” kecuali yang satu (“Allah”) digunakan hanya untuk makna khusus, dan yang lain (“Ilah”) lebih digunakan untuk yang bersifat umum. Dalam buku “Tauhid dan Syirik,” Syrekh Ja’far Subhani bahkan menyebut kedua kata itu memiliki persamaan yang lebih dekat, sebab berasal dari satu akar kata yang sama.

Kalau kemudian ada kekhususan makna dari kata “Allah” seperti yang sejauh ini disebut oleh kaum Muslim, hal itu tak lain karena kebiasaan orang-orang Arab yang selalu menggunakan lafal “Al Ilah.” Penambahan kata “al” pada “Ilah” dimaksudkan untuk menunjuk sesuatu yang telah dikenal dalam pikiran (isyarah dzihniyah). Dalam kitab “Majma’ul Bayan Jilid 9,” Al Thabarsi menerangkan, huruf “i” pada “Al Ilah” kemudian menjadi hilang dalam percakapan sehari-hari, sehingga “Al ilah” diucapkan sebagai “Allah.”

Penjelasan yang kurang lebih sama tentang asal usul penyebutan nama “Allah” juga diungkapkan Thabarsi dalam “Majma’ul Bayan Jilid 1”. Mengutip pendapat Imam Sibawaih (pakar gramatikal tentang asal-usul lafal “Allah”) Thabarsi menjelaskan, perubahan dari “Ilah” menjadi “Allah” disebabkan penisbian atau peluluhan huruf “hamzah” di atas huruf “i” (alif), sehingga menjadi al ma’rifah, yang tak bisa dipisahkan.

Maka ketika menyebut “Ya Allah,” pengucapannya bukan “Yallah” melainkan “Ya Allah.” Seandainya tidak ada huruf “hamzah” dalam kata aslinya, menurut Thabarsi, niscaya pengucapan “hamzah” tidak dibenarkan sebagaimana dalam kata-kata lainnya.

Tentang “Allah” yang berasal dari kata “Ilah” dengan menghilangkan huruf “hamzah” dan menggantinya dengan kata “al” juga dijelaskan oleh Ar Raghib di buku “Al Mufradat.” Dalam pandangan Ar Raghib, sebutan “Allah” dikhususkan bagi nama Allah sebagai wajibul wujud, atau zat mutlak yang wajib ada.

Bisa dimengerti karena itu, para ahli tauhid memaknai “Allah” dan “Ilah” sebagai makna yang satu, yaitu Tuhan. Namun menurut sebagian ahli tafsir, dalam kalimat tauhid “laa ilaha illallah” kata “Ilah” mempunyai makna ma’bud (yang disembah) dan karena itu penggunaan maknanya harus disertai penjelasan bihaqqin (secara benar).

Maka kalimat “Tidak ada Tuhan selain Allah” maknanya adalah “Tidak ada Tuhan yang wajib disembah secara hak kecuali Allah.”

Problemnya: banyak penganut agama Samawi, belum mengerti tentang asal-asal istilah dan sebutan “Allah,” sehingga banyak di antara mereka lalu saling mendaku soal Allah. Orang-orang Islam di sini, bahkan menuliskan “Allah” dengan “Alloh.” Alasannya bermacam-macam.

Sebagian menganggap, pengucapan “Allah” dengan “lah” tebal menyulitkan banyak orang mengucapkannya, dan untuk mempermudah dan agar mendekati pengucapan yang seharusnya, maka digantilah tulisan “Allah” dengan “Alloh.” Dan itulah rancunya, karena bahasa Arab, tidak mengenal vokal e dan o, kecuali hanya tiga vokal: fathah (a), kasrah (i) dan dammah (u).

Aneh rasanya, “Allah” kemudian ditulis “Alloh” apalagi diucapkan menjadi “Al-loh,” atau “rahman” ditulis “rohman” dan diucapkan “roh-man,” dan sebagainya, sebab tidak ada dasar bahasanya kecuali hanya dicari-cari. Itu sama dengan menuliskan “Jos” untuk pengganti “George,” atau “Nyu Yok” untuk “New York.” Dampaknya, kemudian berkembang juga penulisan “Awloh,” “Awoh,” dan sebagainya, yang jauh lebih ngawur dan berkesan olok-olok.

