Sabtu, 30 September 2017

Karyawan dan PKL di PBNU Juga Nonton Bareng

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Para karyawan dan staf kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, mulai dari satpam sampai cleaning service, juga tak mau ketinggalan ? menonton film ‘Sang Kiai’. Karena itu, Sabtu (2/6) di Bioskop 21 TIM.

Mereka mengikuti acara nonton bareng film yang menceritakan sejarah kebesaran dan nasionalisme pendiri NU, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.

Karyawan dan PKL di PBNU Juga Nonton Bareng (Sumber Gambar : Nu Online)
Karyawan dan PKL di PBNU Juga Nonton Bareng (Sumber Gambar : Nu Online)

Karyawan dan PKL di PBNU Juga Nonton Bareng

Koordinator acara Kholili Muhammad menjelaskan, acara dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada para karyawan PBNU untuk menonton film ‘Sang Kiai’ secara lengkap.?

Pondok Pesantren Tegal

“Kemarin pada saat acara Harlah NU kan baru potongan-potongan film yang dipertunjukkan,” ungkapnya.

Menurutnya, para karyawan PBNU merupakan bagian dari keluarga besar NU dan warga Nahdliyyin yang sepatutnya turut meneladani KH Hasyim Asy’ari atau paling tidak dapat mengetahui bagaimana sosok utama pendiri organisasi Islam terbesar tempat para karyawan itu sekarang mengabdi.

Pondok Pesantren Tegal

KH Hasyim Asy’ari merupakan tokoh bangsa yang memiliki kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan mempertahankannya, yakni melalui Resolusi Jihad 10 November 1949.?

“Apa yang dilakukan Hadratusysyaikh itu merupakan penggalan pengorbanan NU sebagai pengejawantahan semangat kebangsaan yang tidak bisa diragukan lagi komitmennya,” ungkap Idy Muzayyad, yang menginisiasi dan menfasilitasi acara nonton bareng tersebut.

Idy yang pernah menjadi ketua umum IPNU periode 2006-2009 menambahkan, tanpa Resolusi Jihad bisa saja perjalanan bangsa ini akan berbeda. ?

“Sangat mungkin kalau Mbah Hasyim tidak mencetuskan Resolusi Jihad, maka kondisi bangsa akan kembali ke alam penjajahan, atau setidaknya bangsa Indonesia akan lebih lama lagi berada dalam alam penindasan,” katanya.

Karenanya, orang NU harus bangga terhadap sejarah Resolusi Jihad dan keunggulan politik kebangsaan KH. Hasyim Asy’ari. Harapannya, generasi NU sekarang tidak sekedar berhenti di kebanggaan terhadap tokoh pendahulu, tiba berikhtiar dengan kuat dan benar untuk meneruskan serta mengaktualisasikan keluhuran politik tokoh pendiri NU.

Acara nonton bareng yang diikuti 100-an orang itu juga mengajak para pedagang kaki lima di sekitar PBNU dan sebagian pengurus Banom dan Lajnah, antara lain IPNU, IPPNU, Ansor, Warga NU DKI dan lainnya.

Redaktur: Mukafi Niam?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal News Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 29 September 2017

Bentrok Aparat dan Warga Sukamulya, LPBH PBNU Lakukan Investigasi

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal - Rombongan pengurus Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBH PBNU) melakukan investigasi dan pengumpulan informasi perihal bentrokan yang terjadi antara aparat keamanan dan warga desa Sukamulya, Kertajati, Majalengka. Mereka akan melaporkan hasil temuan di lapangan ke PBNU.

PBNU menurunkan tim yang dipimpin oleh Ketua LPBH PBNU H Royandi Haikal dan Wakil Ketua LPBH PBNU Abdul Rozak.

Bentrok Aparat dan Warga Sukamulya, LPBH PBNU Lakukan Investigasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Bentrok Aparat dan Warga Sukamulya, LPBH PBNU Lakukan Investigasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Bentrok Aparat dan Warga Sukamulya, LPBH PBNU Lakukan Investigasi

Tim LPBH PBNU menggelar pertemuan dengan warga di kantor balai desa Sukamulya Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka, Rabu (23/11). Ketua LPBH PBNU H Royandi Haikal memimpin pertemuan tersebut yang dihadiri ribuan warga.

Pondok Pesantren Tegal

Pertemuan ini juga dihadiri oleh kepala desa, Wakil Ketua PWNU Jabar, Ketua PCNU Majalengka, GP Ansor Jabar, PMII Majalengka, serta sejumlah elemen masyarakat lainnya.

Sebagaimana diketahui, bentrokan terjadi antara aparat keamanan dan warga Desa Sukamulya Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Bentrokan ini berujung pada tindakan represif oleh aparat keamanan.

“Dalam pertemuan tersebut diperoleh keterangan dan informasi terkait dengan peristiwa bentrokan. Hasil investigasi ini akan dilaporkan kepada PBNU untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya,” kata Royandi. (Alhafiz K)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal IMNU Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 27 September 2017

LPTI Walisongo Kobarkan Nasionalisme pada Ribuan Jamaah

Way Kanan, Pondok Pesantren Tegal. Ketua Lembaga Persatuan Tokoh Islam (LPTI) Walisongo Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung, KH Rofiul Bashori mengingatkan masyarakat daerah itu untuk cinta kepada tanah air agar mendapat Ridho dari Allah subhanahu wata’ala.

LPTI Walisongo Kobarkan Nasionalisme pada Ribuan Jamaah (Sumber Gambar : Nu Online)
LPTI Walisongo Kobarkan Nasionalisme pada Ribuan Jamaah (Sumber Gambar : Nu Online)

LPTI Walisongo Kobarkan Nasionalisme pada Ribuan Jamaah

"Kita berbeda-beda tetapi tetap satu juga. NKRI harga mati!" ujar Pengasuh Ponpes Roudhotul Mutaqin itu di Serdang Kuring, Bahuga, Way Kanan, Selasa (7/4).

Setelah menyerukan kalimat lazim warga Nahdlatul Ulama (NU) "NKRI Harga Mati!" itu, putra KH Nashikin Asnawi tersebut mengajak jamaah pengajian yang memenuhi sekitar 150 tenda untuk berdiri.

Pondok Pesantren Tegal

"Yang tidak cinta tanah air semoga tidak dirodhoi Allah. NKRI Harga Mati! Silakan Kapolsek Bahuga memimpin kita untuk menyanyikan Indonesia Raya," ujar KH Rofiul Bashori pada kegiatan dihadiri ribuan warga NU itu.

Pondok Pesantren Tegal

Kapolsek Bahuga AKP Maryadi tidak menolak permintaan tersebut dan segera maju lalu memimpin ribuan masyarakat yang menghadiri pengajian menghadirkan KH Anwar Zahid yang dilahirkan di Dukuh Patoman, Desa Simorejo, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.

"Kita bela Aswaja. Islam kita bukan bidah," ujar Kiai Bashori seusai lagu Indonesia Raya selesai dinyanyikan.

Setelah itu, Kiai Bashori yang juga Rais Syuriah PCNU Kabupaten Way Kanan ini meminta KH Supandri menyampaikan mengenai Islam Aswaja. Seperti apakah orang yang belajar ilmu agama diharuskan melalui guru yang bersanad atau mempunyai silsilah keilmuan.

"Berdasarkan kitab Sirojul Muridin halaman 80 dan Qoul Syeikh Abdul Qodir Al Jazari itu harus, karena belajar melalaui guru yang bersanad adalah salah satu cara agar ilmu yang dipelajari tetap terjaga kemurniannya," papar KH SUpandri di depan ribuan jamaah LPTI.

Hadir pada kegiatan itu tokoh dan pejabat Way Kanan, Ketua PCNU KH Nur Huda, Ketua PC GP Ansor Gatot Arifianto, Ketua DPRD Raden Adipati Surya, Ketua TP PKK Dr Rina Marlina, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Gino Vanollie.

"Peran NU cukup jelas untuk negara ini, mengajak masyarakat berahklak baik melalui pengajian serta mengingatkan kebhinekaan yang harus diterima sebagaimana disampaikan Gus Dur, keragaman adalah keniscayaan akan hukum Tuhan atas ciptaan-Nya," ujar Gatot menambahkan. (Dian Firasta/Mahbib)

Foto: Kapolsek Bahuga Polres Way Kanan AKP Maryadi didampingi KH Rofiul Bashori memimpin jamaah pengajian menyanyikan lagu Indonesia Raya. ?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Doa, Kiai Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 26 September 2017

PBNU Akan Gelar Layanan Kesehatan Gratis di Jaksel

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Kesehatan akan mengadakan bakti sosial berupa penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan umum dan kesehatan gigi pada 29 Oktober 2016.

Kegiatan akan dipusatkan di Pondok Pesantren Luhur al-Tsaqafah, Jalan Moch Kahfi I Jagakarsa, Jakarata Selatan. Layanan kesehatan dibuka mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB.

PBNU Akan Gelar Layanan Kesehatan Gratis di Jaksel (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Akan Gelar Layanan Kesehatan Gratis di Jaksel (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Akan Gelar Layanan Kesehatan Gratis di Jaksel

Dalam undangan yang diterima Pondok Pesantren Tegal disebutkan, aksi sosial bertajuk "Bakti Santri untuk Masyarakat" ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan memperingati Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober 2016.

Sebelumnya PBNU telah menggelar rangkaian kegiatan seperti Kirab Resolusi Jihad dengan jarak tempuh sekitar 2000 kilometer dan memakan waktu sepuluh hari, serta pembacaan shalawat Nariyah serentak secara nasional. Puncaknya, apel Hari Santri Nasional di Monumen Nasional oleh kurang lebih 50.000 santri dari berbagai daerah. (Mahbib)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Lomba, Halaqoh Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Senin, 25 September 2017

Keotentikan Karya Kiai Hasyim Asyari

Tak lama ini ada beberapa tuduhan bahwa kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim yang selama ini diketahui sebagai karya Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari diklaim bukan karya asli pendiri NU itu. Beberapa dosen, mahasiswa dan kalangan akademisi pun juga ikut meragukan. Spontan penulis merasa ganjal dan tertarik untuk mengulasnya melalui tulisan ini.

Yang dijadikan argumentasi ialah bahwa kitab Kiai Hasyim serupa dengan kitab karya Ibnu Jama’ah (w.733) berjudul Tadzkirah al-Sâmi’ wa al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim. Kabarnya kitab itu hanya dimiliki tiga orang se-Jawa Timur. Padahal, ketika penulis menelusuri di internet ternyata banyak dan bisa diunduh secara lengkap dalam format pdf sesuai cetakan, penerbit Maktabah Ibni Abbas, Mesir, 2005 dan tersedia pula makhthuthah atau masnuskrip aslinya.

Penulis meyakini, kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim yang telah ditahqiq almarhum Gus Ishom dan diterbitkan Maktabah Tsurats Pesantren Tebuireng sejak tahun 1995 itu benar-benar karya Kiai Hasyim. Banyak alasan kuat yang dapat dijadikan pegangan.

