Rabu, 31 Januari 2018

Bupati Brebes dan Forkompinda Safari Ramadhan

Brebes,Pondok Pesantren Tegal. Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE beserta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) melakukan Safari Ramadhan di sejumlah masjid se Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Pada Senin malam (30/6) bupati melakukan kegiatan tersebut di Masjid Al Ikhlas desa Pabuaran Kecamatan Salem.

Bupati Brebes dan Forkompinda Safari Ramadhan (Sumber Gambar : Nu Online)
Bupati Brebes dan Forkompinda Safari Ramadhan (Sumber Gambar : Nu Online)

Bupati Brebes dan Forkompinda Safari Ramadhan

“Nilai-nilai ibadah harus kita tambah di bulan yang penuh berkah, dan tarling ini mudah-mudahan bisa menjadi jembatan silaturahmi untuk menambah nilai ibadah kita kepada Allah SWT,” kata Idza Priyanti.

Bupati juga berharap pada Ramadhan tahun ini yang juga ada hajat pesta demokrasi, agar seluruh warga Kabupaten Brebes khususnya Kecamatan Salem supaya berbondong-bondong mencoblos pada 9 Juli mendatang di TPS masing-masing.

Pondok Pesantren Tegal

Sebab, kata dia, partisipasi masyarakat dalam pemilu akan membawa perbaikan kehidupan demokrasi di negara kita. “Jangan sampai golput, mari kita mencoblos pada 9 Juli mendatang dengan pilihan yang tepat sesuai dengan hati nurani,” tuturnya.

Sementara Camat Salem Urip Rosidik SIP berterima kasih atas kedatangan Bupati beserta rombongan dalam Safari Ramadhan. Kedatangan Bupati sangat berpengaruh positif terhadap gairah warga dalam beribadah dan bermasyarakat. Apalagi desa Pabuaran terletak di Kecamatan Salem yang sulit dijangkau dari Kota Brebes.

Pondok Pesantren Tegal

Safari Ramadhan diisi dengan ceramah agama oleh seorang daiyah setempat, Hj Dedeh Hikmatusyadiyah. Dia menekankan pentingnya bulan Ramadhan yang penuh berkah, maghfirah dan minkum minanar. Keistimewaan Ramadhan tersebut, sulit dicapai kalau tidak ada ikhtiar yang dilakukan dengan ikhlas.

Namun akan mudah dilakukan, lanjutnya, kalau sebelumnya kita mematuhi segala perintah Allah SWT, Rosulullah SAW dan Pemimpin.

Safari Ramadhan diisi dengan pembagian sembako bagi keluarga tidak mampu, penyerahan bantuan Al-Quran dan Peralatan Ibadah dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Brebes, Buka Puasa Bersama, Shalat Maghrib, Isya dan Taraweh berjamaah.

Hadir dalam kesempatan tersebut Sekda Brebes H Emastoni Ezam SH MH, para Asisten, Kepala SKPD dan alim ulama serta ribuan umat muslim.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Brebes Narjo juga melakukan hal yang sama di Masjid Al Ittihad Jatibarang Lor, Kec Jatibarang Brebes. (wasdiun/abdullah alawi)

Bupati Brebes dan Forkompinda Safari Ramadhan

Brebes, Pondok Pesantren Tegal

Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE beserta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) melakukan Safari Ramadhan di sejumlah masjid se Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Pada Senin malam (30/6) bupati melakukan kegiatan tersebut di Masjid Al Ikhlas desa Pabuaran Kecamatan Salem.

?

“Nilai-nilai ibadah harus kita tambah di bulan yang penuh berkah, dan tarling ini mudah-mudahan bisa menjadi jembatan silaturahmi untuk menambah nilai ibadah kita kepada Allah SWT,” kata Idza Priyanti.

?

Bupati juga berharap pada Ramadhan tahun ini yang juga ada hajat pesta demokrasi, agar seluruh warga Kabupaten Brebes khususnya Kecamatan Salem supaya berbondong-bondong mencoblos pada 9 Juli mendatang di TPS masing-masing.

?

Sebab, kata dia, partisipasi masyarakat dalam pemilu akan membawa perbaikan kehidupan demokrasi di negara kita. “Jangan sampai golput, mari kita mencoblos pada 9 Juli mendatang dengan pilihan yang tepat sesuai dengan hati nurani,” tuturnya.

?

Sementara Camat Salem Urip Rosidik SIP berterima kasih atas kedatangan Bupati beserta rombongan dalam Safari Ramadhan. Kedatangan Bupati sangat berpengaruh positif terhadap gairah warga dalam beribadah dan bermasyarakat. Apalagi desa Pabuaran terletak di Kecamatan Salem yang sulit dijangkau dari Kota Brebes.

?

Safari Ramadhan diisi dengan ceramah agama oleh seorang daiyah setempat, Hj Dedeh Hikmatusyadiyah. Dia menekankan pentingnya bulan Ramadhan yang penuh berkah, maghfirah dan minkum minanar. Keistimewaan Ramadhan tersebut, sulit dicapai kalau tidak ada ikhtiar yang dilakukan dengan ikhlas.

?

Namun akan mudah dilakukan, lanjutnya, kalau sebelumnya kita mematuhi segala perintah Allah SWT, Rosulullah SAW dan Pemimpin.

?

Safari Ramadhan diisi dengan pembagian sembako bagi keluarga tidak mampu, penyerahan bantuan Al-Quran dan Peralatan Ibadah dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Brebes, Buka Puasa Bersama, Shalat Maghrib, Isya dan Taraweh berjamaah.

?

Hadir dalam kesempatan tersebut Sekda Brebes H Emastoni Ezam SH MH, para Asisten, Kepala SKPD dan alim ulama serta ribuan umat muslim.

?

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Brebes Narjo juga melakukan hal yang sama di Masjid Al Ittihad Jatibarang Lor, Kec Jatibarang Brebes. (wasdiun/abdullah alawi)

Bupati Brebes dan Forkompinda Safari Ramadhan

Brebes, Pondok Pesantren Tegal

Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE beserta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) melakukan Safari Ramadhan di sejumlah masjid se Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Pada Senin malam (30/6) bupati melakukan kegiatan tersebut di Masjid Al Ikhlas desa Pabuaran Kecamatan Salem.

“Nilai-nilai ibadah harus kita tambah di bulan yang penuh berkah, dan tarling ini mudah-mudahan bisa menjadi jembatan silaturahmi untuk menambah nilai ibadah kita kepada Allah SWT,” kata Idza Priyanti.

Bupati juga berharap pada Ramadhan tahun ini yang juga ada hajat pesta demokrasi, agar seluruh warga Kabupaten Brebes khususnya Kecamatan Salem supaya berbondong-bondong mencoblos pada 9 Juli mendatang di TPS masing-masing.

Sebab, kata dia, partisipasi masyarakat dalam pemilu akan membawa perbaikan kehidupan demokrasi di negara kita. “Jangan sampai golput, mari kita mencoblos pada 9 Juli mendatang dengan pilihan yang tepat sesuai dengan hati nurani,” tuturnya.

Sementara Camat Salem Urip Rosidik SIP berterima kasih atas kedatangan Bupati beserta rombongan dalam Safari Ramadhan. Kedatangan Bupati sangat berpengaruh positif terhadap gairah warga dalam beribadah dan bermasyarakat. Apalagi desa Pabuaran terletak di Kecamatan Salem yang sulit dijangkau dari Kota Brebes.

Safari Ramadhan diisi dengan ceramah agama oleh seorang daiyah setempat, Hj Dedeh Hikmatusyadiyah. Dia menekankan pentingnya bulan Ramadhan yang penuh berkah, maghfirah dan minkum minanar. Keistimewaan Ramadhan tersebut, sulit dicapai kalau tidak ada ikhtiar yang dilakukan dengan ikhlas.

Namun akan mudah dilakukan, lanjutnya, kalau sebelumnya kita mematuhi segala perintah Allah SWT, Rosulullah SAW dan Pemimpin.

Safari Ramadhan diisi dengan pembagian sembako bagi keluarga tidak mampu, penyerahan bantuan Al-Quran dan Peralatan Ibadah dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Brebes, Buka Puasa Bersama, Shalat Maghrib, Isya dan Taraweh berjamaah.

Hadir dalam kesempatan tersebut Sekda Brebes H Emastoni Ezam SH MH, para Asisten, Kepala SKPD dan alim ulama serta ribuan umat muslim.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Brebes Narjo juga melakukan hal yang sama di Masjid Al Ittihad Jatibarang Lor, Kec Jatibarang Brebes. (wasdiun/abdullah alawi)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Internasional, Kajian, Berita Pondok Pesantren Tegal

Alissa: Teladani Gus Dur dengan Perilaku

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Pemasangan baliho bergambar tokoh agama dan mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dilakukan sejumlah politisi ataupun menempelkan gambar Gus Dur yang dilakukan kalangan masyarakat bukanlah cara yang tepat untuk meneladani sang tokoh yang merakyat itu.

Alissa: Teladani Gus Dur dengan Perilaku (Sumber Gambar : Nu Online)
Alissa: Teladani Gus Dur dengan Perilaku (Sumber Gambar : Nu Online)

Alissa: Teladani Gus Dur dengan Perilaku

Putri almarhum mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid yaitu Alissa Wahid menggambarkan sosok ayahnya adalah sosok yang tidak tidak pernah mengajarkan orang lain dengan ceramah kebaikan, melainkan dengan perilakunya. Misalnya, dengan kata-kata ikhlas harus melakukan "ini dan itu", tidak begitu, tapi almarhum selalu mengajarkan dengan tindakan. 

"Keluarga pernah mengingatkan bapak yang selalu menolong orang yang datang, padahal tidak sedikit di antara mereka hanya menipu, mencari "sesuatu" dengan gampang. Banyak orang yang menitipkan (uang) ke bapak untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Saat itu, jawabannya, kalau urusan itu (menipu) itu urusan dia sama Gusti Allah," ucapnya, mengenang.

Pondok Pesantren Tegal

Ia mengatakan Gus Dur tidak pernah bersikap "suudhon" (buruk sangka) kepada orang lain dan selalu bersikap "husnudhon" (berbaik sangka), karenanya ia sangat bangga mempunyai figur ayah yang demikian, dan sosok seperti itu terus ia tanamkan pada keluarga ataupun rekan-rekannya.

"Suatu ketika, saya pernah menasihati anak yang menolak untuk diajak makan di Malioboro. Saat itu, anak saya beranggapan merasa tidak nyaman karena saat ia makan, orang lain sedang bekerja. Namun, saya memberikan masukan dan pengertian, tentang kondisi mereka dan upaya mereka untuk mencari nafkah. Saya memberikan pandangan berbeda, saya perlihatkan banyak orang yang hidupnya seperti itu (bekerja keras), serba kekurangan dan jika tidak bersama mereka, maka kita tidak bisa menolong mereka," tuturnya.

Pondok Pesantren Tegal

Ia juga mengingatkan kepada anaknya saat itu, melihat masyarakat, berusaha membuat kebijakan harus dengan melihat kondisi mereka langsung dan jangan hanya melihat dari kota besar sekelas Jakarta, sebab Indonesia itu bukan hanya Jakarta, melainkan luas.

Putri sulung mantan Presiden Gus Dur ini juga pernah teringat dengan kejadian yang membuatnya sangat prihatin. Saat itu, putrinya sedang berulang tahun pada Mei 2009 dan Gus Dur datang ke rumahnya, Jogjakarta.

Gus Dur meminta sejumlah uang kepadanya yang digunakan sebagai "pegangan", karena Gus Dur mengatakan tidak punya uang saat itu. Padahal, ayahandanya tersebut tidak pernah mau meminta pada anak-anaknya, sehingga jika sampai meminta uang benar-benar beliau tidak mempunyai uang.