Muncul kemudian penulisan “4JJI” yang dipersoalkan dalam satu grup di WhatsApp itu. Mungkin maksudnya untuk memudahkan dan tidak terjebak dengan penulisan “Alloh,” tapi tulisan itu, hanya mendekat-dekatkan atau memirip-miripkan dengan tulisan “Allah” dalam bahasa Arab yang terdiri dari huruf alif, lam, lam dan ha. Dan karena disusun dengan huruf Latin, tulisan “4JJI” semestinya dibaca “empat-je-je-i” bukan “Al-lah.”

Alasan dari sebagian yang lain malah lebih ekstrem. Sengaja “Allah” dituliskan “Alloh”, karena alasan untuk membedakan “Allah” dalam Islam dan “Allah” yang disebut oleh kaum Nasrani. Allah lalu diklaim hanya milik agama tertentu, dan agama lain tak boleh memilikinya.

Itu misalnya pernah terjadi di Malaysia, ketika pemerintah dan ulama di sana melarang penggunaan “Allah” oleh orang Nasrani. Mereka menganggap tak satu manusia pun yang tidak memiliki pandangan keimanan yang sama dengan mereka, layak dan pantas menyebut “Allah.” “Allah” adalah milik mereka, kendati mereka juga tidak paham, siapa Allah dan mengapa harus disebut “Allah.”

Sungguh dengan semua nama dan sebutan “Allah,” manusia sesungguhnya tak bisa mengetahui hakikat Allah, kecuali hanya sedikit orang. Nama-nama, istilah atau apa pun sebutan yang ditujukan untuk menyebut Allah, hanyalah salah satu cara manusia untuk mengenal Allah. Dan di balik semua nama dan istilah itu, Allah adalah Allah, dan hanya Allah yang tahu akan Allah. Bukan manusia.

* Jurnalis. Anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Tinggal di Jakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul, Meme Islam Pondok Pesantren Tegal

Temukan Uang 100 Juta, Tindakan Banser Sukoharjo Ini Patut Ditiru

Sukoharjo, Pondok Pesantren Tegal



Di zaman saat ini, terdapat anggapan umum yang mengatakan susah untuk menemukan orang jujur dan amanah. Namun, anggapan tersebut terbantahkan oleh Subandi, seorang anggota Banser dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Belum lama ini, ia melakukan sebuah tindakan yang patut ditiru. Ketua PC GP Ansor Sukoharjo Sahid Mubarok mengisahkan peristiwa tersebut. “Ceritanya Subandi anggota Banser kami, kemarin dia menemukan sebuah tas yang berisi uang Rp 100 juta,” terang Sahid saat ditemui Pondok Pesantren Tegal, Kamis (10/8).

Temukan Uang 100 Juta, Tindakan Banser Sukoharjo Ini Patut Ditiru (Sumber Gambar : Nu Online)
Temukan Uang 100 Juta, Tindakan Banser Sukoharjo Ini Patut Ditiru (Sumber Gambar : Nu Online)

Temukan Uang 100 Juta, Tindakan Banser Sukoharjo Ini Patut Ditiru

Lebih lanjut diterangkan Sahid, pemilik tas tersebut yang ternyata seorang pedagang sapi, tengah mampir di sebuah SPBU di daerah Begajah, untuk mengisi bensin. Tas yang berisi uang ratusan juta itu, tertinggal setelah sang pemilik pergi ke toilet.

Sifat jujur yang dimiliki Subandi, yang kemudian memutuskan untuk mengembalikan tas tersebut kepada sang pemilik. Selang satu jam setelah ditunggu, muncul orang yang mengaku memiliki tas tersebut. “Tas tersebut dikembalikan lengkap tanpa berkurang apa pun,” ungkap Sahid.

Pondok Pesantren Tegal

Atas sifat jujur yang dimiliki Subandi, Sahid pun memberikan apresiasi yang besar kepada dia. “Kita ucapkan terima kasih kepada Mas Bandi, yang telah menunjukkan contoh kejujuran. Semoga menjadi amal salehnya dan menjadi jalan dimudahkan rezekinya,” pungkas Sahid. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Ahlussunnah Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 06 April 2017

Semangat Muslimat NU daerah Perbatasan Ikuti Kongres

Karimun, Pondok Pesantren Tegal?