Pertama, kitab ini telah ditelaah dan mendapat taqridz atau endorsement dari ulama-ulama Timur Tengah, sebagaimana yang terlampir pada halaman 102-108. Mereka takjub atas kepandaian Kiai Hasyim dalam menyusun kitab tersebut. Bahkan oleh mereka, Kiai Hasyim dijuluki dengan berbagai macam gelar keilmuan seperti al- Alim (pintar) al-‘allâmah (cendekiawan ulung), al-fahhâmah (sangat memahami agama), mursyid al-sâlikîn ilâ aqwam tharîq (penuntun para murid kepada jalan yang benar).

Keotentikan Karya Kiai Hasyim Asyari (Sumber Gambar : Nu Online)
Keotentikan Karya Kiai Hasyim Asyari (Sumber Gambar : Nu Online)

Keotentikan Karya Kiai Hasyim Asyari

Ulama tersebut diantaranya Sa’id bin Muhammad al-Yamani, guru di Masjidil Haram dan Imam bermadzhab Syafii, Abdul Hamid Sanbal Hadidi guru di Masjidil Haram dan Imam bermadzhab Hanafi, Hasan bin Sa’id al-Yamani, dan Muhammad Ali bin al-Sa’id al-Yamani. Ulama-ulama ini tentunya tidak main-main berkenan memberikan kata pengantar untuk kitab Kiai Hasyim.

Kedua, tentang keserupaan bab yang ada di kitab Adab al-Alim dengan Tadzkirah al-Sâmi’ sebenarnya adalah hal wajar. Jika kita pernah menkaji kitab fiqh Syafiiyah, maka kitab berjudul apapun sistematika bab yang diulas satu alur. Dimulai dengan khutbah al-kitab (opening), lalu bab thaharah, disusul dengan bab shalat, zakat, puasa dan haji. Dilanjut dengan bab jual beli dan interaksi sosial (al-buyû’ wa al-muâmalah), kemudian munâkahah, jinâyat, hudûd, jihâd dan diakhiri dengan al-itq, budak.

Kiai Hasyim dalam kitabnya Adab al-Alim menulis delapan bab yang terdiri dari (1) bab keutamaan ilmu dan ahli ilmu, (2) bab adab murid kepada dirinya sendiri, (3) bab adab murid kepada gurunya, (4) bab adab murid kepada pelajarannya, (5) bab adab guru kepada dirinya, (6) baba dab guru kepada pelajarannya, (7) baba dab guru bersama murid, dan diakhiri dengan (8) bab adab kita kepada buku.

Pondok Pesantren Tegal

Sedangkan dalam Tadzkirah al-Sâmi’ Ibnu Jama’ah hanya menulis lima bab, yaitu (1) bab keutamaan ilmu dan ulama, (2) adab guru kepda dirinya, muridnya dan pelajarannya, (3) adab murid kepada dirinya, gurunya dan pelajarannya, (4) adab kepada buku, (5) idealitas sebuah lemabaga pendidikan. Dengan begitu jelas, kedua kitab serupa namun berbeda. Kalau plagiat, tentunya daftar isi keduanya tidak jauh berbeda.

Pondok Pesantren Tegal

Ketiga, sejauh penelusuran penulis selaian Kitab karya Kiai Hasyim ini, ada empat kitab yang berjudul Adab al-Alim wa al-Muta’allim yaitu, Adab al-Alim wa al-Muta’allim wa al-Mufti wa al-Mustafti karya Imam Nawawi, Adab al-Alim wa al-Muta’allim inda al-Mufakkirin al-Muslimin min Muntashaf al-Qarn al-Tsânî al-Hijrî karya Yahya Hasan Murod, Adab al-Muallim wa al-Mutaallim karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir Ali Sadi, dan Adab al-Muallim wa al-Mutaallim yang ditulis oleh Majid bin Su’ud Ali Usyan.? ?

Belum lagi, kitab-kitab yang bertemakan adabiyah menuntut ilmu. Setidaknya ada Ta’lîm al-Muta’allim ilâ Tharîq al-Ta’allum karya Syaikh Zain al-Arab bin Ismail al-Zarnuji (996 H) yang diberi anotasi (syarah) oleh Syaikh Abdullah bin M Yablaqi (1107 H). Juga Hilyah Thâlib al-Ilmi karya Syaikh Bakr Abu Zaid, Uddah al-Tuhllâb Syaikh Sufyan al-Hakami dan al-Nashîhah al-Wâfiyah li Thullâb al-Ulum al-Syarîah ditulis oleh Muhammad Abdul Hakim Aal-Qadhi

Sedangkan di Indonesia kita kenal ada kitab Tanbîh al-Muta’allim karangan almarhum Kiai Ahmad Maisur Sindi, bahkan menurut pengasuh Pondok Ringinagung Pare ini, kitab ini disusun berdasarkan nasehat Kiai Hasyim kala ia nyantri di Pesantren Tebuireng. Juga Mir’ât Afkâr al-Rijâl karya Kiai Ahmad Zaini Solo, serta Jawâhir al-Adab karangan Kiai Ahmad Nawawi bin Abdul Hamid Bulumanis, Pati.? ? ?

Keempat, melihat kealiman Gus Ishom tidak mungkin beliau sembrono mencantumkan karya itu sebagai buah pena Kiai Hasyim. Gus Ishom telah men-tahqiq belasan kitab sang kakek sejak 1994 hingga wafat tahun 2003. Beliau tidak menambahi atau mengurangi tanpa ada konfirmasi sebelumnya. Seperti kitab al-Nûr al-Mubîn. Kitab asli Kiai Hasyim ini semula berjumlah 61 halaman ketika diterbitkan ulang menjadi 85 halaman dengan menyebutkan keterangan bahwa lafadz yang berada di dalam kurung merupakan tambahan dari Gus Ishom sendiri.

Di perpustakaan pribadi Kiai Hasyim tidak dijumpai naskah asli kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim. Penulis menduga berada di kediaman Gus Ishom sebagaimana naskah-naskah lainnya.

Dari tulisan sederhana ini, setidaknya bisa menjadi pegangan kukuh bahwa kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim benar-benar karya Pendiri NU. Kalaupun ada yang masih meragukan, dipersilahkan menyampaikan titik-titik keraguannya itu secara ilmiah. Wallahu A’lam.

?

* Fathurrahman Karyadi

Mahasiswa Ma’had Aly Pesantren Tebuireng dan peminat filologi

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Daerah, Syariah, Ulama Pondok Pesantren Tegal

Inilah Indeks PAI Hasil Riset Kemenag pada Siswa SMA di Serang

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Hasil penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang dan Diklat Kemenag (2015) tentang indeks Pendidikan Agama Islam Tingkat Sekolah Menengah (SMA) di Kabupaten Serang, Banten, mendapati tidak adanya perbedaan perilaku siswa yang signifikan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan.?

Namun, terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara siswa dari jurusan IPA dengan siswa dari jurusan IPS pada alpha 0,046 dimana siswa dari jurusan IPA perilakunya lebih baik daripada siswa dari jurusan IPS. Tidak terdapat perbedaan perilaku yang signifikan berdasarkan perbedaan jenis pekerjaan orangtua masing-masing.

Inilah Indeks PAI Hasil Riset Kemenag pada Siswa SMA di Serang (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Indeks PAI Hasil Riset Kemenag pada Siswa SMA di Serang (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Indeks PAI Hasil Riset Kemenag pada Siswa SMA di Serang

Selain itu, tidak terdapat perbedaan perilaku siswa yang signifikan antara siswa yang berasal dari SMP dengan siswa yang berasal dari MTs. Tidak terdapat perbedaan perilaku siswa yang signifikan antara siswa yang berasal dari SD dengan siswa yang berasal dari MI. Terdapat perbedaan perilaku siswa yang signifikan antara siswa yang mengaji di Pesantren/Diniyah dengan yang di TPQ pada alpha 0,058 di mana yang mengaji di Pesantren/Diniyah kemampuannya lebih tinggi daripada yang di TPQ.

Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan baca tulis Al Quran antara siswa yang aktif di Rohis dengan yang tidak aktif di Rohis pada alpha 0,081 di mana yang aktif di Rohis perilakunya lebih baik daripada yang tidak aktif di Rohis. Antara yang aktif di Rohis dengan yang kurang aktif di Rohis pada alpha 0,053 di mana yang aktif di Rohis perilakunya lebih baik daripada yang kurang aktif di Rohis.

Sementara dikaitkan antara profil responden terhadap karakter tidak ditemukan perbedaan karakter yang signifikan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Tidak terdapat perbedaan karakter yang signifikan antara siswa dari jurusan IPA dan siswa dari jurusan IPS. Tidak terdapat perbedaan karakter siswa yang signifikan berdasarkan perbedaan jenis pekerjaan orangtua masing-masing.

Pondok Pesantren Tegal

Tidak terdapat perbedaan karakter siswa yang signifikan antara yang berasal dari SMP dengan yang berasal dari MTs. Tidak terdapat perbedaan karakter yang signifikan antara siswa yang berasal dari SD dengan siswa yang berasal dari MI. Tidak terdapat perbedaan karakter yang signifikan antara siswa yang mengaji di Pesantren/Diniyah, dengan yang Privat, di TPQ, maupun dengan yang hanya belajar agama Islam di SMA saja. Tidak terdapat perbedaan karakter yang signifikan antara siswa yang aktif, kurang aktif, dan tidak aktif di Rohis SMAN tersebut.

Dikaitkan dengan profil responden terhadap afeksi, tidak terdapat perbedaan afeksi yang signifikan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Terdapat perbedaan afeksi yang signifikan antara siswa dari jurusan IPA dan siswa dari jurusan IPS pada alpha 0,047 di mana afeksi ? siswa IPA relatif lebih tinggi dari siswa IPS. Tidak terdapat perbedaan afeksi siswa yang signifikan berdasarkan perbedaan jenis pekerjaan orangtua masing-masing.

Pondok Pesantren Tegal

Tidak terdapat perbedaan afeksi yang signifikan antara siswa yang berasal dari SMP dengan siswa yang berasal dari MTs. Tidak terdapat perbedaan afeksi yang signifikan antara siswa yang berasal dari SD dengan siswa yang berasal dari MI. Tidak terdapat perbedaan afeksi yang signifikan antara siswa yang mengaji di Pesantren/Diniyah, dengan yang Privat, di TPQ maupun yang hanya belajar agama Islam di SMAN 1 Jawilan semata. Tidak terdapat perbedaan afeksi yang signifikan antara siswa yang aktif, kurang aktif, dan tidak aktif di Rohis SMAN se-Kabupaten Serang. (Kendi Setiawan/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sholawat, Pertandingan, Fragmen Pondok Pesantren Tegal

“Satire Sang Kapiten” Pentas di Pesantren Az Zahra

Jepara, Pondok Pesantren Tegal. Pesantren Az Zahra Mlonggo Jepara menggelar pentas monolog “Satire Sang Kapiten” bersama Zaki Zarung (pegiat komunitas Matapena Yogyakarta), Sabtu (24/1) malam.