"Saat itu, saya tanya ke bapak, untuk proyek atau apa, tapi hanya dijawab untuk pegangan,"paparnya.

Ia menyebut Gus Dur sebenarnya tidak sulit untuk bisa mendapatkan sejumlah materi. Banyak orang yang datang memberikan uang, bahkan uang pensiun pun ada. Terlebih lagi, ayahnya seorang mantan Presiden. 

Namun, ia sadar prinsip Gus Dur tentang "terima kasih", yaitu "saya terima, saya kasihkan" pada masyarakat yang membutuhkan. Bahkan, uang pensiun, ia yang memegang dan tidak pernah digunakan sendiri. 

Secara personal, kata dia, itu adalah puncak penghayatan dirinya betapa ikhlasnya Gus Dur dalam berjuang, bahkan untuk pegangan sendiri saja tidak punya. 

"Betapa Gus Dur berjuang untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri," kata perempuan yang aktif dalam jaringan Gusdurian ini. (antara/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal RMI NU, Warta Pondok Pesantren Tegal

Peringati Harlah NU, Pelajar NU Gelar Makesta hingga Naik Gunung

Boyolali, Pondok Pesantren Tegal - Memeriahkan momentum peringatan Hari Lahir (Harlah) NU ke-91, IPNU-IPPNU Boyolali menggelar sejumlah kegiatan untuk memeriahkannya. Berbagai rangkaian acara digelar selama empat hari, Kamis-Ahad (2-4/2).

Menurut Ketua PC IPNU Boyolali, Khamidurrahim, pada hari pertama kegiatan diawali dengan acara diskusi dan shalawat. “Kemudian esoknya kita adakan tadabbur alam, naik kaki Gunung Merapi di daerah Selo,” tuturnya kepada Pondok Pesantren Tegal, Ahad (4/2).

Peringati Harlah NU, Pelajar NU Gelar Makesta hingga Naik Gunung (Sumber Gambar : Nu Online)
Peringati Harlah NU, Pelajar NU Gelar Makesta hingga Naik Gunung (Sumber Gambar : Nu Online)

Peringati Harlah NU, Pelajar NU Gelar Makesta hingga Naik Gunung

Pada hari ketiga, berlanjut dengan acara Makesta yang dihelat di SMP NU Wonosegoro. “Alhamdulillah acara Makesta, juga dihadiri segenap keluarga besar MWC NU Wonosegoro, Polsek, dan sejumlah tokoh di sana,” ujarnya.

Pondok Pesantren Tegal

Kegiatan terakhir,? yakni outbond dan gelaran pertandingan futsal serta “Pelajar NU Sehat” yang dilaksanakan di daerah Karanggede.

Dalam kesempatan Harlah NU ini, ia juga berharap IPNU dapat menjadi bagian untuk ikut menanamkan ajaran NU, khususnya kepada para kalangan pelajar. “Semoga kita semua dapat meneruskan perjuangan para pendiri NU,” tegasnya. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Pahlawan Pondok Pesantren Tegal

PCNU Jepara: Setelah Dilantik Lalu Berbuat Apa?

Jepara, Pondok Pesantren Tegal - Ketua PCNU Jepara KH Hayatun Abdullah Hadziq menyanyakan kepada pengurus Muslimat. “Setelah dilantik lalu berbuat apa?” pertanyaan itu disampaikannya dalam Pengajian dan Pelantikan PAC Muslimat NU Kecamatan Tahunan masa khidmah 2016-2021 yang berlangsung di Gedung Haji MWCNU Tahunan, Kompleks Unisnu Jepara, Senin (11/4).

Jawabannya tidak lain tentu berbuat sesuatu untuk masyarakat. Sebelum itu kiai yang kerap disapa Mbah Yatun ini menekankan agar mereka merapatkan barisan kepengurusan organisasi.

PCNU Jepara: Setelah Dilantik Lalu Berbuat Apa? (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Jepara: Setelah Dilantik Lalu Berbuat Apa? (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Jepara: Setelah Dilantik Lalu Berbuat Apa?

“Jangan sampai ingin ikut Muslimat hanya ingin dilantik. Terus selesai. Ikut Muslimat terus jadi tim sukses. Itu naif,” tegasnya.

Kelemahan-kelemahan organisasi di masa sebelumnya harus dijadikan muhasabah. Di samping itu, ketua organisasi dituntut untuk tegas. Jika tidak organisasi yang diikuti akan memble (lemah, red).

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Apalagi NU Jepara mempunyai tanggung jawab yang berat. Ia meyakini bahwa organisasi mayoritas saja melempem apalagi dengan organisasi yang minoritas.

Tak hanya menata pengurus, program kerja yang akan dijalankan juga perlu ditata dengan solid. Jangan sampai hanya diurus oleh beberapa gelintir orang. Sebab baginya aktivis organisasi ialah contoh untuk masyarakat secara luas.

Ketua Muslimat NU Jepara Hj Noor Aini menambahkan pihaknya mengajak seluruh elemen Muslimat yang ada untuk saling bersinergi dengan keberadaan NU.

Ke depan pihaknya mengagendakan pelaporan kegiatan rutin. Ranting melaporkan kepada anak cabang. Anak cabang melaporkan kegiatan kepada cabang dan seterusnya. (Syaiful Mustaqim/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Tegal, Tokoh, Khutbah Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 30 Januari 2018

Maulid Nabi, MANU Demak Undang Alumni dan Al-Hidmat

Demak, Pondok Pesantren Tegal. Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Demak memperingati Maulid Nabi dengan mengundang para alumninya. Para murid dan alumni Lembaga pendidikan NU yang beralamat di Jl.Glagah Wangi no.1 Bintoro Demak tersebut membaca maulidurrasul.

Maulid Nabi, MANU Demak Undang Alumni dan Al-Hidmat (Sumber Gambar : Nu Online)
Maulid Nabi, MANU Demak Undang Alumni dan Al-Hidmat (Sumber Gambar : Nu Online)

Maulid Nabi, MANU Demak Undang Alumni dan Al-Hidmat

Tak ketinggalan, pada peringatan Maulid Nabi yang diadakan tiap tanggal 11–12 Rabiul Awal itu, hadir para wali murid, pengurus yayasan, dan jamaah Al-Hidmat, jam’iyyah Al bentukan Almarhum KH Asrori.

Kepala MANU Demak H Hariri Sa’id mengatakan, pelaksanaan Maulidurrasul tahun ini sengaja mengundang alumni untuk menanamkan cinta pada Nabi. “Semoga anak didik yang sedang menempuh pendidikan tidak mengandalkan logika akal semata,” katanya.

Pondok Pesantren Tegal

Kebetulan, kata Hariri, sebentar lagi ujian nasional, jadi selain mauludan kita istighotsah bersama jam’iyyah Al Hidmat,” tuturnya.

Pondok Pesantren Tegal

Soal mengundang alumni, Hariri menjelaskan, selain menjalin silaturahim balung pisah untuk tetap bersatu. “Dengan hadirnya alumni ini selain memberikan sumbangsih untuk kemajuan MANU juga memotivasi anak anak karena ternyata banyak alumni yang sukses sampai pejabat tinggi negara,” imbuh Hariri.

Sementara itu bupati Demak H Dachirin Sa’id menghimbau kepada jamaah, khususnya wali murid agar selalu mengawasi anak anak dan memberikan kegiatan positif yang mendidik.

“Bapak dan ibu yang hadir di sini saya mohon putra putri panjenengan diawasi dengam baik dan tolong dibimbing dengan kegiatan positif agar bisa lulus dengan nilai prestasi,” imbau Dachirin. (Shiddiq Sugiarto/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pendidikan, Ahlussunnah Pondok Pesantren Tegal

Ajengan Nuh Karang Kitab Sunda Tulis Tangan (I)

Garut, Pondok Pesantren Tegal. Dari tangan Ajengan KH Muhammad Nuh Ad-Dawami Garut, Jawa Barat, mengalir puluhan karya tulis. Umumnya menggunakan bahasa Sunda, tapi ada juga yang berbahasa Arab dan Indonesia.

Ajengan Nuh Karang Kitab Sunda Tulis Tangan (I) (Sumber Gambar : Nu Online)
Ajengan Nuh Karang Kitab Sunda Tulis Tangan (I) (Sumber Gambar : Nu Online)

Ajengan Nuh Karang Kitab Sunda Tulis Tangan (I)

Penggunaan abjadnya ada yang berhuruf Latin, umumnya Arab Pegon. Sementara bentuk penulisannya, ada yang naratif, juga nadzom. Secara umum, karya-karya itu bernuansa tasawuf dan tauhid, di samping beberapa kitab fiqih.

Menurut puteri ketiga Ajengan Nuh, Ai Sadidah, ada sekitar 50 buah. “Setiap bulan puasa, pasti melahirkan karya tulis. Dan kitab itulah yang akan dikaji selama sebulan,” katanya di kediaman Ajengan Nuh, Garut, Senin (11/2) lalu.

Pondok Pesantren Tegal

Uniknya, karya-karya pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Cisurupan Garut terus itu masih ditulis tangan.

Pondok Pesantren Tegal

Menurut putera keempat, Ajengan Cecep Jaya Krama, karya-karya ayahnya pernah diketik menggunakan komputer, tapi ketika diperiksa lagi, ada beberapa yang salah dalam penulisan. “Sejak itu, Abah (panggilan akrab putera-puteri Ajengan Nuh) kirang percanten (tidak percaya orang lain) menuliskan karyanya,” katanya. ?

Sementara Ajengan Nuh yang aktif di NU sejak Ranting, MWC, PC, hingga salah seorang Mustasyar PWNU Jawa Barat ini, tidak bisa mengetik. Karenanya ia lebih nyaman dengan tulisan tangan sendiri.

Cecep menjelaskan alasan menggunakan bahasa Sunda adalah untuk mempermudah pemahaman santri. Juga melestarikan bahasa Sunda, karena sudah dianggap asing di tanahnya sendiri. Di samping memberikan pelajaran penggunaan bahasa Sunda yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa.

Jika ditilik dari gaya bahasanya, Ajengan Nuh, menggunakan bahasa yang puitik. “Itu memang kelebihan Abah. Ia rajin membaca majalah Mangle (salah satu majalah bahasa Sunda). ?

Penulis: Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal IMNU Pondok Pesantren Tegal

Cabang-Cabang Ansor Aceh Didorong Segera Konfercab

Banda Aceh, Pondok Pesantren Tegal. Sebanyak 23 Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Provinsi Aceh dinyatakan habis masa kepengurusan periode 2011-2014i. Karenanya Pimpinan Pusat GP Ansor melalui surat instruksi bernomor 920/PP/SR-01/IX/2014 meminta Pengurus Wilayah untuk mendorong konferensi cabang (konfercab).

Sekretaris PW GP Ansor Aceh, Zulfikar Djamaluddin mengaku sudah menerima surat intruksi tersebut. “Ya, surat itu sudah kita terima. PP Ansor berharap Konfercab tersebut bisa segera dilaksanakan. Tapi melihat kesiapan seluruh PC, kami menargetkan harus selesai sebelum April. Karena pada April nanti akan ada Rakornas Ansor,” ungkapnya melalui siaran pers Senin (20/10).

Cabang-Cabang Ansor Aceh Didorong Segera Konfercab (Sumber Gambar : Nu Online)
Cabang-Cabang Ansor Aceh Didorong Segera Konfercab (Sumber Gambar : Nu Online)

Cabang-Cabang Ansor Aceh Didorong Segera Konfercab

Masih menurutnya, berdasarkan surat instruksi tersebut yang langsung ditandatangani Ketua PP GP Ansor, Nusron Wahid dan Sekretaris Jenderal, Muhammad Aqil Irham, pelaksanaan Konfercab ini merupakan hal yang sangat penting sembari melakukan konsolidasi di 23 kabupaten/kota di Aceh.