Perhelatan akbar Kongres Muslimat NU ke-17 diselenggarakan di Asrama Haji Pondok Gede tanggal 24 sampai dengan 27 November ini. Berkaitan dengan hal tersebut, Pimpinan Cabang Muslimat NU Kabupaten Karimun memberangkatkan 34 anggotanya ke arena kongres.

Semangat Muslimat NU daerah Perbatasan Ikuti Kongres (Sumber Gambar : Nu Online)
Semangat Muslimat NU daerah Perbatasan Ikuti Kongres (Sumber Gambar : Nu Online)

Semangat Muslimat NU daerah Perbatasan Ikuti Kongres

"Hari ini (Rabu 23/11) dari kita berjumlah 34 orang berangkat ke Jakarta," ujar Nyimas Novi Ujiani ketua Pimpinan Cabang Muslimat NU Kabupate Karimun.

Dari jumlah yang berangkat tersebut, lanjut Nyimas, bahwa 1 orang utusan, 2 orang peninjau dan selebihnya penggembira.

Pondok Pesantren Tegal

Meskipun banyak penggembira yang ikut, bukan berarti mereka selama di Jakarta tanpa aktivitas. Mereka diwajibkan pengurus untuk mengikuti seminar maupun kegiatan yang sifatnya keilmuan. Sehingga nantinya dapat di terapkan di Karimun.

"Meskipun banyak penggembira bukan berarti mereka diam. Di sana nanti banyak kegiatan seperti seminar masalah keagamaan, kesehatan wanita, sosial dan banyak lagi. Mereka harus ikut agar nantinya dapat di terapkan di kampung" ujar Nyimas menambahkan.

Dengan banyaknya anggota yang ikut, di harapkan semakin bertambah ilmu dan pengalaman anggota Muslimat NU Kabupaten Karimun.

"Kami di pulau sangat terbatas pengetahuan dan kemajuan Muslimat NU secara keseluruhan. Dan ini kesempatan anggota untuk belajar," tandasnya.

Pondok Pesantren Tegal

Mengenai transportasi dan akomodasi selama di Jakarta, seluruh biaya ditanggung oleh pengurus Muslimat yang diperoleh dari hasil saweran.

Selama Muslimat NU di Kabupaten Karimun dipimpin oleh Nyimas Novi Ujiani mengalami kemajuan yang signifikan. Selain berbagai kegiatan dilaksanakan, Muslimat NU disana saat ini telah memiliki lembaga pendidikan untuk anak usia dini.

Dengan mengangkat tema "Dengan Semangat Islam Nusantara Kita Wujudkan Islam Damai Sejahtera", kongres Muslimat NU nanti dijadwalkan akan dibuka oleh Presiden RI Ir. Joko Wododo. (Sularno Menot/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Tegal Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 05 April 2017

Maulid Nabi atau Maulud Nabi? Ini Penjelasan Kiai Said

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal?

Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 bulan Rabiul Awwal diperingati umat Islam Indonesia dan di negara-negara lain. Istilah kegiatan tersebut, sebagian orang menyebutnya “maulid”. Sebagian lagi “maulud”. Maulid nabi atau maulud nabi? Mana yang benar?

“Dua-duanya benar,” tegas Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pada peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW di halaman gedung PBNU, Jakarta, Sabtu malam (3/12).?

Maulid Nabi atau Maulud Nabi? Ini Penjelasan Kiai Said (Sumber Gambar : Nu Online)
Maulid Nabi atau Maulud Nabi? Ini Penjelasan Kiai Said (Sumber Gambar : Nu Online)

Maulid Nabi atau Maulud Nabi? Ini Penjelasan Kiai Said

Menurut kiai asal Cirebon, Jawa Barat tersebut, ketika sebagian orang menyebut maulid nabi, berarti yang dihormati adalah hari kelahirannya. Sementara ketika menyebut maulud berarti isim maf’ul. Dengan demikian yang diperingati, dimuliakan adalah bayi yang dilahirkan, yaitu Nabi Muhammad SAW.?