Kegiatan bulanan itu dihadiri ratusan orang dari santri, alumni dan masyarakat umum. Monolog tersebut bercerita tentang dinamika kejahatan. Bahwa hadits kullu mauludin yuladu ‘alal fithrah (setiap anak terlahir dalam kondisi suci) bermakna, karakter buruk anak tidak berasal dari dirinya sendiri sejak lahir, melainkan pengaruh luar, termasuk mungkin orang tuannya.

“Satire Sang Kapiten” Pentas di Pesantren Az Zahra (Sumber Gambar : Nu Online)
“Satire Sang Kapiten” Pentas di Pesantren Az Zahra (Sumber Gambar : Nu Online)

“Satire Sang Kapiten” Pentas di Pesantren Az Zahra

Ceritanya, ada seorang Kapiten yang mencari anak buah. Kesempatan itu Malin yang cerdas namun jahat mengikuti audisi. Setelah menjadi anak buah kapal Malin malah meracun sang Kapiten.

Pondok Pesantren Tegal

Alhasil ia menggantikan posisi sang Kapiten dan memimpin gerombolan bajak laut. Plus memperoleh anak sang Kapiten, si cantik. Singkat cerita, saat si Malin mendarat di sebuah pulau ia bertemu dengan ibunya. Karena Malin tak mau mengakui ibunya ia lalu diterjang badai.   

Nah, kesempatan itu, dimanfaatkan oleh Zaki Zarung, pegiat Komunitas Matapena Yogyakarta untuk menyampaikan pesan dalam monolognya. Pertama, Guru Matematika SMKN 1 Sewon Bantul itu tidak sepakat dengan konsep anak durhana sebagaimana kisah Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu.

Pondok Pesantren Tegal

Orang tua (Ibu, red) tidak boleh mendoakan hal jelek kepada anaknya. “Saat ibu sudah terlanjur berdoa jelek sebaiknya ada rasa penyesalan,” papar Ahmad Zaki, nama aslinya.

Kedua, sejahat apapun seseorang masih mempunyai ruang untuk bertaubat. Sehingga, saat si Malin diterjang badai, Kiai Samuderalah yang menolognya dan si Malin bertaubat.

Pengasuh pesantren Az Zahra, Hj. Luluk Waqifiyah yang diwakili Kepala SMK Az Zahra, Hasan Khaeroni menerangkan melalui pentas tersebut harapannya bisa menjadi pelajaran untuk santri. “Pelajaran tidak hanya diterima dari kelas namun dari pentas juga banyak ilmu yang bisa diunduh dan di amalkan,” harapnya. (Syaiful Mustaqim/Mahbib)  

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kyai, Sejarah Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 24 September 2017

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Sekitar 40 penulis potensial bertemu di Pesantren Al-Aziziyah Denanyar Jombang Jawa Timur, Sabtu (21/12). Kegiatan ini dikemas dalam acara temu wicara dan menghadirkan pembicara yakni Ahmad Baso, KH Aziz Masyhuri, Prof Dr KH Imam Suprayogo serta Sulaimaniyah Turki.

Dalam paparannya, Ahmad Baso tidak bisa menyembunyikan keprihatinan lantaran sangat terbatasnya karya ulama Nusantara yang diterbitkan.?

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan

"Kita prihatin karena masih belum banyak kitab ulama Nusantara yang diterbitkan karena berbagai hal, katanya. "Padahal dulu ulama kita jadi rujukan di Haramain," lanjut penulis buku NU Studies ini.

Pondok Pesantren Tegal

Sedangkan Kiai Aziz Masyhuri mengharapkan kegiatan di pesantren yang diasuhnya mampu menumbuhkan semangat menulis. Bahkan khusus untuk kegiatan temu wicara, kiai produktif ini mengharapkan bisa terselenggara lebih besar.?

"Kita berkumpul di sini semoga bisa menjadi awal mengumpulkan para penulis muslim nusantara dan kegiatan ini dapat dilaksanakan secara nasional tahun depan," katanya.

Pondok Pesantren Tegal

Rektor UIN Maliki, Prof Dr KH Imam Suprayogo mengingatkan bahwa kesadaran membuat tulisan dan menata koleksi buku telah tumbuh di kalangan non sunni.?

"Selain kelompok Wahhabi, juga ada kelompok syiah yang demikian ? luar biasa," terangnya. Dalam keseharian, mereka menerjemahkan karya-karya ulama syiah.?

"Saya beberapa kali ke Iran dan mengunjungi perpustakaan di samping Imam Ali Rido," akunya. Luas perpustakaan itu sampai tiga hektar. "Kalau kita mencari buku, maka yang melayani adalah robot," katanya. Tidak itu saja, ? koleksi kitab, buku, majalah dan sejenisnya bisa sampai 2.500.000 judul," katanya penuh rasa kagum.?

Sekedar membandingkan, perpustakaan modern adalah Dha yang berada di Iran serta ? di Deft, Belanda. Kelebihan di sana pelayanannya ? luar biasa.?

Prof Imam juga mengatakan bahwa tugas seorang imam di syiah adalah menulis. Setelah itu seluruh karya para imam itu diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan disebarkan.?

"Makanya, agar anak-anak kita tidak menjadi wahhabi dan syiah, ayo menulis," tantangnya. "Semakin produktif, semakin baik!" lanjutnya.?

Imam Suprayogo yang juga salah seorang Rais PWNU Jatim ini.bahkan menyatakan bersyukur karena sudah mengawali tradisi menulis ini. Setidaknya, kini ia telah menulis 2100 makalah dan artikel. Ia juga menerbitkan ? 20 judul buku.?

"Setiap hari bakda shubuh saya minimal menulis 4 halaman tanpa berhenti," katanya. ?

"Nah saya membayangkan seandainya kita semua menulis rutin seperti ini dan terus kontinyu, maka akan ? luar biasa hasilnya!" Katanya Karena dalam pandangannya, keilmuan orang-orang Indonesia juga bagus.?

Karena itu Prof Imam sangat mengapresiasi upaya dari KH Aziz Masyhuri untuk mengumpulkan para penulis dan harus dilanjutkan. "Ini tradisi halaqah yang harus terus dipertahankan," tukasnya. (syaifullah/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pahlawan, Kajian Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 22 September 2017

Koperasi Sampah Ini Danai Gerakan GP Ansor Kadilangu

Pati, Pondok Pesantren Tegal - Koperasi sampah dengan nama Apik Resik sudah beroperasi setahun. Koperasi yang digerakkan GP Ansor Kadilangu Kecamatan Trangkil Kabuoaten Pati ini menyumbang pendapatan kas organisasi tidak sedikit.

“Memang benar kalau kas Ansor berasal dari sampah yang kita kelola. Kami melatih kemandirian anggota terutama kader Ansor Kadilangu,” kata Ketua Koperasi Apik Resik Ahmad Radhi.

Koperasi Sampah Ini Danai Gerakan GP Ansor Kadilangu (Sumber Gambar : Nu Online)
Koperasi Sampah Ini Danai Gerakan GP Ansor Kadilangu (Sumber Gambar : Nu Online)

Koperasi Sampah Ini Danai Gerakan GP Ansor Kadilangu

Radhi tidak menyebut angka kontribusi bank sampah yang dijalankannya bersama GP Ansor Kadilangu untuk kas organisasi.

Sementara tokoh masyarakat setempat yang kini pembina GP Ansor Kadilangu Irham Shodiq membenarkan Radhi. Kini anggota koperasi Apik Resik berjumlah 50 orang. Setiap dua pekan sekali mereka menyetorkan limbah rumah tangga dengan kategori sampah nonorganik.

Pondok Pesantren Tegal

Koperasi ini diinisiasi oleh kader GP Ansor Kadilangu dalam rangka menjaga alam dari kerusakan akibat buang sampah sembarangan. Aktivitas koperasi sampah ini menegaskan bahwa kader muda GP Ansor memiliki kepedulian yang cukup besar untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan.

Operasi koperasi Apik Resik adalah langkah GP Ansor membumikan perubahan paradigma pengelolaan sampah. Pengembangan koperasi ini harus menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk mulai memilah, mendaur ulang, dan memanfaatkan sampah guna membangun lingkungan yang lebih baik sekaligus membangun ekonomi kerakyatan.

Pondok Pesantren Tegal

"Pengelola koperasi sampah harus mempunyai jiwa sosial karena mengelola sampah ini membutuhkan tingkat kesadaran yang tinggi akan pentingnya kebersihan lingkungan," demikian dikatakan Kepala Desa Kadilangu Heru yang juga pengurus ranting GP Ansor setempat. (Hasannudin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Berita, Budaya Pondok Pesantren Tegal

Kelestarian Arab Pegon Memprihatinkan

Arab pegon, Arab Melayu, atau Huruf Jawi merupakan simbol dari keilmuan pesantren. Di dalam sejarahnya, Arab Pegon merupakan sarana untuk transfer ilmu, terutama di kalangan pesantren. Bahkan di wilayah-wilayah Melayu seperti Pattani, Riau, Malaysia, dan Brunei, dokumen-dokumen kenegaraan, kisah-kisah, dan lainnya ditulis menggunakan aksara Arab Pegon.

Chambert-Loir, seorang ahli perpusatakaan dari Perancis, memperkirakan bahwa karya yang ditulis menggunakan Arab Pegon ada sekitar empat ribu buah naskah. Ismail Husain menyebutkan ada lima ribu buah naskah Arab Pegon. 

Kelestarian Arab Pegon Memprihatinkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Kelestarian Arab Pegon Memprihatinkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Kelestarian Arab Pegon Memprihatinkan

Sementara, Russel Jones memperkirakan ada sepuluh ribu buah naskah. Naskah-nashkah tersebut tersebar di 28 negara: Afrika Selatan, Amerika, Austria, Australia, Belanda, Belgia, Brunei, Ceko-Slovakia, Denmark, Hongaria, India, Indonesia, Inggris, Irlandia, Italia, Jerman, Malaysia, Mesir, Norwegia, Polandia, Prancis, Rusia, Singapura, Spanyol, Srilanka, Swedia, Swiss, dan Thailand.

Konferensi bahasa yang diselenggarakan tahun lima puluhan di Singapura mengukuhkah kedudukan dan penggunaan aksara romawi. Sejak saat ini, peran aksara Arab Pegon menjadi tergantikan. Semua penerbit koran, majalah, dan buku dengan terpaksa mengganti aksara Arab pegon dengan huruf Romawi. 