Pondok Pesantren Tegal

Apalagi, sambung dia, pasca-Konbes Ansor di Purwarkarta, Jawa Barat, belum lama ini, PW Ansor Aceh sudah menawarkan diri sebagai tuan rumah Kongres GP Ansor pada 2016 nanti. Tawaran tersebut dilontarkan langsung Ketua PW Ansor Aceh, Samsul B Ibrahim dalam forum itu untuk pelecut konsolidasi Ansor, khususnya di daerah-daerah terisolir di Aceh.

Pondok Pesantren Tegal

Di lain hal diakui Zulfikar, dalam lima tahun terakhir ini, pergerakan GP Ansor di Aceh mengalami penurunan eksistensi. Di beberapa daerah, pengurus cabang belum mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan yang ada. Kecuali itu, beberapa GP Ansor khususnya di Pantai Timur dan Tengah Aceh masih menunjukkan taringnya dan mampu bersinergi dengan Pemerintah Daerah.

“Pembenahan ini masih terus kita lakukan. Pasca gempa bumi dan bencana tsunami, harus diakui motor pergerakan organisasi kepemudaan mengalami disorientasi. Sekarang kita benah pelan-pelan. Kami berharap dukungan seluruh masyarakat Aceh agar peran GP Ansor di Aceh dapat menyentuh kepentingan-kepentingan masyarakat luas,” tandasnya.

Sementara itu berkaitan dengan teknis pelaksanaan Konfercab sendiri, kegiatan itu akan diawali dengan Pelatihan Kader Dasar (PKD) dan Diklatsar yang rencananya akan dipusatkan di salah satu pondok pesantren. PKD dan Diklatsar itu sendiri merupakan seremoni wajib yang harus diikuti Pengurus Cabang GP Ansor dan para calon ketua PC Ansor untuk kepengurusan empat tahun mendatang.

“Itu syarat wajib. Yang tidak mengikuti PKD dan Diklatsar belum bisa dikatakan kader Ansor. Konon lagi ingin berpartisipasi dalam bursa pemilihan ketua PC. Semua kader Ansor wajib mengikuti kegiatan tersebut, dan kita (PW Ansor Aceh) sedang mengonsepkan agenda tersebut dalam waktu dekat,” tutupnya.

Di lain tempat, sejumlah Pengurus Cabang berkomitmen akan mendukung pelaksanaan Konfercab tersebut oleh PW Ansor Aceh. Dukungan itu salah satunya disampaikan oleh Ketua PC GP Ansor Bireuen, Mukhtaruddin AB. Menurutnya, penyegaran kepengurusan merupakan hal penting untuk melanjutkan penguatan kaderisasi pemuda Nahdlatul Ulama di Aceh. Apalagi dikatakannya, selama ini pemerintah di Aceh terkesan menutup mata dengan kehadiran organisasi kepemudaan.

“Bila perlu, kami siap kalau hal ini kita bicarakan secara strategis di Banda Aceh. Kader Ansor harus kita benah. Jangan sampai organisasi yang besar ini bersinggungan dengan politik. Pasti rusak,” tukasnya tegas yang juga Ketua Komisi Independen Pemilihan Kabupaten Bireuen.

Hal senada juga dilontarkan oleh Ketua PC GP Ansor Aceh Tamiang, Ichsan Nur. Selama ini, kepengurusan Ansor khususnya di sejumlah kabupaten/kota dinilai terlalu mempersoalkan surat keterangan (SK) PW Ansor yang belum diterbitkan oleh PP Ansor. Bagi Ichsan Nur, sebagai kader NU, harusnya SK tidak dilihat sebagai harga mati.

“SK sebagai alat penting, tapi sebagai kader NU dan Ansor, itu bukan segala-galanya. Gerakan harus terus dilanjutkan. Kami sendiri insyaAllah akan menggelar Konfercab pada Desember ini. Dalam waktu dekat akan kami surati PW Ansor Aceh,” jelasnya.

Selain Mukhtar dan Ichsan Nur, dukungan yang sama disampaikan Ketua PC Ansor Bener Meriah Turham AG, Ketua PC Ansor Aceh Jaya Tengku Nasai, dan Ketua PC Ansor Kota Langsa, Rahmat Hidayat. Ketiganya mendukung langkah-langkah sistematis yang dilakukan PW Ansor Aceh sebagaimana instruksi yang disampaikan oleh PP GP Ansor.

“Atas nama kebaikan, kita harus mendukung tahapan-tahapan yang ada. Konsolidasi Ansor ke arah yang lebih baik harus menjadi perhatian kader Ansor. Apalagi kalau Ansor menjadi tuan rumah Kongres. Ini langkah maju yang bisa dilakukan PW Ansor,” tutup ketiganya yang dimintai tanggapan melalui telepon selular. (Red: Abdullah Alawi)

?

Keterangan gambar: Ketua dan Sekretaris PW GP Ansor Aceh saat mengikuti Konbes GP Ansor di Purwakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Warta, Kajian Islam, Pendidikan Pondok Pesantren Tegal

Ratusan Anggota GP Ansor Subang Dibaiat di Pesantren

Subang, Pondok Pesantren Tegal. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Subang, Jawa Barat, menggelar Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) dan Pendidikan Latihan Dasar (Diklatsar) Barisan Ansor Serbaguna (Banser).

Ratusan Anggota GP Ansor Subang Dibaiat di Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Ratusan Anggota GP Ansor Subang Dibaiat di Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Ratusan Anggota GP Ansor Subang Dibaiat di Pesantren

Acara yang dipusatkan di Pondok Pesantren Nurul Anwar, Kelurahan Dangdeur, Subang tersebut diikuti oleh 150 delegasi dari sejumlah Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor di seluruh Kabupaten Subang. Mereka mengikuti kegiatan tersebut sejak hari Jumat-Ahad (20-22/11/2015). Bertindak sebagai pembaiat KH. Zezen Zainal, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Anwar Subang.

Panitia Pelaksana Ade Mahmudin mengatakan, sejak kelahirannya, GP Ansor diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan.

Pondok Pesantren Tegal

"GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan," ujar Ade usai penutupan PKD dan Diklatsar Banser, Ahad (22/11/2015).

Dikatakan, dengan semangat perjuangan itulah kemudian mampu diaktualisasikan dalam bentuk pemikiran dan sikap GP Ansor dalam konteks kekinian, yakni semangat bela negara. "Jadi kalau bicara soal bela negara, GP Ansor sudah lama menjewantahkannya dalam bentuk kegiatan kaderisasi PKD dan Diklatsar," katanya.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara, Ketua PC GP Ansor Kabupaten Subang, Asep Alamsyah Heridinata menegaskan, kegiatan kaderisasi di GP Ansor ini rutin digelar setiap tahunnya. "Saat ini sudah memasuki tahun ke tiga kita laksanakan PKD dan Diklatsar. Artinya, kader-kader Ansor dan Banser sudah merumput di tingkatan grashroot hingga seluruh kecamatan di Kabupaten Subang," kata Asep.

Ia mengatakan, kendati saat ini menjelang pelaksanaan Kongres Ansor yang akan digelar pada Rabu (25/11/2015) di Jogjakarta mendatang, urusan kaderisasi menjadi hal yang sangat prioritas sebagai tanggungjawab pemimpinan organisasi.

"Tapi alhamdulillah, kita akhirnya bisa menggelar kaderisasi GP Ansor dengan lancar, kendati sebentar lagi GP Ansor akan menghelat hajat besar, yakni Kongres di Jogjakarta," ujarnya.

Dikatakannya, ratusan kader Ansor dan Banser ini akan diberikan kesempatan untuk mengembangkan sayap di tingkat kecamatan. "Karena persyaratan untuk menjadi anggota dan pengurus Ansor di tingkat kecamatan harus ikut PKD terlebih dahulu. Dan syarat untuk menjadi anggota Banser (Barisan Ansor Serbaguna) itu harus Diklatsar terlebih dahulu," pungkasnya. (Red: Mahbib)

Foto: Suasana saat pembaiatan

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Ulama Pondok Pesantren Tegal

Liga Santri Nusantara Diminta Jadi Ajang Silaturrahmi Pesantren

Pacitan, Pondok Pesantren Tegal. Sebagai bukti kesungguhan dan kesiapan untuk menghelat gelaran Liga Santri Nusantara (LSN) tahun 2016, Panitia LSN region Jawa Timur 1 yang meliputi Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek melakukan silaturrahmi dengan penasehat Pengurus Pusat Rabithah Maahid Islamiyah (Asosiasi Pesantren Nahdlatul Ulama) KH Luqman Harits Dimyathi di kediamanya Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur, Ahad (22/5).

“Silaturrahmi ini dalam rangka meminta arahan dan dukungan dari penasehat PP RMI agar liga santri nusantara nanti dapat berjalan dengan sukses,” ungkap Gus Mustofa, Koordinator LSN Region Jatim 1 didampigi Ketua Pelaksana Gus Anam kepada Pondok Pesantren Tegal.?

Liga Santri Nusantara Diminta Jadi Ajang Silaturrahmi Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Liga Santri Nusantara Diminta Jadi Ajang Silaturrahmi Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Liga Santri Nusantara Diminta Jadi Ajang Silaturrahmi Pesantren

Usai Silaturrahmi, Gus Mustofa menjelaskan bahwa maksud kedatangan mereka untuk meminta arahan dan dukungan terkait pelaksanaan Liga Santri Nusantara (LSN). Kiai Luqman mendukung penuh perhelatan Liga santri nusantara sebagai ajang silaturrahmi para santri pondok pesantren. Melalui LSN, tiap pesantren didorong untuk terus memaksimalkan bakat dan kualitas para santrinya dalam bidang sepak bola sehingga mampu bersaing dengan tim-tim sepakbola lainya.

Gus Mustofa menambahkan, Liga Santri Nusantara usia-18 region Jatim 1 akan diikuti 32 Team dari Pondok Pesantren se Karesidenan Madiun. Pendaftaran peserta LSN resmi dibuka mulai Selasa, 24 Mei 2016. Pesantren yang hendak mengikuti LSN terlebih dahulu harus mendapatkan rekomendasi dari Pengurus Cabang (PC) RMI NU di tiap kabupaten.?

“Panitia LSN ? akan melakukan screaning ketat terkait pemain sesuai regulasi yang diatur oleh penyelenggara LSN,” imbuh pengasuh Pesantren Poncol, Magetan Jawa Timur itu.

Pondok Pesantren Tegal

Panitia berkomitmen akan menyelenggarakan pertandingan sepak bola dengan baik. Sehingga kedepan, akan muncul pesepakbola profesional dari kalangan pesantren yang dapat bersaing di tingkat nasional.

“Kami berharap di region Jatim 1 nanti akan muncul team yang kuat secara kualitas agar mampu menjuarai LSN 2016 serta menjadi pemasok pemain bagi Timnas U 19 Indonesia,” pungkasnya

Sementara usai bersilaturrahmi ke Pesantren Tremas Pacitan, Panitia LSN juga melakukan silaturrahmi dengan ketua PC RMI Kabupaten Madiun, KH Ahmad Mizan Basyari ? di Pesantren Subulul Huda Kembangsawit Madiun.

Seperti diketahui Liga Santri Nusantara tahun ini dioperatori oleh PP RMI NU sebagai pelaksana tugas dari PBNU. LSN akan diikuti oleh 1024 team dari pesantren seluruh Indonesia. Kompetisi ini akan dibagi dalam beberapa zona yang meliputi Aceh, Medan-Riau, Kepri-Jambi, Bengkulu-Sumatra Barat, Lampung-Sumsel-Palembang, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalsel-Kalteng-Kalbar, Bali-Lombok-NTT, Sulsel-Sulbar, Gorontalo-Sulteng, Maluku dan Papua. (Zaenal Faizin/Fathoni)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Amalan, Ubudiyah, Pertandingan Pondok Pesantren Tegal

Nigeria Terapkan Pernikahan Massal untuk Cegah Terorisme

Kano, Nigeria, Pondok Pesantren Tegal. Sekelompok tetua dan birokrat Islam di Nigeria memilih untuk mengesampingkan pendekatan dengan kekerasan dalam memberantas terorisme. Mereka sedang mencoba cara baru: pernikahan massal.