“Dua-duanya boleh,” ungkapnya lagi.?

Sampai berita ini ditulis ceramah Kiai Said masih berlangsung di hadapan hadirin yang memenuhi halaman dan masjid An-Nahdlah. Hadir pada kesempatan tersebut Bendahara Umum PBNU Bina Suhendra, Ketua PBNU H Aizuddin Abdurrahman, Katib Syuriyah KH Nurul Yaqin Ishaq danH Sa’dullah Affandy, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Imam Pituduh dan H Andi Najmi, Ketua LD PBNU KH Maman Imanul Haq Faqih, dan lain-lain. (Abdullah Alawi)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ahlussunnah, Nahdlatul, Doa Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 04 April 2017

Sejumlah Isyarat Prakelahiran Nabi Muhammad

Riwayat Nabi Muhammad dapat dipaparkan dari sejumlah masa di antaranya masa prakelahiran, masa prakenabian, dan masa kenabian. Tulisan singkat ini bermaksud menjelaskan riwayat Nabi dari masa prakelahiran. Al-Qur’an menegaskan bahwa para nabi telah pernah diangkat janjinya untuk percaya dan membela Nabi Muhammad SAW.

"Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dan para Nabi, Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul (Muhammad) yang membenarkan kamu, niscaya kamu sungguh-sungguh akan beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman, Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku yang demikian itu? Mereka menjawab, Kami mengakui." (QS Ali Imran [3]: 81)

Dalam kaitan ini, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Demi (Allah) yang jiwaku berada pada genggaman-Nya, seandainya Musa a.s. hidup, dia tidak dapat mengelak dan mengikutiku." (HR Imam Ahmad)

Sejumlah Isyarat Prakelahiran Nabi Muhammad (Sumber Gambar : Nu Online)
Sejumlah Isyarat Prakelahiran Nabi Muhammad (Sumber Gambar : Nu Online)

Sejumlah Isyarat Prakelahiran Nabi Muhammad

Tidak jelas kapan dan bagaimana perjanjian yang disinggung ayat tersebut. Setidaknya, ia mengisyaratkan bahwa Allah SWT telah merencanakan sesuatu untuk Nabi Muhammad SAW, jauh sebelum kelahiran beliau.

Karena itu pula sementara pakar menyatakan bahwa kematian ayah beliau sebelum kelahiran, kepergiannya ke pedesaan menjauhi ibunya, serta ketidakmampuannya membaca dan menulis merupakan strategi yang dipersiapkan Tuhan kepada beliau untuk dijadikan utusan-Nya kepada seluruh umat manusia kelak.

Pondok Pesantren Tegal

Bahkan ulama lain meyakini bahwa pemilihan hal-hal tertentu berkaitan dengan beliau bukanlah kebetulan. Misalnya bulan lahir, hijrah, dan wafatnya pada bulan Rabiul Awal (musim bunga). Nama beliau Muhammad (yang terpuji), ayahnya Abdullah (hamba Allah), ibunya Aminah (yang memberi rasa aman), kakeknya yang bergelar Abdul Muththalib bernama Syaibah (orang tua yang bijaksana), sedangkan yang membantu ibunya melahirkan bernama Asy-Syifa (yang sempurna ? dan ? sehat), serta yang menyusukannya adalah Halimah As-Sadiyah (yang lapang dada dan mujur).

?

Semuanya mengisyaratkan keistimewaan berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW. Makna nama-nama tersebut memiliki kaitan yang erat dengan kepribadian Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur’an surat Al-Araf [7]: 157 juga menginformasikan bahwa Nabi Muhammad SAW pada hakikatnya dikenal oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Hal ini antara lain disebabkan mereka mendapatkan (nama)-nya tertulis di dalam Taurat dan Injil (QS. Al-Araf [7]: 157).

Pondok Pesantren Tegal

Menurut pakar agama Islam, yang ditegaskan oleh Al-Quran itu, dapat terbaca antara lain dalam Perjanjian Lama, Kitab Ulangan 33 ayat 2:

"...bahwa Tuhan telah datang dari Torsina, dan telah terbit untuk mereka itu dari Seir, kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran."