Untuk memperluas wawasan tentang Arab Pegon dan tradisi keilmuan pesantren, Jurnalis Pondok Pesantren Tegal A. Muchlishon Rochmat mewawancarai Ahmad Baso, seorang ahli naskah dan penulis buku-buku tentang pesantren. Berikut petikannya:

Di Acara Ijtima’ Ulama Nusantara ke-2 di Malaysia 2007 lalu, KH Maimoen Zubair bahwa kelestarian Arab Pegon pada tahap kritis dan mulai ditingalkan. Apakah betul eksistensi Arab Pegon saat ini seperti itu?

Pondok Pesantren Tegal

Memang sekarang eksistensi Arab Pegon memprihatinkan karena di pesantren atau madrasah tidak ada lagi sebuah keharusan untuk kembali mempelajari naskah-naskah nusantara, termasuk yang menggunakan aksara pegon. Sekarang Arab Pegon mulai terancam punah pembelajaran naskah pegon.

Pondok Pesantren Tegal

Pembelajaran menggunakan aksara Arab Pegon hanya berdasarkan inisiatif daripada pesantren dan madrasah. Dan itupun tidak banyak. Kalau pun ada pembelajaran pegon, itu hanya terbatas pada kebutuhan santri seperti memakai kitab fasolatannya Mbah Asnawi. Ada juga yang membaca tafsir Ibriz nya KH Bisri Mustofa, namun tidak masif. Artinya hanya pesantren tertentu saja yang mempelajari itu.

Banyak sarjana luar negeri yang belajar pegon untuk mengakses ilmu-ilmu kita, tetapi kita sudah melupakan ilmu-ilmu kita sendiri. Pegon menjadi perantara untuk mengakses ilmu-ilmu kita ditulis para pendahulu kita di Nusantara. 

Pegon bisa menjadi pintu masuk ke dunia keilmuan nusantara, bukan hanya keilmuan Islam saja tetapi juga ilmu-ilmu umum. Itu ditulis dalam aksara pegon. Dulu, misalnya orang Tionghoa menulis sejarah atau cerita rakyat dengan aksara pegon.

Tapi kan ada stigma kalau aksara pegon itu ‘simbol kemunduran’?  

Iya, ada yang menyebut kalau pegon itu kemunduran, ketertinggalan, dan kolot. Tapi masalah-masalah kebangsaan sekarang tidak cukup bisa diselesaikan dengan membaca produk-produk dari Barat, karena orang harus membaca lagi kearifan lokal dan khazanah kenusantaraan. Mereka baru sadar. Seharusnya kesadaran tersebut harus diimplementasikan dengan meningkatkan pembelajaran Arab Pegon.  

  

Di Sumatera, Palembang, dan Aceh sudah mulai ada kesadaran untuk mengkaji kembali naskah-naskah Melayu yang ditulis dalam aksara Jawi-Arab tapi bahasa Melayu. Di Jawa juga seharusnya juga sudah sudah saatnya ada perhatian seperti itu.  

Untuk melestarikan Arab Pegon berarti harus mengkajinya kembali? Bagaimana caranya?

Saya sering sampaikan kepada Kementrian Agama bahwa aksara pegon adalah salah satu pintu menuju ilmunya Islam Nusantara. Pembelajaran aksara pegon bisa dimasukkan ke dalam kurikulum madrasah ataupun pesantren. Kemenag memiliki kewenangan akan hal itu. 

Sekarang sudah saatnya untuk mengajak kembali ngaji kitab pegon agar anak-anak muda kita paham tentang warisan tradisi keilmuan dan peradaban ulama Nusantara dulu. Memang sampai sekarang, di dalam kurikulum juga tidak ada pelajaran mempelajari Arab Pegon.

Kalau tidak ada perhatian dari atas, pesantren atau pengurus-pengurus NU seharusnya mengajarkan pegon lewat program-program ekstrakurikuler sekolah. Cuma belum ada kampanye yang masif. 

Salah satu agenda Hari Santri Nusantara seharusnya melakukan kampanye untuk mainstreaming atau pengarusutamaan Arap Pegon. Sehingga dampak yang ditimbulkannya lebih besar dan masif. 

Di pesantren dan madrasah sendiri kan juga jarang sekali yang menggunakan kitab Arab Pegon untuk bahan kajiannya. Kebanyakan pesantren menggunakan ‘Kitab Arab Murni’ atau kitab kuning.

Sebetulnya Kemenag sudah memberikan batasan-batasan cakupan keilmuan apa saja yang harus dipelajari oleh santri. Ada target dan ujiannya. Praktik, kiai-kiai kita memikirkan kebutuhan praktisnya terlebih dahulu karena standar itu. Standarisasi itu yang sebetulnya merusak.

Untuk mengenal sejarah, identitasm dan jatidiri kita itu tidak hanya cukup ngaji kitab kuning, justru kitab pegon itu yang memberikan kita cara panduan bagaimana suara kita diperdengarkan pas ngaji kitab kuning. Santri ngaji kitab kuning dan mencatatnya menggunakan pegon. Dan mereka melakukan sosialisasi ilmu dengan mengarang kitab pegon yang merupakan penjelasa dan syarah dari kitab kuning. 

Itulah pentingnya pegon. Yakni agar kita tahu bagaimana umat Islam dan ulama Nusantara ini memberikan syarah atau penjelasannya terhadap kitab-kitab kuning. Misalnya Syekh Kholil Bangkalan menulis kitab tafsir dengan aksara pegon. Kalau kita tidak bisa mengakses kitab tersebut, maka kita tidak akan tahu bagaimana Syekh Kholil menafsirankan Al-Qur’an. 

Meski tidak sekolah dasar, tetapi orang tua kita dulu biasa menggunakan aksara pegon untuk surat menyurat. Sekarang, generasi saat ini sudah tidak tahu lagi soal pegon. 

Ada yang mengusulkan untuk melakukan standarisasi Arab Pegon. Bagaimana tanggapan anda?

Standarisasi boleh-boleh saja untuk konteks kekinian, tetapi tidak bisa dijadikan acuan untuk membaca naskah-naskah lama. Standarisasi boleh saja untuk dijadikan pegangan santri menulis di masa depan. Untuk membaca naskah lama, itu tidak bisa. Untuk membaca naskah lama maka harus sering-sering ngaji pegon.

Konferensi Bahasa tahun 50-an di Singapura mengukuhkan aksara Romawi dan ‘menghapus’ aksara pegon yang sudah berkembang. Tradisi keilmuan kita juga diserbu oleh sistem pengetahuan Barat dengan standar ilmiahnya. Bagaimana seharusnya kita menghadapi itu?

Kita pelajari saja aksara-aksara dan sistem mereka, namun mestinya kita tidak terpengaruh oleh mereka. Misalnya Thailand, Jepang, dan China. Mereka tetap mempertahankan aksara mereka, tetapi juga mempelajari sistem keilmuan Barat. Mereka bangsa maju tetapi tidak kiku dengan serbuan budaya modern dan tetap menjaga aksaranya. Baik Thailand, Jepang, ataupun China sangat getol mengampanyekan bahwa aksara mereka adalah warisan nasional.

Israel bekerja keras untuk menemukan kembali aksaranya yang hilang ribuan tahun yang lalu. Mereka mengerahkan ilmuan-ilmuan mereka untuk membangkitkan dan mengkaji kembali aksara Ibrani. Aksara yang sudah punah mereka bangkitkan lagi, sementa kita membuat aksara pegon mati dan membunuhnya di saat itu masih dipakai oleh bangsa kita. Sementara teks-teks kita diangkut oleh Kompeni ke Belanda.

Jadi tidak ada hubungannya antara serbuan modernisasi dengan aksara. Justru dengan aksara itu kita bisa menjaga jatidir dan identitas kita.  

Akhir-akhir ini marak musabaqah kitab kuning dengan tujuan untuk menjaga tradisi keilmuan pesantren atau NU. Pendapat anda seperti apa?

Kalau mau menjaga tradisi keilmuan NU kan tidak hanya kitab kuning, ada kitab Pegon, Jawi, dan yang lainnya. Banyak kiai-kiai kita yang menjaga tradisi NU dengan mengamalkan pegon. Hadratussyekh Hasyim Asy’ari saja menulis dengan aksara pegon. 

Mengapa kitab-kitab pegon tidak dijadikan kitab untuk musabaqah. Misalnya musabaqah ngaji kitab-kitabnya Hadratussyekh Hasyim Asy’ari. Kitab-kitabnya beliau kan ada yang berbahasa Arab dan ada yang pegon. Selain itu juga mengkaji kitab tafsir pegonnya Syaikhona Kholil Bangkalan. Kalau ada medium musaqabah, minat santri untuk mengkaji kembali lebih tinggi.  

Dulu ulama dikenal karena karyanya yang banyak, sekarang ulama yang dikenal masyarakat adalah mereka yang sering tampil di media dan bisa menggalang banyak massa. Apakah ini sebuah degradasi atau memang zamannya sudah berubah?

Masyarakat kita butuhnya sesuatu yang serba cepat ala makanan fast food. Fast food itu tidak bergizi dan itu bukan dari tradisi kita. Kuliner kita bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga bergizi bagi tubuh. 

Kecenderungan mubaligh saat ini adalah model fast food. Kalaupun ada mubaligh kita yang seperti syukur, tetapi jangan mengabaikan untuk menjaga tradisi keilmuan kita. Banyak ceramah-ceramah yang ada di televisi, namun itu apakah bergizi atau tidak. Dan itu bisa dinilai dari tingkat kealiman yang berceramah. 

Kalau yang dipentingkan adalah ceramah-ceramah yang mengedepankan kemasan, maka tradisi keilmuan kita akan habis dalam jangka beberapa puluh tahun ke depan. Ceramah-ceramah agama di televisi itu hanya mengenyangkan sesaat bagi mereka yang haus dan lapar spiritual. Tetapi kita harus melakukan yang lebih dari itu, bagaimana kita memberikan ceramah yang mengenyangkan, bergizi, dan tidak hanya kemasan saja.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaSantri, Bahtsul Masail, Olahraga Pondok Pesantren Tegal

PBNU Haramkan Eksploitasi Sumber Daya Alam di Indonesia

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) secara serius menyikapi aktivitas eksploitasi sumber daya alam di Indonesia baik oleh perusahaan negara maupun korporasi swasta. Para kiai peserta bahtsul masail yang difasilitasi PBNU ini mengakui sedikit manfaat dari bisnis ini. Namun, kerusakan luar biasa karena aktivitas ini, tidak bisa dimaafkan secara syar’i.

PBNU Haramkan Eksploitasi Sumber Daya Alam di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Haramkan Eksploitasi Sumber Daya Alam di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Haramkan Eksploitasi Sumber Daya Alam di Indonesia

Rais Syuriyah PBNU KH A Ishomuddin dan KH Azizi yang memimpin sidang bahtsul masail PBNU Ahad (10/5) dini hari ini, membacakan kesepakatan forum akan keharaman aktivitas ekploitasi sumber daya alam Indonesia yang menyebabkan kerusakan lingkungan.