Nigeria Terapkan Pernikahan Massal untuk Cegah Terorisme (Sumber Gambar : Nu Online)
Nigeria Terapkan Pernikahan Massal untuk Cegah Terorisme (Sumber Gambar : Nu Online)

Nigeria Terapkan Pernikahan Massal untuk Cegah Terorisme

Tentara Nigeria dan sekte Islam bernama Boko Haram telah terlibat dalam konflik selama 5 tahun terakhir. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya siklus terorisme serta meluasnya pengangguran di wilayah utara Nigeria. Jumlah wanita pun menjadi lebih banyak dari laki-laki. Demi memperbaiki keadaan, Dewan Hizbah Negara Bagian Kano—badan setempat yang menerapkan hukum Islam—mendanai serangkaian pernikahan massal.

“Hal tersebut akan sangat membantu dalam membasmi kebobrokan sosial,” ujar Nabahan Usman, wakil komandan layanan khusus pada dewan tersebut. Jika seorang lelaki memiliki istri yang baik, maka ia tidak akan berpikiran untuk bergabung dalam gerakan terorisme, tambahnya seperti dilansir wall street journal Indonesia.

Pondok Pesantren Tegal

Sejumlah negara sudah pernah menjalani strategi tersebut. Pemerintah India menawarkan paket pernikahan kepada para pemberontak Maois, sementara Yaman melakukan hal serupa guna menangkap para tersangka teroris. Pemberontakan oleh kedua kelompok tersebut masih berlanjut hingga kini.

Sejumlah pihak tidak yakin Nigeria bisa menghasilkan prestasi lebih baik. “Langkah itu sedikit tidak masuk akal,” ujar Steven Pierce, seorang pengajar bidang sejarah Nigeria di University of Manchester.

Pondok Pesantren Tegal

Tetap saja, setelah menyaksikan nyaris 4000 orang tewas dalam konflik antara pemerintah sekuler dan Boko Haram, tokoh seperti Usman masih mencoba solusi kreatif, termasuk pernikahan yang menggabungkan ideologi sosialis dengan politik Islam yang telah lama menjadi arahan bagi kebijakan Nigeria bagian utara.

Dalam 18 bulan terakhir, sekitar 1350 pasangan di Kano telah dinikahkan melalui pernikahan massal. Sekitar 1111 lainnya dijadwalkan akan menjalani proses yang sama tahun ini. Daftar tunggu mencapai 5000 orang, karena masih banyak yang menemui kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai pasangan yang telah menikah.

Bagi para mempelai pria, pemerintah membayarkan maskawin yang besarnya mencapai sekitar $60.

Para mempelai perempuan mendapat sekantung nasi, dua krat telur, minyak goreng, alas tidur, uang tunai $125 untuk memulai usaha, dan terkadang mesin jahit. Para pejabat Islam juga melatih mereka dengan sejumlah keterampilan: Bagaimana cara membuat parfum dari tanaman setempat, dan memasak kue.

Bagi pasangan, pemerintah menyediakan gaun pengantin putih Islami yang dikerjakan oleh seorang penjahit. Setelah pesta usai, mereka bergabung dengan gubernur setempat untuk makan siang ayam dan yogurt.

Banyak penduduk Nigeria yang khawatir untuk menikah karena maraknya kemiskinan dan terorisme di negara tersebut. Pemerintah tidak memiliki data statistik perceraian. Namun, Pierce menaksir tingkat perceraian di wilayah utara mencapai sekitar 50%, berdasarkan penelitian selama dua puluh tahun. Tingginya tingkat perceraian sebagian karena hukum Islam setempat membolehkan laki-laki menghindarkan beban keuangan pernikahan dengan menalak istrinya secara verbal.

Bulan lalu, sekitar 8000 perempuan lajang mengepung kantor gubernur dan meminta sang kepala daerah untuk mencarikan mereka suami, demikian tulis koran Punch. “Sungguh suatu fenomena sosial,” ujar Fatima Akilu, pejabat tinggi kantor Penasihat Keamanan Nasional Nigeria.

Jika seorang pelamar tidak memiliki pasangan, pemerintah akan mencarikannya. Kepada para lelaki, kata Usman, pemerintah setempat akan menanyakan: “Kalian suka gadis semampai dan elegan? Tidak masalah?”. Kepada kaum wanita: “Mungkin ada yang suka pria berkulit terang dan tinggi? ujar Aisha Atiku, Direktur Perencanaan dan Penelitian dari Hizbah. (mukafi niam)

Foto: wjs

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pondok Pesantren Pondok Pesantren Tegal

Senin, 29 Januari 2018

Para Pengasuh Pesantren Berharap Pilpres Jaga Kerukunan Bangsa

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Para pengasuh pesantren yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren Indonesia (MP3I) mengingatkan bahwa menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden RI, banyak pernyataan dan aksi yang dikeluarkan berbagai pihak yang berpotensi menimbulkan perpecahan bangsa. 

“Pesta demokrasi yang seyogyanya dapat memberikan manfaat buat kita malah menyebabkan bangsa kita berpotensi terbelah,” tandas Ketua Majlis Pembina MP3I, KH Salahuddin Wahid dalam rilisnya, Selasa (8/7).

Para Pengasuh Pesantren Berharap Pilpres Jaga Kerukunan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Para Pengasuh Pesantren Berharap Pilpres Jaga Kerukunan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Para Pengasuh Pesantren Berharap Pilpres Jaga Kerukunan Bangsa

Organisasi yang menghimpun sejumlah pesantren ini juga mengajak untuk kembali mengingat sejumlah amanah seperti yang diingatkan Allah dalam surat Al-Imran ayat 103 yakni, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Pondok Pesantren Tegal

Demikian juga masa lalu atau sejarah bangsa Indonesia, bahwa sejak dahulu selalu  menjadi sasaran berbagai kekuatan besar dan lebih dari 350 tahun mereka berhasil menjajah dengan politik devide et impera atau memecah belah persatuan.

Sejumlah kiai yang bertemu di Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur ini kembali mengingatkan fatwa para ulama pesantren dibawah pimpinan hadratussyekh KH Hasyim Asyari dalam Resolusi Jihad yang intinya adalah kesediaan berkorban jiwa dan raga demi mempertahankan kemerdekaan melawan berbagai bentuk penjajahan. Juga pesan Bung Karno yaitu “perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.

Pondok Pesantren Tegal

Pada kesempatan ini, sejumlah pengasuh ini mengingatkan pesan Panglima Besar Jenderal Soedirman yaitu “dalam menghadapi keadaan apapun, jangan lengah, sebab kelengahan menimbulkan kelemahan dan kelemahan menimbulkan kekalahan, sedangkan kekalahan menimbulkan penderitaan.”

Karena itu para kiai yang berkumpul diantaranya Ketua Majlis Pembina MP3I (KH Salahuddin Wahid), Ketua Majelis Mustasyar MP3I (Letjend (Purn.) Ir H Azwar Anas), Ketua Umum MP3I (KH M Zaim Ahmad Ma’shoem) serta Sekjen MP3I (Dr H Shofiyullah Muzammil, M Ag) mengajak seluruh elemen bangsa, terutama para elite politik untuk bersama-sama menjaga kerukunan dan persatuan bangsa, dengan mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan kelompok.

“Kami menyerukan kepada pemegang hak pilih untuk menggunakan haknya dengan secara bertanggungjawab. Semua calon adalah putra terpilih untuk menjadi pemimpin nasional,” tandas Gus Solah. 

Pasca pemilihan presiden, baik pasangan yang mendapat amanah rakyat ataupun yang belum, untuk bekerjasama bahu membahu membangun bangsa dan negara Indonesia dalam mewujudkan amanat para pendiri bangsa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

“Kami komunitas pesantren yang sejak lima abad lalu menjadi soko guru pendidikan di Nusantara, menyambut baik dan mendukung sepenuhnya itikad mulia pasangan yang mendapat amanat rakyat untuk mendayagunakan pesantren dalam membangun Indonesia,” katanya. Oleh karena itu MP3I mengajak para pengasuh pesantren memanfaatkan secara positif itikad mulia tersebut dalam mendayagunakan pesantren menuju kemandirian, kemajuan dan kesejahteraan, pungkasnya.  (syaifullah/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sholawat Pondok Pesantren Tegal

Mensos Khofifah Dukung Program Perburuan Anak Putus Sekolah

Sungailiat, Pondok Pesantren Tegal. Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa mendukung sepenuhnya pemerintah Kabupaten Bangka, Provinsi Kepuluan Bangka Belitung yang mencanangkan program "perburuan anak putus sekolah" (Bunastulah).

Mensos Khofifah Dukung Program Perburuan Anak Putus Sekolah (Sumber Gambar : Nu Online)
Mensos Khofifah Dukung Program Perburuan Anak Putus Sekolah (Sumber Gambar : Nu Online)

Mensos Khofifah Dukung Program Perburuan Anak Putus Sekolah

"Saya mendukung sepenuhnya program Bunastulah yang digagas pemerintah Kabupaten Bangka, dan program ini baru pertama kali ini saya mengetehuinya," katanya di Sungailiat, Rabu, (5/4) saat menyerahkan bantuan sosial nontunai di Desa Silip Kecamatan Riausilip, Sungailiat seperti dilansir Antara.

Dengan dicanangkan program itu, dia minta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat memperioritaskan agar program yang cukup bagus ini dapat berjalan sesuai yang diinginkan bersama.

"Berbagai program sosial pemerintah pusat maupun daerah harus berdasarkan data yang valid, sehingga bantuan sosial dapat tepat sasaran," ucapnya, menegaskan.

Pondok Pesantren Tegal

Ia mengatakan, validasi data menjadi persoalan yang harus diselesaikan bersama antara pemerintah pusat dan daerah, karena seharusnya data diambil secara berjenjang dari pemerintah daerah mulai dari RT, kepala desa, camat, bupati, gubernur hingga akhirnya sampai ke menteri.

"Saya menginginkan adanya perubahan rezim beda data yang selama menjadi suatu persoalan bersama, namun jika pola pendataan dimulai dari tingkat RT sampai jenjang akhir ke menteri, Insyaallah beda data dapat dikurangi," ujarnya.

Pondok Pesantren Tegal

Menurutnya, banyak program sosial pemerintah Kabupaten Bangka yang harus didukung semua pihak, mulai dari program Bunastulah, program "Perburuan Ibu Hamil Beresiko Tinggi" (Bumil Resti), dan "Perburuan Orang tua Hidup Sendiri" (Buratuhiri).

"Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masuk dalam kota yang menerima program beras sejahtera (ranstra) dari 44 kota di Indonesia," ujarnya. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kajian Islam Pondok Pesantren Tegal

Ulama Aswaja di Lombok Akhir Abad Ke-19

Ada tiga argumen dari konstruksi kolonial mengenai jaringan ulama. Pertama, menempatkan sentralnya jaringan ulama Jawa (Nusantara) akhir Abad-19 Masehi di Haramain (Mekkah) tanpa menghubungkannya dengan dinamika keislaman di Nusantara pada abad-abad sebelumnya.

Kedua, jaringan ini dianggap sebagai asal-muasal tumbuhnya benih keulamaan dan atau kesarjanaan Islam di Indonesia, karena sebelumnya belum ada. Ketiga, jaringan yang muncul menjelang abad ke-20 ini dianggap sebagai titik-berangkat dari “Islam yang benar”, yakni Islam yang mengoreksi jenis ‘Islam abu-abu” atau Islam-sinkretik.