Pemahaman mereka berdasarkan analisis berikut, "Gunung Paran" menurut Kitab Perjanjian Lama, Kejadian ayat 21, adalah tempat putra Ibrahim -yakni Nabi Ismail- bersama ibunya Hajar memperoleh air (Zam-Zam).

Ini berarti bahwa tempat tersebut adalah Makkah, dan dengan demikian yang tercantum dalam Kitab Ulangan di atas mengisyaratkan tiga tempat terpancarnya cahaya wahyu Ilahi: Thur Sina tempat Nabi Musa a.s., Seir tempat Nabi Isa a.s., dan Makkah tempat Nabi Muhammad SAW. Sejarah membuktikan bahwa beliau satu-satunya Nabi dari Makkah.

?

Karena itu pula wajar jika Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 146 menyatakan bahkan mereka itu mengenalnya (Muhammad SAW), sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka, bahkan salah seorang penganut agama Yahudi yang kemudian masuk Islam, yaitu Abdullah bin Salam pernah berkata, "Kami lebih mengenal dan lebih yakin tentang kenabian Muhammad SAW daripada pengenalan dan keyakinan kami tentang anak-anak kami. Siapa tahu pasangan kami menyeleweng."

(Fathoni Ahmad)

Disarikan dari M. Quraish Shihab dalam buku karyanya “Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan Umat” (Mizan, 2000).

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Anti Hoax, Nahdlatul, Kajian Pondok Pesantren Tegal

Senin, 03 April 2017

KH Masruri Abdul Mughni Figur Murabbi Sejati

Nama lengkapnya adalah KH Muhammad Masruri Abdul Mughni. Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah Benda Sirampog, yang lebih dikenal Al Hikmah Bumiayu.? Masyarakat memanggilnya Abah Yai Masruri Mughni. Lahir di Desa Benda pada 23 Juli 1943, putra pertama dari dua bersaudara buah hati pasangan H Abdul Mughni dan Hj Maryam, Abah adalah cucu KH Kholil bin Mahalli, salah satu muassis (pendiri) Pesantren Al Hikmah.

Abah hidup di lingkungan pesantren yang didirikan oleh sang kakek. Sehingga sejak kecil ia mulai belajar agama langsung di bawah asuhan kakek yang dibantu KH. Suhaemi bin Abdul Mughni (keponakan KH. Kholil) di pesantren tersebut hingga usia 13 tahun. Ketika menginjak usia 14 tahun, tepatnya pada tahun 1957 ia mulai mondok di Pesantren Tasik Agung Rembang, di bawah asuhan KH Sayuti dan KH Bisri Mushtofa. Ia belajar di pesantren tersebut hanya sekitar dua tahun, yakni sampai tahun 1959.

Setelah itu ia hijrah ke Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, Jawa Timur, yang saat itu salah satu pengasuhnya adalah KH. Wahab Hasbullah tokoh penggerak Nahdlatul Ulama pada saat itu. Selain nyantri, ia juga aktif tabarukan atau mengaji di beberapa pesantren di Indonesia, seperti belajar pada Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari di Tebuireng Jombang.

KH Masruri Abdul Mughni Figur Murabbi Sejati (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Masruri Abdul Mughni Figur Murabbi Sejati (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Masruri Abdul Mughni Figur Murabbi Sejati

Sejak muda, Abah dikenal telah memiliki jiwa kepemimpinan dan selalu dituakan oleh orang- orang di sekitarnya. Di pesantren Tambak Beras dalam usia yang relatif muda, ia telah didaulat oleh para masyakikh untuk menjadi qori’ (pembaca kitab kuning untuk santri).

Menurut KH Mukhlas Hasyim, seorang guru penulis, pada saat itu Abah sebetulnya masih punya cita-cita ingin sekali melanjutkan nyantri di Pesantren di daerah Pacitan Jawa Timur dan Pesantren di daerah Magelang Jawa Timur. Hanya saja ketika itu, ia diminta kakeknya untuk segera pulang membantu mengajar di Pesantren Al Hikmah, karena pada saat itu sangat membutuhkan tenaga pengajar. Akhirnya keinginan tersebut tidak terlaksana, karena pada tahun tersebut juga, yakni tahun 1965 dalam usia 22 tahun ia dinikahkan dengan Adzkyah binti KH Kholil yang waktu itu masih berusia 18 tahun. Dan sejak saat itulah rutinitasnya adalah mengajar.