“Meskipun perusahaan negara atau swasta eksploitir itu legal, tetapi praktiknya mereka mengabaikan AMDAL,” kata Kiai Ishom pada sidang bahstul masail PBNU di pesantren Al-Manar Azhari, Limo, Depok, Sabtu-Ahad (9-10/5).

Pondok Pesantren Tegal

Peserta bahtsul masail PBNU ini, ujar Kiai Ishom, mengeluarkan putusan haram terhadap eksploitasi kekayaan alam yang berlebihan sehingga menimbulkan mudhorot yang lebih besar daripada mashlahatnya.

“Letak keharamannya itu bukan pada sisi legalitas atau izin pemerintah, tetapi pada dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkannya,” kata Kiai Ishom.

Pondok Pesantren Tegal

Selain itu, pihak perusahaan yang melakukan aktivitas eksploitasi ini juga berkewajiban untuk menanggung kerugian yang diakibatkannya. Kewajiban ini yang masuk di dalam keputusan forum, dikutip oleh salah seorang peserta bahtsul masail dari kitab Qawaidul Ahkam fi Masholihil Anam karya Izzuddin bin Abdissalam.

Isu yang diangkat oleh PBNU ini berangkat dari keprihatinan para kiai melihat kerusakan luar biasa alam dan juga pencemaran lingkungan seperti lobang-lobang raksasa di Kepulauan Riau, Papua, Kalimantan, Aceh, Sidoarjo akibat eksploitasi alam berlebihan.

Salah seorang peserta bahtsul masail PBNU Andi Najmi menyoroti dari aspek legalitas aktivitas eksploitasi itu sendiri. Menurut Ketua PP LPBH NU ini, ekploitasi itu sendiri sudah ilegal.

“Kalau minerba, itu ada tonase sebagai batas maksimal. Kalau penggarapan lahan hutan, pengelola harus memerhatikan PRT. Itu semua diatur dalam undang-undang,” kata Andi. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ahlussunnah, Kiai Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 21 September 2017

Ada Raksasa Ijo Ajak Masyarakat Mengaji di Bekasi

Bekasi, Pondok Pesantren Tegal

Warga kampung Bulaktemu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dikejutkan dengan hadirnya raksasa ijo pembawa Iqro’. Raksasa yang kerap menjadi simbol sosok jahat pembawa keresahan itu hadir dengan lembut dan akrab.

Para pemuda masjid kampung Bulaktemu dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta menghadirkan boneka berukuran besar tersebut untuk menggerakkan masyarakat agar gemar mengaji.

Ada Raksasa Ijo Ajak Masyarakat Mengaji di Bekasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Raksasa Ijo Ajak Masyarakat Mengaji di Bekasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Raksasa Ijo Ajak Masyarakat Mengaji di Bekasi

“Ini hal pertama kali kita lakukan di kampung kita, mengajak pemuda khususnya, serta masyarakat untuk mengaji,” ujar Daud, pemuda kampung Bulaktemu.

Pondok Pesantren Tegal

Raksasa ijo (raksasa hijau) dibuat dari bambu setinggi tiga meter yang dilapisi kertas. Karya para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) STAINU Jakarta ini berjalan mengelilingi kampung, Senin (11/4), dan diikuti lebih dari 400 anak serta warga Bulaktemu dengan membawa bendera.

Pawai ini dibuka kepala Desa Sukabudi Iimudin Suparna serta tokoh masyarakat dan perangkat desa kampung Bulaktemu. Pembukaan ditandai dengan pemotongan pita di tugu depan kantor kepala desa setempat, pukul tujuh pagi. Suara petasan dan sorak-sorak sorai dari anak-anak dan warga menambah kemeriahan.

Pondok Pesantren Tegal

Kegiatan ini mendapat apresiasi dari Camat Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Agung Suganda beserta jajaran pegawai kecamatan setempat. Ketua Bidang Kemahasiswaan STAINU Jakarta Akhmad Nurul Huda yang menjadi dosen pembimbing KKN juga menyamput positif aksi kreatif para mahasiswa. (Moch. Muhdi Khorip/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nasional, AlaSantri, Ahlussunnah Pondok Pesantren Tegal

Inilah Naskah Lengkap Deklarasi Nahdlatul Ulama kepada Dunia

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Pengurus Besar Nadlaltul Ulama (PBNU) menerbitkan “Deklarasi Nahdlatul Ulama” dalam International Summit of Moderate Islamic Leaders (Isomil) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, yang dihelat sejak Senin (9/5).

Deklarasi tersebut dibacakan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Selasa (10/9) sore, di hadapan para ulama dari berbagai negara. Naskah deklarasi dirumuskan setelah PBNU menggelar pertemuan terbatas dengan para ulama itu pada siang harinya.

Inilah Naskah Lengkap Deklarasi Nahdlatul Ulama kepada Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Naskah Lengkap Deklarasi Nahdlatul Ulama kepada Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Naskah Lengkap Deklarasi Nahdlatul Ulama kepada Dunia

Berikut naskah lengkah “Deklarasi Nahdlatul Ulama” di ujung forum internasional yang mengusung tema “Islam Nusantara, Inspirasi untuk Peradaban Dunia” ini:

Deklarasi Nahdlatul Ulama?

? ? ? ?

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

? ? ? ? ?

? (?: 107)

“Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai pembawa rahmat bagi semesta” (QS. Al-Anbiya`: 107)

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? (?: 70)

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Isra`: 70)

? ? ? ? ? ? ?

(?:78)

“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama” (QS. Al-Hajj: 78)

? ? ? ? ?

(? ?)

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR. Al-Baihaqi)

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

(? ?)

“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku (Muhammad) sebagai orang yang mempersulit atau memperberat para hamba. Akan tetapi Allah mengutusku sebagai pengajar yang memudahkan (HR. Muslim).

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

(? ?)

“Seorang muslim sejatinya adalah orang yang seluruh manusia selamat dari lisan dan tangannya. Sedang seorang mukmin adalah orang yang mendatangkan rasa aman kepada orang lain dalam darah dan hartanya” (HR. An-Nasai)

? ? ? ? ? ? ? (? ?)

“Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam semua urusan” (Muttafaq ‘Alaih)

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Orang-orang yang menyayangi sesama, Sang Maha Penyayang menyayangi mereka. Sayangilah semua penduduk bumi niscaya penduduk langit akan menyayangimu” (HR. At-Tirmidzi)

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

(? ? ? ? ? ? ? ? ? ?-? ? 1379? ? 10? ?. 440)

“Ibnu Baththal berkata: ‘Hadits ini mengandung anjuran kuat untuk bersikap penuh kasih sayang terhadap semua makhluk, baik mukmin maupun kafir, binatang piaraan maupun binatang liar, dan termasuk juga di dalamnya adalah komitmen untuk memberikan bantuan makanan dan minuman (kepada yang membutuhkan), meringankan beban, dan menghindari berbuat kekerasan terhadap seluruh makhluk” (Lihat, Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarhi Shahih al-Bukhari, Bairut-Dar al-Ma’rifah, 1379 H, juz, XI, h. 440)?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? (? ? ? ? ? ? ? ? ? ?, ? ? ? ? ? ?)

“Telah dimaklumi bahwa manusia niscaya bermasyarakat, bercampur dengan yang lain; sebab tak mungkin seorang pun mampu sendirian memenuhi segala kebutuhan--kebutuhannya. Maka mau tidak mau ia harus bermasyarakat dalam cara yang membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak ancaman bahaya dari padanya. Karena itu, persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain, saling bantu dalam memperjuangkan kepentingan bersama dan kebersamaan dalam satu kata adalah sumber paling penting bagi kebahagiaan dan faktor paling kuat bagi terciptanya persaudaraan dan kasih sayang. Berapa banyak negara-negara yang menjadi makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin yang berkuasa, pembangunan merata, negeri-negeri menjadi maju, pemerintah ditegakkan, jalan-jalan menjadi lancar, perhubungan menjadi ramai dan masih banyak manfaat-manfaat lain dari hasil persatuan merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan sebab dan sarana paling ampuh” (Rais Akbar Jamiyah Nahdlatul Ulama Hadlratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, Muqaddimah Qanun Asasi)

Nahdlatul Ulama telah merampungkan munaadharah dalam “International Summit of Moderate Islamic Leaders” (Isomil), “Muktamar Internasional Para Pemimpin Islam Moderat”, yang diselenggarakan pada tanggal 9-11 Mei di Jakarta, Indonesia. Setelah berkonsultasi dan berdikusi secara ekstensif bersama banyak ahli dari berbagai bidang yang ikut serta dalam Muktamar ini, Nahdlatul Ulama berbulat hati menyiarkan “Deklarasi Nahdlatul Ulama” sebagai berikut:?

1. Nahdlatul Ulama menawarkan wawasan dan pengalaman Islam Nusantara kepada dunia sebagai paradigma Islam yang layak diteladani, bahwa agama menyumbang kepada peradaban dengan menghargai budaya yang telah ada serta mengedepankan harmoni dan perdamaian.

2. Nahdlatul Ulama tidak bermaksud untuk mengekspor Islam Nusantara ke kawasan lain di dunia, tapi sekadar mengajak komunitas-komunitas Muslim lainnya untuk mengingat kembali keindahan dan kedinamisan yang terbit dari pertemuan sejarah antara semangat dan ajaran-ajaran Islam dengan realitas budaya-budaya lokal di seantero dunia, yang telah melahirkan beragam peradaban-peradaban besar, sebagaimana di Nusantara.?

3. Islam Nusantara bukanlah agama atau madzhab baru melainkan sekadar pengejawantahan Islam yang secara alami berkembang di tengah budaya Nusantara dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam sebagaimana dipahami, diajarkan dan diamalkan oleh kaum Ahlussunnah wal Jama’ah di seluruh dunia.?

4. Dalam cara pandang Islam Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan kebangsaan. Hubbul watan minal iman: “Cinta tanah air adalah bagian dari iman.” Barangsiapa tidak memiliki kebangsaan, tidak akan memiliki tanah air. Barangsiapa tidak memiliki tanah air, tidak akan punya sejarah.

5. Dalam cara pandang Islam Nusantara, Islam tidak menggalang pemeluk-pemeluknya untuk menaklukkan dunia, tapi mendorong untuk terus-menerus berupaya menyempurnakan akhlaqul karimah, karena hanya dengan cara itulah Islam dapat sungguh-sungguh mewujud sebagai rahmat bagi semesta alam (Rahmatan lil ‘Alamin).

6. Islam Nusantara secara teguh mengikuti dan menghidupkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam yang mendasar, termasuk tawassuth (jalan tengah, yaitu jalan moderat), tawaazun (keseimbangan; harmoni), tasaamuh (kelemah-lembutan dan kasih-sayang, bukan kekerasan dan pemaksaan) dan i‘tidaal (keadilan).