Ketiga argumen dari konstruksi kolonial tentang jaringan ulama Jawa akhir abad-19 di Haramain memiliki cacat zahir. Misalnya, masifnya arus perjalanan dari Nusantara ke Tanah Suci pada awal abad-19 tidak semata dipicu oleh semangat menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama, tetapi lebih pada sebab menguatnya politik pengawasan kolonial terhadap jaringan ulama di Nusantara. Seperti dimaklumi, sejak abad-16 Masehi akhir, Kolonial Belanda telah mengawasi, mempersempit gerak, dan membasmi jaringan tarekat beserta ajaran tasawufnya untuk menekan militansi dan kuantitas perlawanan pribumi.

Keberadaan jaringan ulama Jawa akhir Abad-19 itu faktual, tetapi harus ditempatkan dalam konteks yang lebih jernih, tidak dalam konteks yang diinginkan oleh kaum kolonial. Bagaimanapun, ulama-ulama Jawa yang mukim di Tanah Suci pada masa itu tetap menjalin hubungan dengan jaringan mereka di tanah air. Produk jaringan ini melahirkan beragam kelompok Islam yang tumbuh di Indonesia sampai saat ini, terutama kelompok tradisional dan kelompok pembaruan (saya tidak memakai istilah modernis di sini).

Ulama Aswaja di Lombok Akhir Abad Ke-19 (Sumber Gambar : Nu Online)
Ulama Aswaja di Lombok Akhir Abad Ke-19 (Sumber Gambar : Nu Online)

Ulama Aswaja di Lombok Akhir Abad Ke-19

Banyak perbedaan antara kelompok tradisional dan pembaharuan, tetapi yang paling inti dan sederhana adalah perbedaan soal menerima tasawuf dan tarekat. Mereka yang tradisiona itu disebut juga “Aswaja Nahdliyah”, karena mempertahankan tradisi bersanad, baik fiqih, tauhid maupun tasawuf, serta memberi ruang bagi Islam yang didialogkan dengan kebutuhan tanah air dan budayanya. Sementara mereka yang pro pembaruan menolak tasawuf dan negoisasi dengan corak kultural, serta lebih berorientasi  pada politik transnasional.

Jaringan Keulamaan di Lombok

Pondok Pesantren Tegal

Pulau Lombok atau dulu disebut sebagai bagian dari Sunda Kecil memiliki senerai panjang jaringan keulamaan sebelum lahirnya organisasi (jamiaah) keislaman seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Satu buktinya, hampir seluruh tuan guru di Lombok hari ini mengaitkan kekerabatannya dengan trah kebangsawanan seperti Bayan, Selaparang dan Pejanggik.

Seperti dicatat Nancy Florida dalam Writing the Past, Inscribing the Future: History as Prophecy in Colonial Java  (Duke University Press, 1995), Belanda pada akhir abad-18 Masehi memisahkan pesantren-pesantren, para ulama,  dari berbagai hubungannya dengan kalangan Keraton Jawa. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan efektifitas kolonialnyanya.

Pondok Pesantren Tegal

Artinya, ketika para tuan guru dan kiai menghubungkan diri dengan trah bangasawan, hal itu menunjukkan bahwa di Lombok ada juga tradisi keulamaan yang sejalan dengan tradisi keulamaan di Jawa dan tempat lainnya. Para ulama adalah  keluarga bangsawan dan pesantren adalah tempat pendidikan bagi para  bangsawan.

Terkait tradisi keulamaan di pulau Lombok, perlu juga saya jelaskan sedikit di sini, bahwa nama Bayan di kaki Gunung Rinjani adalah nama trah atau pam keluarga bangaswan yang terhitung tua dari sejak awal zaman Majapahit, dan diperkirakan sudah memeluk Islam. Muasal trah Bayan ini dari desa Tingkir, di kabupaten Boyolali, Jawa Tengah hari ini. Keluarga Bayan ini sangat dihormati pada zaman Majapahit sehingga salah satu tokohnya,yakni Raden Sengara atau Pangeran Andayaningrat menikah dengan Ratu Pembayun binti Ratu Murdaningrum (istri dari Brawijaya V dan sepupun Sunan Ampel Denta).

Bayan adalah keluarga bangsawan cum ulama. Keluarga Bayan berjejaring secara kekerabatan dan keulamaan dengan  Arya Wiraraja (Lumajang),Syekh Siti Jenar, Sunan Kali Jaga, dan Sunan Ampel Denta sehingga ketika mereka menyebar sampai ke Lombok, trah Bayan lebih dituakan oleh dua trah bangsawan-ulama lainnya, yakni Selaparang dan Pejanggik.

Nama-nama Ulama  Aswaja

Berikut ini adalah beberapa nama ulama Aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah) menjelang akhir abad ke-19 di pulau Lombok:

Pertama, dari berbagai hagiografi dan catatan terkait dengan sosok Syekh Muhyi Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat, bahwa beliau lahir pada kisaran tahun 1650 Masehi di Mataram, Lombok dari seorang ayah bernama Lebe Werto-Kusuma yang keturunan Ratu Galuh, Jawa Barat. Sebutan “lebe” adalah sebutan umum di Lombok kepada seorang ulama sebelum ada istilah tuan guru seperti hari ini. Misalnya, masyarakat Sasak mengenal Lebe Walandana, seorang dipercaya sebagai sosok wali keramat yang meninggalkan jejak di sisi barat pantai Lombok Barat. Bahkan sampai tahun 1980-an, beberapa tuan guru masih disebut sebagai “menak-lebe” atau priyayi-ageng dalam bahasa Jawanya.

Syekh Muhyi yang dikenal sebagai penyebar ajaran martabat tujuh di Jawa menghabiskan waktu kecil dan remaja di Mataram, sebelum akhirnya ke Gresik, Jawa Timur, dan kemudian melanjutkan perjalanan keilmuwannya ke Aceh. Syekh Muhyi diinisiasi dalam sejumlah tarekat oleh gurunya, Syaikh Abdul Rauf bin Ali al-Jawi al-Singkili al-Fansuri (lahir 1615 Masehi),  seorang ulama sufi kedua setelah generasi Syekh Hamzah Fansuri di Sumatera, dan dikenal sebagai ulama yang sangat alim dan keramat. Setelah dari Aceh, Syekh Muhyi ke Cirebon dan kemudian menetap di Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat. Karena tingginya pencapaian keulamaannya, Syekh Muhyi dikenal sebagai Wali Kesepuluh di Jawa.

Kedua, dalam buku Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah karangan H.M Nursiah, yang dicetak oleh percetakan Bintang Timor, Pancor, Lombok Timur,tahun 1995 disebutakan sosok bernama Raden Kurani dari trah Selaparang yang pernah belajar kepada Syekh Yusuf Al-Makassari di Banten. Maklum pada akhir 1600-an ulama keturunan bangsawan Makassar ini berkalaborasi dengan dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1650-1695 M) dari kesultanan Banten melawaan VOC Belanda. Nama  “Kurani” adalah pemberian Syekh Yusuf, nama yang diambil dari nama guru Syekh Yusuf di Haramain, yakni Syekh Ibrahim Al-Kurani, seorang ulama Kurdi yang sangat berpengaruh di Tanah Suci pada akhir abad-17 Masehi.

Raden Kurani kembali ke tlatah Lombok saat memuncaknya perlawan sultan Banten terhadap VOC Belanda. Disebutkan, bahwa tokoh ini termasuk generasi awal yang membawa ajaran martabat tujuh dengan penjelasan yang merujuk kepada kitab Tuhfatul Mursalah karya Syekh Burhanapuri, yang nantinya diberikan penjelasan panjang (syarah) oleh Syekh Ibrahim al-Kurani dalam kitab  Ithafud Dzaaki, ke pulau Lombok. Bukan ajaran martabat tujuh versi loka ala Sunan Kali Jaga, walaupun keduanya memiliki banyak persamaan.

Dalam catatan lain, Raden Kurani ini merupakan salah satu dari empat putera Raden Kautan Mundur dari Selaparang, Lombok Timur. Urutan adik-kakaknya sebagai berikut: Wirabangse, Putra Sari, Kurani, dan Nanglung Baya. Dalam catatan itu disebutkan pula, bahwa kakek Raden Kurani bernama Kyai Aji  memiliki bersambung sanad keilmuwannya dengan Syekh Syamsuddin Sumatrani, seorang pelanjut ajaran Wujudiyah Syekh Hamzah Fansuri di Aceh. Syekh Syamsudin Sumatrani dikenal memiliki banyak karya, seperti Jauharul Haqaiq, Risalah Tubayyin Mulahdzhaatil Muwahiddin fi Dzikrillah, Syarah Rubai Hamzah Fansuri, dan lainnya.

Ketiga, berbeda dengan dua sosok sebelumnya, di Desa Sekarbela, Karang Pule, Mataram, terdapat sosok ulama yang sangat alim dan keramat bernama Tuan Guru Mustafa Kamal. Diperkirakan lahir pada pertengahan 1700-an, Tuan Guru Mustafa Kamal adalah tokoh yang berperan penting dalam membentuk Desa Sekarbela sebagai salah satu desa dengan tradisi kepesantrenan yang sangat kuat, dan menurunkan ulama Aswaja sampai hari ini. Sekarbela yang dikenal sebagai salah pusat kerajinan dan perdagangan perhiasan memiliki tradisi ilmu alat (nahwu-sharaf dan balaghah) dan fiqih yang sangat disegani di pulau Lombok sampai detik ini.

Tiga ulama ini yang bisa disebutkan sebagai generasi ulama Aswaja menjelang akhir abad ke-19 di pulau Lombok. Selain ketiganya terdapat beberapa ulama lainnya, tetapi tiga sosok ini dipilih karena lebih untuk membuktikan adanya jaringan keulamaan Nusantara sebelum akhir abad-19 Masehi. Wallahul ‘alam bishawab.

Hasan Basri Marwah, pengurus Lesbumi PBNU, penulis, serta pegiat dan pemerhati budaya. S2 Cultural Studies di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berasal dari Mataram Nusa Tenggara Barat dan kini menetap di Yogyakarta. Tulisan ini dipublikasikan ulang dari alif.id. Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Santri Pondok Pesantren Tegal

Seruan yang Mendamaikan Umat dan Bangsa

Oleh Suwendi



Pada 28 April 2017 yang lalu, Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin, mengeluarkan “Seruan Ceramah di Rumah Ibadah” yang terdiri atas 9 (sembilan) butir. Seruan Menteri Agama ini mengajak dan meminta kepada seluruh eleman bangsa bersama-sama mensyukuri dan merawat persatuan umat dan bangsa yang telah dibina selama ini. Persatuan hanya dapat direalisasikan pada saat kondisi kedamaian dan kerukunan umat beragama dan negara dapat berlangsung dengan baik. Tentu, seruan ini membuat kita menjadi tenteram dan damai.

Seruan Menteri Agama, dalam pandangan penulis, memiliki makna yang sangat strategis, terutama dalam beberapa hal berikut.

Seruan yang Mendamaikan Umat dan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Seruan yang Mendamaikan Umat dan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Seruan yang Mendamaikan Umat dan Bangsa

Pertama, secara konteks sosial dan politik, bangsa Indonesia dihadapkan dengan semakin menjamurnya pemahaman keagamaan radikal, bukan hanya pada Islam saja tetapi juga di sebagian agama lainnya, yang justru atas nama agamanya mengajarkan kebencian dan merendahkan harkat martabat kemanusiaan. Ujaran kebencian dan saling mengkafir-bid’ahkan antarsesama umat beragama jamak terdengar dan terlihat di mimbar-mimbar keagamaan, hatta khutbah Jumat yang sakral pun tak luput dari umpatan kebencian ini.