Figur Murobbi Sejati

Pondok Pesantren Tegal

Sejak pulang dari nyantri di Tambak Beras Jombang, setiap hari Abah harus berjalan kaki cukup jauh untuk mengajar, karena pada saat itu letak asrama dan kelas untuk mengaji sekitar 2 km. Kadang dalam satu hari ia harus pulang pergi beberapa kali untuk mengajar. Sampai pada akhirnya ada wali santri yang datang khusus ke ndalem menitipkan putri-putri mereka untuk belajar atau nyantri di ndalem, karena saat itu ia belum memiliki kamar atau asrama untuk santri. Atas saran dari guru di Tambak Beras Jombang akhirnya ia mendirikan Asrama Pesantren Putri yang sekarang dikenal dengan Pesantren Al Hikmah 2.

Dengan adanya santri yang tinggal di rumahnya, aktifitas mengajar Abah bertambah. Di samping di asrama lama yakni di komplek Masjid Jami’ desa Benda – yang sekarang Al Hikmah 1 – serta di ndalem. Namun setelah mulai agak sepuh dan sibuk dengan amanah umat yang diberikan kepada Abah seperti di Nahdlatul Ulama (NU), Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan organisasi lainnya, pengajian dilaksanakan di ndalem dan masjid An Nur Komplek Putri.

Dengan segudang kesibukan, Abah selalu istiqomah mengaji, walaupun dalam waktu yang cukup singkat. Ketika tidak ada kesibukan keluar, dari pagi sampai malam aktifitasnya diisi dengan kegiatan mengajar berbagai fan ilmu seperti tafsir, hadist, tasawuf, faraidl, mawaris, dan fan ilmu lainnya. Aktifitas tiap harinya ditutup dengan mengajar kitab tasawuf Ihya Ulumudin untuk santri senior sampai tengah malam. Dalam setiap pengajian, tak pernah terbersit sedikit pun kesan capek dan lelah dari seorang Abah. Meski baru sepulang dari bepergian sekalipun, Abah selalu terlihat bersemangat dalam membacakan kitab yang diajarkannya.

Dalam kesehariannya, Abah adalah seorang murabbi (pendidik) yang alim, murah senyum, pembawaanya luwes, memiliki tanggung jawab tinggi, dekat dengan semua orang dan penuh dengan keteladanan. Bagi Abah Yai, transformasi ilmu tak hanya sebatas teoritikal belaka, tapi setiap ilmu mesti diajarkan lewat keteladanan nyata. Para santri tiap hari menjadi saksi, bagaimana keteladanan sosok Abah dalam setiap sendi kehidupan. Abah selalu berupaya memberikan teladan pertama dalam setiap hal, besar ataupun kecil.

Abah adalah seorang yang tak pernah lelah berjuang untuk umat. Setiap detik waktu, ia gunakan untuk berjuang di jalan Allah. Di tengah padatnya jadwal, sebagai Rais Syuriah NU Jawa Tengah, pengurus Majelis Ulama Indonesia, Ketua MUI Brebes, dan ketua dewan pengawas Masjid Agung Jawa Tengah ( MAJT), Abah selalu mengedepankan keistiqomahan dalam mendidik para santrinya.

Pondok Pesantren Tegal

Abah seakan ingin memberikan teladan langsung bagi para santrinya tentang arti dan makna hidup yang sebenarrnya. Seperti yang sering disampaikan di depan ribuan para santrinya ”Innal Hayata ’Aqidatun Wajihadun”. Makna hidup adalah aqidah dan perjuangan. Aqidah Islam yang benar dan mesti diperjuangkan sepanjang hayat dengan mengisi kehidupan untuk mencari ridha Allah Subhanu Wata’ala semata.