7. Sebagai organisasi Ahlussunnah wal Jama’ah terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama berbagi keprihatinan yang dirasakan oleh sebagian besar warga Muslim dan non-Muslim di seluruh dunia, tentang merajalelanya ekstremisme agama, teror, konflik di Timur Tengah dan gelombang pasang Islamofobia di Barat.?

8. Nahdlatul Ulama menilai bahwa model-model tertentu dalam penafsiran Islamlah yang merupakan faktor paling berpengaruh terhadap penyebaran ekstremisme agama di kalangan umat Islam.

9. Selama beberapa dekade ini, berbagai pemerintah negara di Timur Tengah telah mengeksploitasi perbedaan-perbedaan keagamaan dan sejarah permusuhan di antara aliran-aliran yang ada, tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya terhadap kemanusiaan secara luas. Dengan cara mengembuskan perbedaan-perbedaan sektarian, negara-negara tersebut memburu soft power (pengaruh opini) dan hard power (pengaruh politik, ekonomi serta militer) dan mengekspor konflik mereka ke seluruh dunia. Propaganda-propaganda sektarian tersebut dengan sengaja memupuk ekstremisme agama dan mendorong penyebaran terorisme ke seluruh dunia.?

10. Penyebaran ektremisme agama dan terorisme ini secara langsung berperan menciptakan gelombang pasang Islamofobia di kalangan non-Muslim.

11. Pemerintahan negara-negara tertentu di Timur Tengah mendasarkan legitimasi politiknya diambil justru dari tafsir-tafsir keagamaan yang mendasari dan menggerakkan ekstremisme agama dan teror. Ancaman ekstremisme agama dan teror dapat diatasi hanya jika pemerintahan-pemerintahan tersebut bersedia membuka diri dan membangun sumber-sumber alternatif bagi legitimasi politik mereka.?

12. Nahdlatul Ulama siap membantu dalam upaya ini.

13. Realitas ketidakadilan ekonomi dan politik serta kemiskinan massal di dunia Islam turut menyumbang pula terhadap berkembangnya ekstremisme agama dan terorisme. Realitas tersebut senantiasa dijadikan bahan propaganda ekstremisme dan terorisme, sebagai bagian dari alasan keberadaannya dan untuk memperkuat ilusi masa depan yang dijanjikannya. Maka masalah ketidakadilan dan kemiskinan ini tak dapat dipisahkan pula dari masalah ektremisme dan terorisme.?

14. Walaupun maraknya konflik yang meminta korban tak terhitung jumlahnya di Timur Tengah seolah-olah tak dapat diselesaikan, kita tidak boleh memunggungi masalah ataupun berlepas diri dari mereka yang menjadi korban. Nahdlatul Ulama mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengambil peran aktif dan konstruktif dalam mencari jalan keluar bagi konflik multi-faset yang merajalela di Timur Tengah.

15. Nahdlatul Ulama menyeru siapa saja yang memiliki iktikad baik dari semua agama dan kebangsaan untuk bergabung dalam upaya membangun konsensus global untuk tidak mempolitisasi Islam, dan memarjinalkan mereka yang hendak mengeksploitasi Islam sedemikian rupa untuk menyakiti sesama.

16. Nahdlatul Ulama akan berjuang untuk mengonsolidasikan kaum Ahlussunnah wal Jama’ah sedunia demi memperjuangkan terwujudnya dunia di mana Islam dan kaum Muslimin sungguh-sungguh menjadi pembawa kebaikan dan berkontribusi bagi kemaslahatan seluruh umat manusia.?

Jakarta, 10 Mei 2016

? ? ? ? ? ? ? ? Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, MA? ? ? ? ? ? ? ? Dr. Ir. Helmi Faisal Zaini

Ketua Umum? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Sekretaris Jenderal

Dr. K.H. Ma’ruf Amin? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? K.H. Yahya Cholil Staquf?

Rais ‘Aam? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Katib ‘Aam

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ulama Pondok Pesantren Tegal

Hadirilah, Diskusi dan Pemutaran Film Senyap di Gedung PBNU!

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Pengurus Pusat Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) mengundang masyarakat secara umum untuk hadir dalam acara “Pemutaran dan Apresiasi Film ‘Jagal’ dan ‘Senyap’” karya Joshua Oppenheimer, Selasa (27/1), pukul 13.00 WIB.

Hadirilah, Diskusi dan Pemutaran Film Senyap di Gedung PBNU! (Sumber Gambar : Nu Online)
Hadirilah, Diskusi dan Pemutaran Film Senyap di Gedung PBNU! (Sumber Gambar : Nu Online)

Hadirilah, Diskusi dan Pemutaran Film Senyap di Gedung PBNU!

Acara yang akan digelar di Gedung PBNU Lantai 5 Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, ini menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Prof Dr Hermawan Sulistyo (peneliti LIPI), Dr Ade Armando (pemerhati film), dan KH Chalid Mawardi (pelaku sejarah). Ketua PP Lesbumi Dr. Al-Zastrouw Ngatawi akan memoderatori diskusi tersebut.

“NU selalu didzalimi oleh media nasional dan internasional sebagai tersangka dalam kasus dan tragedi G30 SPKI,” bunyi siaran pers Lesbumi yang diterima Pondok Pesantren Tegal, Senin (26/1), soal latar belakang acara ini diselenggarakan.

Pondok Pesantren Tegal

Menurut Lesbumi, selama ini NU menjadi korban dari keganasan PKI sejak tahun 1926 sampai 1965 dan sangat jarang sekali terekspos.

Kedua film karya Joshua itu dinilai sebagai salah satu film yang mengambarkan PKI dengan sudut pandang hanya sebagai korban. Film tersebut mengambil latar di Sumatera Utara dan menuding beberapa ormas sebagai tersangka kekerasan.

Pondok Pesantren Tegal

Lesbumi merasa perlu mengadakan pemutaran film dan diskusi ini, agar masyarakat Nahdliyin memahami akar persoalan sejarah peristiwa dalam film tersebut. Kegiatan ini sekaligus untuk menyambut hari lahir ke-89 Nahdlatul Ulama yang jatuh pada akhir Januari nanti. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pemurnian Aqidah Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 20 September 2017

Klarifikasi PWNU Bali soal Penolakan Ustad Abdul Somad

Denpasar, Pondok Pesantren Tegal. Kedatangan Ustadz Abdul Somad (UAS) ke Bali pada tanggal 8-10 Desember 2017 lalu menimbulkan pro kontra bagi masyarakat Bali. Ramai tersebar di media sosial bahwa salah satu elemen yang melakukan penolakan adalah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Bali. 

Untuk mengklarifikasi keakuratan beberapa media yang memojokan PWNU Bali tersebut,  Pondok Pesantren Tegal berhasil  menghubungi  Ketua PWNU Bali, H Abdul Aziz  melalui sambungan telepon, Senin (11/12). 

Klarifikasi PWNU Bali soal Penolakan Ustad Abdul Somad (Sumber Gambar : Nu Online)
Klarifikasi PWNU Bali soal Penolakan Ustad Abdul Somad (Sumber Gambar : Nu Online)

Klarifikasi PWNU Bali soal Penolakan Ustad Abdul Somad

Ia kemudian menceritakan dari awal bagaimana dirinya sebagai Ketua PWNU mem-back up penuh panitia penyelenggara yang keseluruhan adalah Nahdliyin (warga NU).

Pondok Pesantren Tegal

Menjelang kedatangan UAS, H Aziz menjelaskan situasi mulai tidak kondusif. Ada beberapa isu bahwa akan ada penghadangan di bandara. Kemudian ia bersama pengurus PWNU yang lain berinisiatif untuk mendampingi panitia menjemput langsung ke bandara.  Bersama UAS dan panitia, Pengurus PWNU terus mendampingi hingga ke Hotel Aston, tempat UAS menginap

“Namun setelah satu jam kami berada di hotel, situasi tidak kondusif, sebab ada konsentrasi massa yang menolak kedatangan UAS,” terang H Aziz.

Karena tidak ingin adanya tindakan kekerasan, sebab menurut  H. Aziz, kelompok masyarakat yang pro kedatangan UAS juga akan bergerak ke hotel Aston, ia kemudian  berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk dapat membantu memediasi dengan pihak yang menolak. Akhirnya mediasi pun terjadi di salah satu ruangan di hotel tersebut.

Pondok Pesantren Tegal

Dalam mediasi awal mengalami jalan buntu, hingga UAS memutuskan akan meninggalkan Bali. Tentunya keputusan ini akan berdampak pada jamaah pengajian yang sudah ribuan dan berpotensi akan bergejolak. 

H Aziz kemudian meyakinkan kepada UAS bahwa jika dirinya membatalkan pengajian, justru yang terjadi adalah gejolak yang lebih besar. Dengan pertimbangan itu, akhirnya UAS kembali menemui pihak yang menolak dan terjadi saling rangkul menemui titik temu. 

Lalu, ketika ditanya sosok yang mengaku Gus Yadi yang ramai diperbincangkan di medsos, H Aziz sama sekali tidak mengenalnya. 

“Yadi itu siapa, dia bukan pengurus NU maupun banom NU. Dia juga bukan warga Nahdliyin, saat berdebat dengan saya pada saat mediasi, dia menggunakan baju PGN (Patriot Garuda Nusantara,)” tegasnya.

Jadi, menurut H. Aziz kalau ada media yang mengatakan PWNU Bali menolak bahkan memprovokasi untuk melakukan penolakan kedatangan UAS di Bali, merupakan pemberitaan yang sesat.

“Bahkan saya bersama pengurus NU yang lain selalu mendampingi UAS selama di Bali, jadi mohon diluruskan kepada masyarakat,” tutupnya. (Abraham Iboy/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Ulama, Anti Hoax Pondok Pesantren Tegal

Sambut Hari Santri, Pondok Al Mizan Berantas Pungli

Majalengka, Pondok Pesantren Tegal. Hari Santri bukan hanya sebatas memperingati saja akan tetapi Hari Santri memiliki makna yang lebih mendalam karena santri sudah memberikan kontribusi pada negara.?

Sambut Hari Santri, Pondok Al Mizan Berantas Pungli (Sumber Gambar : Nu Online)
Sambut Hari Santri, Pondok Al Mizan Berantas Pungli (Sumber Gambar : Nu Online)

Sambut Hari Santri, Pondok Al Mizan Berantas Pungli

“Hari Santri bukan hanya sebatas memperingati saja atau mengikuti upacara saja akan tetapi Hari Santri memiliki makna yang lebih mendalam karena Hari Santri memberikan kesamaan hak kepada kaum sarungan. Selain itu, Pesantren adalah lembaga pendidikan yang konsisten membentuk karakter keberanian dan kejujuran,“ kata Pengasuh Pesantren Al Mizan KH Maman Imanulhaq, Kamis, (20/10) di Pondok Pesantern Al mizan Jatiwangi Majalengka.