Kepentingan untuk meraih target politik-pun sering terlihat dalam mimbar agama itu, apapun agamanya. Alih-alih untuk mencerdaskan dan membimbing umat ke kondisi yang damai, jamaah seringkali digiring pada penanaman benih kebencian dan caci-maki antar lawan politik. Jika dalam koteks pilkada DKI Jakarta saja sudah sedemikian dahsyatnya energi bangsa ini dalam menetralisasi persoalan politisasi agama, maka tidak ayal jika kekuatan politisasi agama ini pun akan semakin kembali mencuat terutama menjelang pilpres 2019, yang sebentar lagi akan dimulai. Oleh karenanya, menurut hemat penulis, seruan ini mendapatkan momentumnya yang sangat pas agar umat beragama dapat menggunakan fasilitas keagamaannya itu secara dewasa dan cerdas.

Pondok Pesantren Tegal

Kedua, seruan Menteri Agama itu mengingatkan kembali kepada seluruh anak bangsa terhadap hakikat dirinya, baik sebagai orang yang beragama maupun sebagai warga negara-bangsa Indonesia. Agama dan kebangsaan keduanya tidak dapat dilepaskan dalam diri anak negeri ini. Sebagai seorang yang beragama, ia harus mampu menjaga nama baik agamanya yang mengajarkan agar menghormati kepada umat agama selainnya, yang sama-sama mempercayai akan kebaikan-kebaikan dalam keyakinan agamanya. Sebagai warga negara Indonesia, ia menyadari betul bahwa Indonesia ini adalah gugusan kesatuan yang terdiri atas aneka ragam budaya, bahasa, adat-istiadat, dan agama yang berbeda. Keanekaragaman itu menjadi ciri khas Indonesia. Indonesia adalah Indonesia, bukanlah negara di belahan dunia lainnya, Timur atau Barat. Semua keaneragaman itu menjadi kekuatan yang dirakit dalam satu ideologi kebangsaan, yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karenanya, amatlah tepat bahwa ceramah agama harus mampu memberikan pencerahan tidak hanya spiritual, intelektual, dan emosional, tetapi juga multikultural.

Seruan Menteri Agama itu bukan hanya diserukan kepada salah satu agama saja, tetapi seluruh agama dan umatnya di Indonesia. Sebagai Menteri Agama, ia tidak hanya berkewajiban untuk mengelola salah satu agama tertentu saja, tetapi ia harus mampu menjalankan kewajibannya dalam memelihara agama-agama lainnya. Ia adalah menteri untuk semua agama. Dalam konteks itu, semua agama dalam ceramahnya diminta untuk tidak mempersoalkan atau menyajikan materi yang bertentangan dengan empat konsensus bangsa Indonesia, yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat konsensus bangsa Indonesia ini merupakan harga mati bagi semua orang yang ingin hidup di negeri Nusantara ini. Siapapun yang menggugat kembali atas empat pilar bangsa itu artinya ia berhadapan dengan seluruh eleman bangsa ini. ?

Pondok Pesantren Tegal

Ketiga, seruan Menteri Agama ini memberikan evaluasi bagi seluruh umat beragama bahwa ceramah agama mau tidak mau, suka dan tidak suka, harus disampaikan oleh penceramah yang memiliki pengetahuan keagamaan yang memadai dan bersumber dari ajaran pokok agama. Jika diibaratkan, penceramah agama itu sama halnya dengan dokter. Dokter baru bisa memiliki izin praktek dan mampu memberikan resep dan dosis obat ? yang tepat jika ia telah memiliki pengetahuan dan pendidikan yang memadai. Jika ada dokter yang tidak berkompeten, niscaya akan berakibat fatal pada pasiennya. Demikian halnya dengan penceramah agama, tanpa pengetahuan yang memadai maka dapat dipastikan umat yang ceramahinya akan mendapatkan wawasan keagamaan yang kurang tepat. Bukannya kedamaian yang diperoleh, tetapi kegelisahan dan persengketaan sosial yang didapat.?

Sebagai penceramah yang memiliki pengetahuan keagamaan yang baik, tentu ia akan memiliki bahan bacaan yang matang dan bersumber dari literatur-literatur keagamaan valid. Bukanlah penceramah agama yang handal jika ia hanya hafal ? satu-dua ayat berdasarkan pada pemahaman sepintas dari terjemahan, apalagi searching di google, dengan tanpa memiliki seperangkat metodologi ilmu keagamaan yang baik. Oleh karenanya, perlu saatnya untuk melakukan otokritik dari lembaga agama dan keagamaan dan desain yang disepakati untuk membangun penceramah agama yang mumpuni.

Seruan ini agaknya juga memberikan koreksi kepada seluruh penyelenggara dan pemangku kebijakan pendidikan, bahwa guru dan dosen yang mengajarkan mata-mata pelajaran agama harus diberikan oleh guru dan dosen-dosen yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang baik. Jika tidak demikian, niscaya yang terjadi adalah pendangkalan agama sehingga sangat mudah terbawa oleh pemikiran dan gerakan radikalisasi agama. ?

Keempat, sebagai Menteri yang bertanggung jawab di bidang agama, tentu ia tidak dapat melakukan peran-peran di luar batas kewenangannya. Sebagai Menteri Agama ia berkewajiban untuk menciptakan kondisi umat agama dan kerukunan umat beragama agar dapat berjalan dengan baik. Adapun persoalan hukum dan tindakan tegas yang berimplikasi secara hukum tentu itu menjadi domain dari lembaga penegak hukum, seperti kepolisian, kejaksaan, dan lembaga peradilan. Menteri Agama bukanlah menteri sapu jagat yang memiliki kekuatan super-power, apapun bisa dilakukannya. Namun demikian, Menteri Agama mendesak agar penceramah agama harus tunduk dan taat pada ketentuan hukum yang berlaku baik yang terkait dengan penyiaran keagamaan maupun penggunaan rumah ibadah, sebagaimana tercermin dalam seruan Menteri Agama itu. Sejumlah perangkat dan noram-norma hukum terkait dengan penceramah yang berlawanan secara hukum tentu dapat ditindaklanjuti dan diproses melalui mekanisme hukum yang berlaku. Dengan demikian, seruan ini memang tepat sesuai koridor dan batas kewenangan Menteri Agama.

‘Ala kulli hal, seruan Menteri Agama ini perlu untuk diamini dan dipedomani oleh semua pihak. Sebab, secara substantif, seruan ini mengajak kita semua untuk melakukan kedamaian melalui mimbar agama. ? Jadikanlah mimbar-mibar agama yang suci itu sesuai dengan tujuan utama diturunkannya agama, yakni melindungi harkat dan martabat kemanusiaan, serta menjaga kelangsungan hidup dan peradamaian umat manusia, jangan dikotori dengan umpatan dan caci makian yang justeru menghilangkan kesucian mimbar dan hakikat agama itu sendiri. Semoga.

Penulis adalah doktor pendidikan islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Doa, Quote Pondok Pesantren Tegal

Perpusda Temanggung Sediakan Aneka Koleksi Kitab Kuning

Temanggung, Pondok Pesantren Tegal - Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, kini telah menyediakan koleksi kitab-kitab kuning ala pesantren dengan beragam cabang keilmuan Islam, mulai dari fiqih, ilmu kalam, usul fiqh, tafsir, balaghah hingga ilmu alat (gramatika Arab). Khazanah kepustakaan klasik tersebut sekarang sudah bisa dipinjam masyarakat umum yang sudah terdaftar menjadi anggota perpustakaan.

Candra, salah seorang staf pustakawan di Perpusda Temanggung menjelaskan bahwa kitab-kitab itu disediakan untuk memenuhi aspirasi masyarakat daerah Temanggung khususnya kaum santri yang selain memerlukan buku-buku umum dan agama dalam tulisan latin juga membutuhkan literatur keislaman dalam bahasa Arab.

Awalnya ada salah seorang kiai pengasuh pesantren di sekitar Temanggung yang mengusulkan supaya Perpusda menyediakan kitab-kitab kuning berbahasa Arab, di samping buku-buku agama bertulisan latin, agar? bisa dimanfaatkan kaum santri. Candra menambahkan, kitab-kitab kuning tersebut diadakan pihak perpusda Temanggung menggunakan APBD, bukan bantuan atau sumbangan dari suatu instansi atau perorangan.

Perpusda Temanggung Sediakan Aneka Koleksi Kitab Kuning (Sumber Gambar : Nu Online)
Perpusda Temanggung Sediakan Aneka Koleksi Kitab Kuning (Sumber Gambar : Nu Online)

Perpusda Temanggung Sediakan Aneka Koleksi Kitab Kuning

"Semula kitab-kitab tersebut karena termasuk mahal masih diletakkan di ruang refrensi yang cuma bisa dibaca di tempat, tidak boleh dibawa pulang. Baru beberapa waktu lalu kitab-kitab itu sengaja mulai diletakkan di ruang bacaan umum yang bisa dipinjam untuk dibaca di rumah," kata Candra kepada Pondok Pesantren Tegal, Ahad (21/2/2016).

Dari pantauan Pondok Pesantren Tegal, kitab-kitab yang kini dipajang di salah satu sudut rak ruang baca umum tersebut tergolong kitab-kitab tingkat atas yang biasa dikaji santri senior di level jenjang Ulya atau Aliyah di pesantren yang memakai sistem madrasah. Artinya, bukan menu bacaan dan pelajaran bagi para pelajar dan santri pemula.?

Sebut saja beberapa koleksi kitab tersebut antara lain adalah? Alburhan fi Ulumil Quran karya Imam Badrudin az Zakarsyi, Al-itisom karya Imam as-Syaatibi, Tanwirul Qulub karya Muhammad Amin al Kurdi, Asybah wa Nadhoir karya Imam Suyuti. Ada pula kitab Tafsir al-Baidlawi, Mughni Labib, Jamiu Shaghir, Ummul Barahin, Ianatu Thalibin, Siraju Thalibin, al-Muwatho Imam Malik, Hasyiyah as-Shaban Syarah Alfiyah, Ibnu Aqil, al-Mustasfa fi Ilm Usul, Sirah Nabawiyah ibn Hisyam, Bughyah al-Mustarsyidin dan lain-lain. Hampir semua kitab ini diterbitkan oleh salah satu penerbit terkenal dari Beirut Lebanon.

Solihudin, santri asal Wonoboyo Temanggung, merespon positif dengan tersedianya literatur kitab kuning di perpustakaan daerah Temanggung. "Sangat mendukung sekali. Dan memang seharusnya demikian, karena sumber ilmu agama Islam kebanyakan dari kitab kuning yang ditulis dengan bahasa Arab. Meskipun mungkin orang awam masih sulit memahaminya, namun setidaknya akan lebih mantap bisa mengetahui refrensi aslinya", ujar alumnus Pondok Pesantren Ringin Agung Pare Kediri ini.

Pondok Pesantren Tegal

Taufiq, salah seorang mahasiswa STAINU Temanggung juga mengapresiasi langkah perpustakaan daerah atas penambahan koleksi kitab kuning di Perpusda Temanggung ini. "Saya setuju. Tapi nanti peletakannya harus lebih hati-hati. Soalnya itu kitab yang perlu mendapatkan penghormatan lebih. Jadi mesti diperlakukan beda dengan buku-buku lain dalam penempatannya," kata anggota Lembaga Pers mahasiswa STAINU Temanggung tersebut. (M. Haromain/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Ulama Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Pelajar NU Wanasari Didik Kader Antinarkoba

Brebes, Pondok Pesantren Tegal. Kegiatan Makesta (Masa Kesetiaan Anggota) yang dirangkai kegiatan sosialisasi bahaya narkoba dilaksanakan selama dua hari yaitu pad 24-25 September 2016 di Gedung MI Hidayatul Mubtadiin Jagalempeni Wanasari Brebes, Jawa Tengah yang diikuti oleh 120 peserta yang berasal dari utusan komisariat dan ranting se-Kecamatan Wanasari.