Dalam tataran sosial kemasyarakatan, Abah adalah seorang yang memiliki pembawaan luwes, hangat, dan mampu dekat dengan semua orang. Setiap tamu yang datang di ndalem, jika Abah tidak sedang bepergian pasti ditemui. Abah menyambut para tamu dengan ramah dan penuh kehangatan pukul berapapun juga. Abah selalu berusaha bungahake (membuat senang) tamunya. Abah pun tak segan untuk mengajak setiap tamuanya bersantap bersama di meja makan, jika si tamu kebetulan datang di waktu Abah daharan (makan).

Dalam rangka mengawal keberadaan para alumni, setiap alumni yang sowan ke ndalem, termasuk penulis sering ditanya. Pertanyaan yang pertama disampaikan oleh Abah pasti “Dimana kamu sekarang? Mengajar dimana?” Bagi sebagian orang, pertanyaan ini mungkin sepele. Tapi, ibarat saripati, pertanyaan itu merupakan saripati kehidupan seorang Abah Kiai. Pertanyaan itu menunjukkan betapa ia tak menomorsatukan kesuksesan materi santrinya, ia justru mendorong santrinya untuk pertama-tama melakukan perubahan sosial dengan melakukan sesuatu yang paling mungkin dan paling dekat, yakni mengajar.

Sikap seperti inilah yang sejatinya dimiliki oleh para Kiai, ustadz, guru, dan para pengajar atau pendidik lainnya. Sehingga kalau penulis bisa istilahkan sosok Abah Yai Masruri adalah seorang figur murobbi atau pendidik sejati, yakni figur yang betul-betul mengabdikan hidup dan segala sesuatunya untuk ilmu, santri, dan umat. Sebagai salah satu contoh lagi karena keinginannya yang tinggi untuk terus mengembangkan pesantren, ia tidak pernah mengambil segala bentuk honor yang didapat. Semua dikumpulkan untuk dipergunakan pembangunan Pondok Pesantren. Subhanallah.

Sang Murabbi Sejati dipanggil ke haribaan Allah Swt, Ahad pagi 20 Nopember 2011 di Arab Saudi dalam usia 68 tahun. Setelah dishalati di Masjid Nabawi selepas shalat shubuh, atas permintaan Abah sendiri jenazah disemayamkan di komplek pemakaman Baqi’ di dekat masjid Nabawi bersama istri, para sahabat Rasulullah dan para masyayikh.

?

Ismail Ridlwan

Mahasiswa Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang dan muqim di Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 02 April 2017

PMII UPI Gelar Mapaba Ke-5

Bandung, Pondok Pesantren Tegal. Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia (PK PMII UPI) mengadakan Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) ke-5 di gedung PWNU Jawa Barat, mulai Jumat-Ahad, (22-24/3).

PMII UPI Gelar Mapaba  Ke-5 (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII UPI Gelar Mapaba Ke-5 (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII UPI Gelar Mapaba Ke-5

Menurut Ketua Komisariat PMII UPI M. Ridwan Hidayatulloh Mapaba bertema “Membentuk anggota PMII yang ulul albab di segala bidang” bertujuan? untuk mengusung ideologi Ahlu Sunnah wal-Jamaah. Tidak hanya itu, tapi dijadikan manhajul fikr serta manhajul harokah.

“Harapannya semoga para peserta tersebut senantiasa bergerak berlandas keindonesiaan dan keislaman di kampusnya masing-masing,” katanya melalui pers rilis yang dikirim kepada Pondok Pesantren Tegal, Ahad, (24/3).

Pondok Pesantren Tegal

Pada gilirannya, dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, berbangsa dan bernegara.

Ridwan juga berharap semoga dengan Mapaba ini dapat membentuk kader-kader PMII yang militan, progres, dan dapat melanjutkan estafeta kepengurusan PMII di masa yang aka datang.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara Ketua Pelaksana Mapaba Surya Dienullah Al Bandani mengatakan, jenjang pertama memasuki organisasi yang didirikan 17 April 1960 itu diikuti 32 orang. Mereka berasal dari beberapa kampus, diantaranya UPI, Poltek Praktisi, dan UIN Sunan Gunung Djati.

Lebih jauh ia memaparakan, Mapaba yang diikuti rata-rata mahasiswa tingkat awal tersebut diisi dengan memperkenalkan dunia intelektual dan dinamika pemikiran.



Penulis: Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pertandingan, Budaya Pondok Pesantren Tegal