Lanjut Maman, saat ini pemerintah Jokowi sedang memberantas pungli dan Santri Al-Mizan Jatiwangi mendukung penuh Presiden Jokowi memberantas pungli.

Sementara itu, Ketua Panitia Hari Santri Muad Muzakir kegiatan yang sudah di siapakan jauh-jauh hari dengan beberapa agenada diantaaran ziarah ke Mbah Aqil, cipta puisi, debat santri dan kreasi seni.

Pondok Pesantren Tegal

?

“Sebenarnya ini sudah agenda tahunan dari pondok akan tetapi biar lebih terencana dibagi beberapa agenda yang berlangsung tiga hari dari Kamis sampai Sabtu dan puncaknya dengan adanya perlombaan dengan menggagas tema bakti santri untuk negeri,“ kata ketua Santri Al Mizan.

Miliyanto salah satu santri Al Mizan mengatakan, “Saya merasa bangga sebagai santri karena ada kesaman hak dengan sekolah formal. Walaupun begiatu saya akan tetap menyantri walau sudah selsai sekolah bahkan sampai kuliah.” (Tata Irawan/Mukafi Niam)?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Sholawat Pondok Pesantren Tegal

Memahami Hadits Mimpi Bertemu Rasulullah SAW

Di balik fenomena menjamurnya “ulama-ulama televisi” dadakan, ada juga masalah munculnya “sufi-sufi” dan “guru spiritual” yang juga mengkhawatirkan. Karena pengakuan dan juga pengaruhnya, masyarakat menaruh kepercayaan pada mereka. Ditambah dengan kesaktian dan klaim-klaim lain yang ditunjukkan, masyarakat semakin percaya dengan sosok yang mengaku “sufi” itu.

Biasanya, dalam rangka mencari jamaah maupun pengakuan, orang-orang yang mengaku sufi, wali, atau orang keramat tersebut akan mengaku pernah bertemu dengan syekh ini atau itu, atau bahkan mengaku bertemu nabi, baik dalam mimpi atau dalam kenyataan. Membicarakan mimpi melihat nabi, terlebih bertemu nabi dalam keadaan sadar pada masa ini, tentu menimbulkan tanda tanya. Secara rasional ini adalah hal yang musykil. Toh secara fisik, nabi sudah wafat sejak tahun 11 Hijriyah.

Memahami Hadits Mimpi Bertemu Rasulullah SAW (Sumber Gambar : Nu Online)
Memahami Hadits Mimpi Bertemu Rasulullah SAW (Sumber Gambar : Nu Online)

Memahami Hadits Mimpi Bertemu Rasulullah SAW

Sebagian orang yang memberi legitimasi tentang bertemu nabi, berdalil dengan hadits.

Pondok Pesantren Tegal

? ? ? ? ? ? ? ... (? ? ? ?)

Artinya, “Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar...”

Pondok Pesantren Tegal

Dengan hadits semacam ini, klaim-klaim perjumpaan dengan nabi diobral. Padahal dalam memahami hadits, apalagi terkait suatu tema, diperlukan cara yang selektif dan kritis dalam menggali kesimpulan tentang suatu hadits.

Permasalahan cara memahami hadits ini dikupas dalam buku At-Thuruqus Shahihah fi Fahmis Sunnatin Nabawiyah karya Al-Maghfurlah KH Ali Mustafa Yaqub. Ia? memperkenalkan bahwa dalam memahami hadits, perlu digunakan metode yang disebut dengan metode maudhu’i atau tematik. Tujuannya adalah agar didapatkan pesan nabi tentang suatu hal secara lebih komprehensif. Pada dasarnya, hadits itu saling menafsirkan satu sama lain, karena sumbernya juga sama-sama dari nabi.

Ringkasnya, metode ini dimulai dengan mengumpulkan hadits dari seluruh riwayat dan sumber yang memungkinkan tentang suatu tema. Kemudian, hadits-hadits yang memiliki tema serupa atau saling menunjang maknanya itu diseleksi mana saja yang shahih. Dari sekian hadits shahih tersebut, kemudian dicari riwayat hadits yang bisa menjelaskan makna hadits-hadits shahih lain yang masih terlalu global atau menimbulkan kerancuan.

Berikut beberapa hadits yang memiliki tema serupa tentang “mimpi bertemu nabi”

? ? ? ? ? ? ? ? ... (? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ... (? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ... (? ? ? ? ?

Hadits-hadits di atas dinilai shahih. Arti hadits-hadits yang disebut di atas.

1. Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihat yang sebenarnya.

2. Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga.

3. Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka seolah-olah ia melihatku.

Dikutip dari kitab ‘Aridlatul Ahwadzi Syarh Shahihit Tirmidzi karya Ibnul ‘Arabi Al-Maliki disebutkan dalam At-Thuruqus Shahihah fi Fahmis Sunnatin Nabawiyah tentang redaksi hadits shahih tentang tema “mimpi bertemu nabi”.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: "? ? ? ? ? ? ? ?" ? ?

? "... ? ? ?"?

? "...? ? ?"?

? "...? ? ? ?"?

? "...? ? ? ?"

Dari sekian redaksi yang disebut di atas, tanpa mengabaikan banyak sekali riwayat lainnya, maka redaksi hadits yang paling bisa dipahami kerancuan baik secara makna maupun rasio adalah hadits keempat. Artinya, “Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka seolah-olah ia melihatku saat terjaga.”

KH Ali Mustafa Yaqub melanjutkan, hadits ini berkonteks pada masa sahabat saat mereka masih bisa melihat nabi sehari-hari. Jika seorang dari mereka bermimpi berjumpa nabi, tentu saja seolah mereka berjumpa sebagaimana keadaan sehari-hari bersama Rasulullah. Maka Nabi Muhammad SAW yang telah wafat, tentu saja tidak akan kembali hidup lagi. Secara rasional, maka pemahaman hadits tersebut tidak cocok untuk umat Muslimin sekarang, karena selain nabi telah wafat, juga kaum Muslim sekarang tidak pernah bersua dengan nabi.

Menurut Kiai Ali, jika nabi bisa dilihat bahkan hidup kembali saat ini, mengapa nabi tidak langsung turun menyelesaikan konflik-konflik umat Muslimin? Kemudian, apa urgensi mengaku-ngaku bertemu Nabi baik dalam mimpi atau bahkan terjaga? Karena itulah, hadits-hadits “mimpi bertemu Nabi”, jika dipahami sepotong-sepotong tanpa mempertimbangkan riwayat lainnya, akan berdampak pada kerancuan pemahaman. Apalagi hadits-hadits tersebut digunakan sebagai klaim-klaim demi kepentingan tertentu.

Pemahaman sedemikian ini disuguhkan untuk menjaga diri agar semakin berhati-hati dengan maraknya pendakuan diri sebagian orang sebagai orang keramat dan sejenisnya, yang mengaku bertemu nabi. Terkait peristiwa-peristiwa spiritual seperti mimpi, tentunya adalah wilayah pribadi masing-masing yang kiranya tidak pantas diumbar dan diserukan, apalagi menyangkut sosok Kanjeng Nabi.

Selain itu, penting sekali mempelajari hadits dengan lebih komprehensif, agar terhindar dari kerancuan dan kekeliruan persepsi akan nabi. Semoga kita senantiasa tergolong umat Nabi Muhammad dan mendapat syafaatnya kelak. Wallahu a‘lam. (M Iqbal Syauqi)Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Syariah, Kajian Sunnah, Hadits Pondok Pesantren Tegal

Dua Warga Afsel Naik Haji dengan Bersepeda

Makkah, Pondok Pesantren Tegal

Dua belas negara, memakan waktu sembilan bulan, dan menempuh jarak ribuan kilometer, telah ditempuh oleh dua orang warga Afrika Selatan ini untuk mewujudkan mimpinya naik haji ke Makkah. Dua warga Cape Town itu, Nathim Cairncross (28) dan Ahmad Haron (25) hanya menggunakan sepeda untuk melintasi benua Afrika yang panas menuju Arab Saudi.

Keduanya melintasi perbatasan Arab Saudi pada akhir Oktober lalu, tiba hampir tiga pekan sebelum ritual haji dimulai di Makkah. Rangkaian ibadah haji dimulai Ahad kemarin, 14 November 2010.

Dua Warga Afsel Naik Haji dengan Bersepeda (Sumber Gambar : Nu Online)
Dua Warga Afsel Naik Haji dengan Bersepeda (Sumber Gambar : Nu Online)

Dua Warga Afsel Naik Haji dengan Bersepeda

Ide menunaikan ibadah haji dengan menggunakan sepeda itu muncul dari Haron Desember 2009. Kala itu, ia menyampaikan ide tersebut kepada sahabatnya Cairncross setelah membaca tulisan mengenai ibadah haji yang dihadiri lebih dari dua juta umat Muslim dari seluruh dunia ini.

Pondok Pesantren Tegal

Dalam kehidupan, saya mempunyai prinsip, ujar Cairncross kepada Al Jazeera. Jika saya bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu, di akhirnya pasti akan didapat. Setelah sembilan bulan mengayuh sepeda melintasi Afrika menuju Timur Tengah, tentu saja, saya mendapatkan nilai lebihnya.

Pondok Pesantren Tegal

Perjalanan melintasi Benua Afrika itu dimulai pada 7 Februari 2010, di pagi yang dingin dan berhujan di sebuah masjid di Cape Town. Sekitar 500 orang mengiringi kepergian keduanya seraya memanjatkan doa keselamatan. Berbekal peta, mereka menyusuri negara-negara di Afrika yang gersang.

Kami bukan pengendara sepeda yang profesional, ujar Cairncross. Tapi kami telah latihan fisik sejak dua bulan sebelum berangkat, seperti mendaki gunung, berlari di pantai, dan berenang.

Untuk mewujudkan rencana itu, keduanya tidaklah mudah. Ada pula sebagian masyarakat yang coba menghalangi kepergian itu dengan alasan mustahil bisa dilakukan. Namun tanpa rasa takut, teman-teman mereka ikut merancang perjalanan haji itu, berkonsultasi dengan departemen lalu lintas Afrika Selatan untuk memastikan keduanya bisa bersepeda dengan aman, mengurus visa, dan meminta nasihat medis dari dokter. Kami sampai dikatakan orang gila, ucap keduanya.

Dalam perjalanan panjang itu, keduanya melalui negara di antaranya Botswana, Zimbabwe, Mozambik, Malawi, Tanzania, dan Zanzibar. Setiap hari, mereka bersepeda sepanjang 80-100 kilometer, dimulai sejak usai salat Subuh dan berhenti saat waktu malam. Terkadang, keduanya bermalam di penginapan, berkemah, atau di masjid.

Di saat bermalam itu, tak jarang keduanya menceritakan kisah perjalanan dan tujuannya. Masyarakat setempat banyak yang tersentuh dan kemudian membantu memberikan penginapan dan makan gratis. Selama di perjalanan itu, keduanya juga memanfaatkannya untuk menjelaskan tentang Islam dan ibadah haji kepada penduduk yang dijumpai.