Pelajar NU Wanasari Didik Kader Antinarkoba (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Wanasari Didik Kader Antinarkoba (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Wanasari Didik Kader Antinarkoba

Edi Purwanto selaku ketua panitia dalam sambutan di acara pembukaan menyampaikan bahwa ini merupakan rangkaian dari program PAC IPNU-IPPNU Wanasari sebelum Konferensi Anak Cabang yang akan diagendakan bulan Desember termasuk Ziarah wisata. "Ini semata-mata untuk regenerasi di masa yang akan datang," terang Edi.

Ketua PAC IPNU Wanasari Wiharjo menambahkan bahwa kegiatan tersebut merupakan wahana untuk mencetak kader penerus bangsa yang berakhlakul karimah serta bertanggung jawab atas tegaknya aqidah Ahlussunah wal Jamaah dalam bingkai NKRI. Ketika berbicara kader penerus bangsa tentunya harus faham akan bahaya penyalahgunaan narkoba.?

"Kita berupaya menjadikan pelajar NU yang peka akan musuh bangsa kita salah satunya Narkoba," tutup Edi

Sementara Lukman Suyanto, Kasi Pencegahan BNK Brebes saat menyampaikan materi menjelaskan bahwa Narkoba hari ini merupakan sesuatu yang haru kita lawan. Ketika Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pernah berucap bahwa Indonesia Darurat Narkoba ini yang harus disikapi oleh seluruh elemen masyarakat seperti Pemerintah, TNI/Polri, BNN tanpa terkecuali organisasi pelajar seperti IPNU-IPPNU.?

Pondok Pesantren Tegal

"Kami berharap bahwa peserta sosialisasi bahaya narkoba bisa menjadi agen yang membawa informasi bahaya penyalahgunaan narkoba ke masyarakat," lanjut Lukman.

Materi lain yang disampaikan dalam kegiatan tersebut antara lain Ke-IPNU-IPPNU-an, ke-Aswaja-an, menangkal Radikalisme dan materi dasar kepemimpinan serta keorganisasian.

Turut hadir dalam acara tersebut Ketua PW IPNU Jawa Tengah Amir Mustofa Zuhdi, Ketua PC IPNU Brebes Ferial Farkhan,Ketua PC IPPNU Brebes Ade Melly Seftiana, Pengurus MWCNU Wanasari H. Ahmad Sururi, dan segenap pembina serta alumni. (Bayu/Fathoni)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ulama, Ahlussunnah Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 28 Januari 2018

Presiden Nigeria Tingkatkan Perlawanan terhadap Boko Haram

Abuja, NU Omline

Presiden Nigeria Muhammadu Buhari bersumber pemerintahannya akan meningkatkan kampanye melawan pemberontak ekstremis yang mengatasnamakan Islam, Boko Haram.

"Teroris dan penjahat harus diperangi dan dihancurkan tanpa henti sehingga mayoritas kita bisa hidup dalam damai dan aman," kata Buhari dalam pidato di televisi seperti dilaporkan AP, Selasa (22/8).

Presiden Nigeria Tingkatkan Perlawanan terhadap Boko Haram (Sumber Gambar : Nu Online)
Presiden Nigeria Tingkatkan Perlawanan terhadap Boko Haram (Sumber Gambar : Nu Online)

Presiden Nigeria Tingkatkan Perlawanan terhadap Boko Haram

Buhari menyatakan hal itu setelah lebih dari tiga bulan menjalani perawatan medis di London.

Ia berjanji bakal memperkuat dan menghidupkan kembali pertempuran melawan unsur-unsur Boko Haram yang menurutnya telah memakan banyak korban akibat aksi-aksi brutalnya. Ia menyebut Boko Haram sedang menjajaki serangkaian serangan baru.

Boko Haram didirikan Mohammed Yusuf di Maiduguri pada 2002 dengan motivasi politik menegakkan negara Islam murni. Kelompok garis keras ini mempromosikan terwujudnya masyarakat Islam yang "haram" melakukan aktivitas politik maupun sosial yang berasal dari Barat, seperti pemilu, pendidikan sekuler, dan memakai gaya pakaian tertentu.

Hingga kini, Boko Haram melakukan makar dan menimbulkan malapetaka bagi warga Afrika dengan munculnya gelombang aksi bom, penculikan, permusuhan terhadap perbedaan etnis dan agama, serta tindak kekerasan lainnya. (Red: Mahbib)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nusantara, Ahlussunnah Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Lukman Hakim, Anak Menteri Agama yang Jadi Menteri Agama

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Dinamika politik dan pemerintahan di Indonesia kerap menunjukkan hal menarik seperti pejabat yang menduduki jabatannya setingkat dengan orang tuanya.?

Sebut saja, Megawati Soekarnoputri merupakan anak Presiden I RI Soekarno (1945-1968) yang meneruskan tampuk kepemimpinan ayahnya untuk menjadi Presiden V RI (2001-2004).

Lukman Hakim, Anak Menteri Agama yang Jadi Menteri Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
Lukman Hakim, Anak Menteri Agama yang Jadi Menteri Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

Lukman Hakim, Anak Menteri Agama yang Jadi Menteri Agama

Kini kondisi seperti itu terjadi pada jabatan setingkat menteri. Menteri Agama yang baru dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (9/6) ini merupakan anak dari Menteri Agama Saifuddin Zuhri (1962-1967).

Pondok Pesantren Tegal

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkat Wakil Ketua MPR 2009-2014 dari Partai Persatuan Pembangunan, Lukman Hakim Saifuddin, menduduki jabatan Menteri Agama menggantikan Suryadharma Ali yang terjerat sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan barang dan jasa penyelenggaraan haji tahun anggaran 2012/2013.

Lukman yang juga Wakil Ketua Umum DPP PPP saat dipanggil Presiden Yudhoyono di Batam, Kamis (5/6), menyatakan amanah dari Presiden itu merupakan kepercayaan yang luar biasa berat dan tanggung jawab itu dinilai lebih berat karena berarti dirinya hanya memiliki jangka waktu tersisa selama empat bulan.

Pondok Pesantren Tegal

"Tidak mudah bagi saya menerima amanah yang luar biasa beratnya," kata Lukman.

Lukman Hakim Saifuddin lahir pada di Jakarta pada 25 November 1962 sebagai anak bungsu dari 10 bersaudara anak pasangan KH Saifuddin Zuhri dan Solichah.

Kesembilan kakaknya adalah Dr. Fahmi Djafar (yang beristrikan Dra Maryam, putri tokoh NU KH Ahmad Syaikhu), Farida (bersuamikan Shalahuddin Wahid, putra ketiga KH Wahid Hasyim, adik kandung Abdurrahman Wahid), Anisa, istri Dr Solichul Hadi (mantan aktivis PMII), Aisyah, yang dipersunting Drs Wisnu Hadi (pengusaha), Andang FN Baehaqi (berpendidikan di Kairo dan Belanda yang menikah dengan Gitta (gadis Belanda), Julia, Annie, dan Adib yang menikah dengan Yanti Ilyas (putri KH M Ilyas).

Selepas dari Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) Manaratul Ulum, Lukman melanjutkan sekolah ke Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jatim (1983) lalu ke Universitas Islam As-Syafiiyah, Jakarta (1990).

Pada masa mudanya ia aktif sebagai Wakil Sekretaris Pimpinan Pusat Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU (LKKNU) 1985-1988.

Lalu pada 1988-1999, Lukman berkecimpung di Lajnah Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU sebagai Wakil Sekretaris, Kepala Bidang Administrasi Umum, Koordinator Program Kajian dan Penelitian, Koordinator Program Pendidikan dan Pelatihan, hingga menjadi Ketua Badan Pengurus periode 1996-1999.

Selama beraktivitas di Lakpesdam NU, ia pernah mengikuti pendidikan singkat mengenai Community Organizer in Health and Development in Asian Rural Settings di Asian Health Institute, Nagoya, Jepang dan di Curtin University, Perth, Australia. Pada tahun 1995-1997 bergabung dengan Helen Keller International sebagai project manager dalam program The Irian Jaya Community Eye Care Project.

Ia pernah menjadi anggota Majelis Pengarah Pesantren Al-Hamidiyah, Depok dan pengajar pada Pendidikan Kader Ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta.?

Menjadi Wakil Ketua Bidang Pengembangan Program Yayasan Saifuddin Zuhri sejak 1994 hingga kini dan anggota Komisi Pengawas Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) periode 2004-2007.

Lukman menjadi pengurus PPP pada awal 1994 sebagai anggota Lembaga Pusat Pendidikan dan Latihan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP, lalu menjadi Ketua di lembaga tersebut pada 1999-2003, menjadi Sekretaris Pengurus Harian Pusat DPP PPP periode 2003-2007, dan Ketua DPP PPP Periode 2007-2012.?

Ia terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat/Majelis Permusyawaratan Rakyat sejak 1997 sampai saat ini. Pada Pemilu 2014, dia pun terpilih kembali sebagai anggota DPR RI untuk periode 2014-2019.

Selama mengabdi di DPR, pernah memimpin Tim Pemantau Operasional Haji di Saudi Arabia, mewakili DPR dalam Young Parliamentarians Meeting di Filipina dan Italia, memenuhi undangan The American Council of Young Political Leaders ke Amerika Serikat, anggota delegasi dalam The Role of the Legislatures di Mongolia, dan anggota delegasi dalam Congress of Democrats from the Islamic World di Turki. Berkesempatan melakukan studi tentang konstitusi ke negara Rusia, Jerman, Perancis, Belanda, dan Spanyol sebagai anggota Badan Pekerja MPR yang khusus merancang Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada 1999 hingga 2002.

Tokoh yang pernah menjadi Sekretaris Forum Konstitusi (wadah berhimpunnya para pelaku sejarah yang merumuskan Rancangan Perubahan UUD 1945) ini juga menjabat Wakil Ketua Tim Sosialisasi UUD 1945 MPR RI (2004-2009), Sekretaris Fraksi PPP MPR RI (2004-2007), Wakil Ketua Tim Kajian Peningkatan Kinerja DPR RI (2006-2007), Anggota Tim Kuasa Hukum DPR RI (2004-2009), dan Ketua Fraksi PPP DPR RI (2007-2009), dan Wakil Ketua MPR RI (2009-2014).

Lukman memiliki seorang istri bernama Trisna Willy dan tiga anak.? (antara/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Anti Hoax, Khutbah Pondok Pesantren Tegal

PC IPNU-IPPNU Ini Gelar Lomba Baca Puisi Gus Mus

Brebes, Pondok Pesantren Tegal. Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Brebes kembali menggelar lomba baca puisi religi karya KH Mustofa Bisri (Gus Mus) tingkat Kabupaten Brebes. Acara yang berlangsung di aula Gedung NU Brebes pada Minggu (14/11) ini mendapat antusias yang tinggi, terutama dari kalangan pelajar dan pemuda di Kabupaten Brebes.

PC IPNU-IPPNU Ini Gelar Lomba Baca Puisi Gus Mus (Sumber Gambar : Nu Online)
PC IPNU-IPPNU Ini Gelar Lomba Baca Puisi Gus Mus (Sumber Gambar : Nu Online)

PC IPNU-IPPNU Ini Gelar Lomba Baca Puisi Gus Mus

Lomba baca puisi religi yang diikuti sekitar 50 peserta ini bekerjasama dengan Dewan Kesenian Daerah Brebes dan Badan Narkotika Kabupaten Brebes. Bupati Brebes Hj. Idza Priyanti, SE melalui Kabag Humas dan Protokol Setda Kabupaten Brebes Drs. Atmo Tan Sidik mengapresiasi ide cerdas dakwah lewat seni ini, terlebih dalam lomba yang diikuti pemuda dan pelajar ini disisipi sosialisasi bahaya narkoba.

“Dakwah dengan berkesenian adalah langkah yang cerdas, terlebih tema lomba membangun generasi bangsa yang bebas narkoba sangat tepat dengan kondisi generasi muda saat ini,” kata Atmo.

Pondok Pesantren Tegal

Menurutnya, kemampuan Wali Songo dalam membumikan ajaran Islam di Indonsia ini patut menjadi renungan kita, tidak hanya mengandalkan logika saja tidak cukup, maka melalui seni lah akhirnya agama Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Pondok Pesantren Tegal

Untuk itu, melalui lomba baca puisi religi ini, diharapkan para pemuda generasi penerus bangsa mampu mengaktualisasikan diri dengan baik dan memiliki jiwa seni yang tinggi sehingga terhindar dari bahaya narkoba.

Melalui lomba baca puisi karya Gus Mus ini, peserta diharapkan tidak hanya dapat membacakan puisi karya-karyanya. Juga dapat mengartikulasikan setiap kata yang sehingga didapat nilai filosofi dan ruhiyah yang tinggi.

Sementara itu, Ketua Cabang IPNU-IPPNU Brebes Zaki Al Aman, SPd mengatakan bahwa dipilihnya puisi kaya Gus Mus adalah selain beliau tokoh NU, juga karyanya mempunyai nilai sastra dan religi yang tinggi dan tentunya sudah dikenal di seluruh Indonesia.

Pengurus BNK Brebes, Lukman Suyanto, SH memberikan sosialisasi bahaya narkoba bagi generasi muda, dan mengingatkan akan bahaya penjajahan dengan narkoba. Menurutnya dalam 30 tahun mendatang bukannya tidak mungkin bangsa Indonesia sudah terjajah oleh kekuatan asing. Untuk itu, narkoba yang dijadikan alat jajahan bangsa lain harus disadari oleh generasi muda.

Turut hadir Pengurus NU Cabang Brebes Imam Badjuri, MPd mewakili Ketua PC NU Brebes.

Setelah melalui penjurian yang ketat, akhirnya Rr Adinda Prameswari? dari Brebes menjadi Juara 1, juara 2 Siti Cahaya dari Kota Tegal, juara 3 Amalia Hardiyanti dari Brebes. Selain mendapatkan piala Ketua PC NU Brebes, Ketua BNK dan Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Brebes, pemenang juga mendapatkan sejumlah uang pembinaan. (Wasdiun/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kyai, Warta Pondok Pesantren Tegal

Fitnah Kehidupan dan Fitnah Kematian

Oleh? KH Ali Rahmat. Ketika mendengar kata cobaan, sering dari kita merujukkannya pada peristiwa-peristiwa menyakitkan seperti bencana, sakit, dan sebagainya. Manusia kerap lupa, ujian itu lebih luas dari itu. Pesan Rasulullah memaparkan bahwa kehidupan dan kematian adalah fitnah (cobaan).

Khotbah I

Fitnah Kehidupan dan Fitnah Kematian (Sumber Gambar : Nu Online)
Fitnah Kehidupan dan Fitnah Kematian (Sumber Gambar : Nu Online)

Fitnah Kehidupan dan Fitnah Kematian

? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ?: ? ? ?, ? ? ? ? ? ? ?, ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.?

Para hadirin jamaah shalat Jum’at yang dimuliakan oleh Allah.

Marilah kita bersyukur kepada Allah, kita masih bisa menghadiri shalat Jum’at ini. Sebagai khotib, alfaqir berwasiat pada diri sendiri, dan pada hadirin, mari kita jaga dan kita tingkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wataala.

Pondok Pesantren Tegal

Para hadirin,

Rasulullah menganjurkan membaca doa sehabis tahiyat akhir. Doa ini, dianjurkan Rasulullah dibaca setelah fil alamiina innaka khamiidummajiid, yaitu:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? “Ya Allah, saya mohon perlindungan-Mu dari siksa neraka jahannam. Dan dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan, dan fitnah kematian, dan dari fitnah masikhid dajjal.”

Pondok Pesantren Tegal

Haditst ini terdapat dalam Shahih Muslim dengan nomor 584 dan juga terdapat dalam Shahih Bukhari dengan nomor 1377. Sayangnya hadits ini jarang dimunculkan dan jarang diamalkan, padahal sangat mudah sebenarnya. Yang ingin kami jelaskan, kalau masalah siksa neraka jahanam, kita sudah paham semuanya. Siksa kubur kita juga sudah paham semuanya. Di sini kita mohon perlindungan dari fitnah kehidupan.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah

Hidup ini fitnah (ujian), kebanyakan fitnah terjadi karena harta. Suami istri bercerai karena harta, orang berebut sesuatu sampai bunuh-bunuhan, sampai dipenjara karena memperebutkan harta. Karena itu, kita memohon kepada Allah dari fitnah kehidupan. Harta sedikit menjadi fitnah, tetapi harta banyak juga bisa menjadi fitnah. Yang lebih ironis adalah, sebagaimana terlihat di perkotaan, tak sedikit orang yang kekurangan secara ekonomi malah tidak beribadah. Di sini, perilaku tersebut terkait dengan hadits:

? ? ? ? ?

Artinya: Kefakiran mendekati kepada kekufuran

Orang-orang yang fakir jarang ibadah merupakan fitnah kehidupan. Namun demikian, banyak pula orang kaya yang jarang beribadah. Secara sederhana kita bisa mengamati antara jamaah masjid dan jumlah pendduk di Jakarta yang tidak seimbang. Oleh karena itu, kita mohon perlindungan dari Allah jangan sampai fitnah kehidupan menimpa kita.

Harta sedikit tidak menjadi fitnah kalau harta yang seadanya ini kita niatkan untuk Allah subhanahu wa taala. Apapun yang terjadi, jika kita niatkan untuk Allah, harta sedikit ini tidak menjadikan kita jauh dari Allah melainkan kita tetap taqarrub kepada Allah.

Begitu juga harta yang banyak tidak menjadi fitnah kalau dizakati, lebih-lebih kalau hartanya untuk membantu perjuangan Islam. Sebanyak apapun harta, kalau dizakati dan untuk perjuangan Islam, tidak akan menjadi fitnah. Malah, harta itu akan mengangkat kita, mengantarkan kita ke surganya Allah SWT.

Termasuk fitnah kehidupan lain adalah apapun yang terjadi terhadap kita, dari urusan pekerjaan, kesehatan, komunitas, bisnis, dan lainnya. Jika semuanya sampai menggoncangkan iman kita, itu fitnah. Banyak hal yang sepele merusakkan iman kita seperti salah pergaulan.Misalnya, hanya demi kawan, hanya demi komunitas, rela minum bir. Ini fitnah kehidupan.

Namun yang paling hebat, sehebat-hebatnya fitnah kehidupan adalah kalau kita meninggalkan kehidupan dengan tidak mengucapkan kalimat:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Jika hal itu terjadi, maka kita mengalami kerugian serugi-ruginya. Ibarat bumi ini terbuat dari emas semuanya, tetapi jika kita mati tanpa syahadat, maka bumi yang seluruhnya emas itu tidak ada nilai apa-apanya. Maka dari itu kita harus berhajat, setiap hari berdoa, “Ya Allah, kami mohon lindunganmu dari fitnah kehidupan.”

Para jamaah yang saya hormati,

Kita juga harus berdoa dari fitnah kematian. Ini adalah sakaratul maut. Sehebat apapun orang, setinggi apapun jabatan orang, sekaya apapun orang, semuanya akan mengalami sakaratul maut. Dalam sebuah hadits, kalau orang meninggal dunia, mereka ditampakkan gambaran calon tempat tinggalnya baik di surga atau neraka. Makanya kadang-kadang ada orang meninggal dalam kondisi tersenyum karena sudah melihat bakal tempat tinggalnya si surga. Ada juga yang meninggal dunia dalam kondisi ketakutan. Bahkan ada yang lidahnya menjulur karena menyaksikan gambaran buruknya keadaannya di akhirat. Tidak ada jaminan kiai atau tidak kiai, santri atau bukan santri bisa masuk surga. Anjuran membaca doa di atas adalah petunjuk bahwa kemungkinan untuk tak selamat dari fitnah kehidupan dan kematian ada pada semua orang.

Juga termasuk fitnah kematian adalah pertanyaan Munkar dan Nakir. Semua nyawa akan masuk ke alam barzah, bagaimanapun cara matinya, baik orang yang matinya jatuh karena pesawat terbang, meninggal di rumah atau cara lainnya. Orang sering mengatakan ada arwah gentayangan, padahal sebetulnya tidak ada arwah gentayangan.Apapun yang meninggal, langsung masuk ke alam barzah atau alam kubur. Di sana, mereka akan ditanya oleh malaikat Munkar dan Nakir. Bagi yang lolos dari pertanyaan dua malaikat itu, maka langsung masuk ke surga dalam kubur. Nabi bersabda:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Apabila meninggal seorang hamba maka datanglah dua orang malaikat, salah satunya bernama Munkar, dan yang lainnya bernama Nakir. Kedua malaikat itu bertanya: Apa yang dapat engkau katakan mengenai Muhammad SAW? Apabila yang ditanya adalah orang mu’min, ia akan menjawab: Beliau adalah hamba dan rasul Allah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah rasul-Nya. Malaikat tersebut berkata: Sekarang kami telah mengerti akan apa yang engkau katakan. Setelah itu, dilapangkanlah kuburnya seluas tujuh puluh hasta dan diterangi dengan nur. Dikatakan kepadanya: Sekarang tidurlah engkau. Mayat tersebut memohon: Doakanlah agar aku dapat kembali pada keluargaku untuk mengabarkan kesenangan ini. Sang malaikat menjawab: Tidurlah! Maka tidurlah ia laksana tidurnya para pengantin, tak pernah bangun kecuali jika ia ingin menemui keluarganya.” (HR:al-Tirmidzi)

Ini merupakan bukti bahwa kalau di alam kubur sudah ada surga, cuma surga tidak selengkap di akhirat nanti. Begitu juga, kalau tidak bisa menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir, mereka langsung disiksa di alam kubur.

Kesimpulannya, surga dan neraka itu dekat dengan kita,tergantung pada kita sendiri. Makanya kita berhajat semoga Allah menyelamatkan kita dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Lalu bagaimana agar kita bisa selamat dari malaikat Munkar dan Nakir, Rasulullah bersabda dalam hadits terkenal.

? ? ? ? ? ? ? ? ? : ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Apabila manusia meninggal maka amalannya terputus kecuali tiga perkara, ; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang mendoakannya..

Bekal kita agar selamat dari Munkar dan Nakir adalah, pertama, sedekah jariyah, menyumbang masjid dan mushalla, memberikan bantuan untuk fasilitas public, atau perjuangan apapun yang berdampak panjang dan luas bagi umat.

Kedua, ilmu yang bermanfaat. Ini tidak hanya ilmu agama, bisa ilmu matematika kalau diamalkan dengan ikhlas untuk memintarkan umat Islam, juga jadi sedekah jariyah.

Ketiga, anak sholeh, yaitu anak yang mau mendoakan orang tuanya. Jadi kalau kita punya anak tetapi tidak pernah mendoakan orang tuanya, tentu tidak mendapatkan apa-apa.

Terakhir adalah mari kita mengerjakan pekerjaan kita dengan tulus dan ikhlas, apapun pekerjaannya, enak atau tidak enak. Kita jadi guru, jadi pejabat, jadi pemerintah, jadi tukang sapu, kalau itu ikhlas karena Allah, insyaallah akan menolong kita di alam kubur, amiin ya rabbal alamiin. Semoga kita bisa bersama.

?

Khotbah II

? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ! ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Daerah Pondok Pesantren Tegal