Dengan bersepeda, anda dapat berbicara dengan banyak orang, tutur Cairncross. Namun jika menggunakan pesawat atau mobil, Anda tak akan mendapatkan kesempatan seperti itu. Selama perjalanan, Anda juga bisa belajar lebih banyak, mengenali diri anda sendiri. Ini merupakan pengalaman yang nyata.

Perbedaan bahasa terkadang menjadi kendala selama perjalanan. Lantas masalah ban bocor, rantai sepeda rusak, atau sadel yang bermasalah. Namun mereka bersyukud karena selama perjalanan tak pernah mendapatkan masalah keamanan. Meski tak mempunyai uang yang banyak, keduanya tak pernah kesulitan mendapatkan tempat bermalam atau makan.

Dalam perjalanan itu, keduanya bahkan sempat singgah ke Yerusalem dan mengunjungi Masjid Aqsha. Melintasi perbukitan Petra dan Laut Mati di wilayah Yordania. Keduanya singgah terlebih dahulu di Madinah sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah. Seperti halnya ketika memulai perjalanan, keduanya tiba di Makkah dengan naungan awan mendung yang pekat.

Sungguh luar biasa, ungkap Cairncross bahagia. Guntur dan kilat menyambut kedatangan kami di Makkah untuk melihat Kabah pertama kalinya.

Melakukan tawaf dengan pakaian ihram dengan hujan yang mengguyur, sepertinya Allah memberikan rasa kasihnya kepada kita. Semoga Allah menerima usaha keras kita ini. (bil/kemenag)Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kyai Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 19 September 2017

Gus Dur: Ikut Saya ke Cicalengka, Tempatnya Ajengan Syahid

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal 



Warga NU kehilangan salah seorang kiainya, yaitu Ajengan KH Ahamd Syahid. Dia adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Falah Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ia wafat pada Sabtu (5/8) selepas maghrib.  

Ajengan KH Ahmad Syahid adalah salah satu teman KH Abdurramahman Wahid (Gus Dur). Pertemanan keduanya terdata pada sebuah tayangan Kick Andy edisi 15 Nov 2007 dengan bintang tamu Gus Dur. 

Gus Dur: Ikut Saya ke Cicalengka, Tempatnya Ajengan Syahid (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur: Ikut Saya ke Cicalengka, Tempatnya Ajengan Syahid (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur: Ikut Saya ke Cicalengka, Tempatnya Ajengan Syahid

Pada satu sesi terjadi tanya jawab antara pemandu Kick Andy, Andy F. Noya dan Gus Dur seperti berikut ini:  



Pondok Pesantren Tegal

Andy : Apakah Gus Dur berminat mencalonkan presiden pada 2009 nanti?

Gus Dur : Saya ini kalau diperintahkan oleh lima sesepuh, saya akan jadi calon, tanpa tim sukses, tanpa duit. Dulu begitu. 

Pondok Pesantren Tegal

Andy : Kalu Gus Dur maju tanpa uang, tanpa macam-macam, modal Gus Dur apa?

Gus Dur         : Kepercayaan masyarakat. 

Andy : Apa Gus Dur yakin masyarakat masih percaya sama Gus Dur? 

Gus Dur : Lho,  ayo iku saya yuk, kalau saya ke Situbondo, 250 ribu orang 

Andy : Berbanding dua ratus, seratus juta, sedikit sekali itu, Gus. 

Gus Dur : Lho, kalau cuman dia. Banyak. Saya ini, tiap dua, tiga hari sekali ini; kiai kampung; kalau mau ikut nanti hari Kamis, ke Cicalengka dengan saya, tempatnya Ajengan Syahid. Itu 3 ribu kiai kampung.

Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Maman Imanulhaq Faqih mengaku pernah diajak Gus Dur ke Cicalengka. Pada kesempatan itu, Gus Dur mengomentari tentang kepribadian Ajengan KH Ahmad Syahid. 

“Kalau ingin melihat orang yang ikhlas dalam mempelajari Al-Qur’an, dialah KH Ahmad Syahid. Dia adalah qori kehidupan,” ungkap Kiai Maman yang mengutip Gus Dur. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaNu, Anti Hoax, Halaqoh Pondok Pesantren Tegal

Senin, 18 September 2017

Ini Komitmen Sarbumusi NU Terhadap Buruh Indonesia

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal



Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) merupakan Badan Otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang menangani persoalan perburuhan. Didirikan pada 27 September 1955 di pabrik gula Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur dan pernah mengalami masa kejayaan dengan anggota mencapai 2 juta orang sehingga mampu menjadi pesaing kuat Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) organisasi buruh milik Partai Komunis Indonesia (PKI). Seperti apa komitmennya terhadap persoalan buruh hari ini?

? ? ?

Ini Komitmen Sarbumusi NU Terhadap Buruh Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Komitmen Sarbumusi NU Terhadap Buruh Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Komitmen Sarbumusi NU Terhadap Buruh Indonesia

"DPP Konfederasi Sarbumusi selalu mendorong terciptanya hubungan industrial yang kondusif ? dan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di negara Indonesia ini," ujar Ketua Umum Sarbumusi Syaiful Bahri Anshori didampingi Sekretaris Jendral Sukitman Sudjatmiko, di Jakarta, Jumat (5/2).

Syaiful menegaskan, DPP K Sarbumusi menyayangkan perusahaan multi nasional PT Chevron Pasific Indonesia yang sudah melakukan hubungan kerja sejak lama di Indonesia tapi seolah-olah tidak mengetahui kondisi peraturan dan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia.

Pondok Pesantren Tegal

Berdasarkan Undang-Undang 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa amanat konstitusi regulasi ini setiap persoalan dan dinamika dalam hubungan industrial di perusahaan harus dirundingkan dalam forum Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit.

Dalam undang-undang ini LKS Bipartit didefinisikan sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat buruh.

Pondok Pesantren Tegal

Regulasi dimaksud dijabarkan lebih lanjut dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja bahwa LKS Bipartit mempunyai fungsi-fungsi sebagai forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah antara pengusaha dan wakil serikat buruh pada perusahaan dalam konteks mencegah terjadinya perselisihan hubungan industrial atau PHK.

"Kami menyayangkan Manajemen PT Chevron Pasific Indonesia yang merencanakan re-organisasi perusahaannya namun dengan arogan tidak pernah melakukan perundingan apapun secara Bipartit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia tapi malah lebih mentaati peraturan korporatnya yang berada di negara asing tanpa mau mengindahkan aturan main ketenagakerjaan di Indonesia," ujar Syaiful.

Dalam kebijakan perusahaan tersebut, patut diduga bahwa persoalan kenaikan harga minyak dunia hanya sebagai alasan dan alibi yang menemukan momentum tepat untuk mengurangi karyawan dan melakukan re-organisasi.

"Ini dibuktikan dengan laporan dari kawan-kawan GB-Migas Sarbumusi PT Chevron Pasific Indonesia terhadap rencana re-organisasi tersebut yang mulai disosialisaikan oleh pihak manajemen mulai Mei 2015 hingga Januari 2016. Namun dalam rentang waktu itu, manajemen PT Chevron selalu menggunakan komunikasi satu arah untuk memaksakan kehendaknya atas re-organisasi perusahaan atau bahasa perusahaan adalah IBU Transformation project. Terhadap persoalan semacam itu, Sarbumusi dengan tegas menyerukan menolak berbagai bentuk penindasan buruh dengan cara memperkuat persatuan dan solidaritas di antara sesama buruh dan rakyat Indonesia" Syaiful Bahri Anshori. (Gatot Arifianto/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal AlaSantri Pondok Pesantren Tegal

IPNU-IPPNU Diminta Perbanyak Bimbingan Belajar

Kudus, Pondok Pesantren Tegal. Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) perlu meningkatkan kontribusi nyata kepada masyarakat. Hal ini akan menarik kepercayaan masyarakat tentang totalitas peran organisasi beranggotakan para pelajar ini.

Pesan tersebut disampaikan Habib Husain Al-Jufri yang membimbing Pimpinan Ranting (PR) IPNU-IPPNU Desa Klumpit, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pada peringatan Nuzulul Qur’an di aula Balai Desa setempat, Sabtu petang (19/7).

IPNU-IPPNU Diminta Perbanyak Bimbingan Belajar (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Diminta Perbanyak Bimbingan Belajar (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Diminta Perbanyak Bimbingan Belajar

Salah satu dukuh di Klumpit, yakni Dukuh Kalilopo, menjadi sorotan Habib Husain dalam percontohan aktivitas IPNU-IPPNU yang positif.

Pondok Pesantren Tegal

“Saya bangga dengan Dukuh Kalilopo, yang para kader IPNU-IPPNU-nya rela meluangkan waktu untuk membimbing adik-adiknya belajar. Kalilopo memiliki kegiatan bimbel yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakatnya, dan itu pun gratis,” ungkapnya menunjukkan kagiatan rutin bimbel (bimbingan belajar) yang dilaksanakan di surau Dukuh Kalilopo oleh para kader IPNU-IPPNU setempat.

Pondok Pesantren Tegal

Ia berharap ada kegiatan bimbingan-bimbingan lain yang dapat menambah keterampilan. “Tolong kegiatan sosial yang ada sumbangsihnya di masyarakat agar dilaksanakan. Buatlah juga bimbingan-bimbingan yang bisa membantu masyarakat berkarya. Misalnya yang mahir kaligrafi mengajari kaligrafi, yang bisa menjahit, yang bisa servis ponsel, dan yang lain. Jika sudah mapan, maka keuntungannya juga pasti akan kembali lagi pada IPNU-IPPNU sendiri. Saya minta lakukanlah hal-hal baik di masyarakat yang bisa dicontoh,” pinta Habib Husain halus.

Acara peringatan Nuzulul Qur’an yang dirangkai dengan Buka Bersama oleh PR IPNU-IPPNU Klumpit tersebut mengundang seluruh ranting IPNU-IPPNU se-Kecamatan Gebog, serta alumni. Hadir pula para pengurus IPNU-IPPNU tingkat anak cabang dan cabang.

“Ranting Klumpit ini telah menjadi salah satu barometer IPNU-IPPNU se-Kecamatan Gebog, dengan pendampingan para seniornya. Para alumninya juga tak sedikit yang aktif di tingkat lebih tinggi,” kata Ketua PAC IPNU Gebog M Noor Aris bangga. (Istahiyyah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Olahraga Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 17 September 2017

Kenapa Salafi-Wahabi Sedikit Lagi Jadi Teroris?

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Kekhawatiran terhadap radikalisme dan terorisme yang dilakukan oleh kelompok Salafi-Wahabi memang bisa dilihat dari latar belakang ideologi yang dimiliki kelompok tersebut.

KH Said Aqil Siroj berpendapat, kelompok Salafi-Wahabi memiliki keyakinan, hanya Islam versi mereka saja yang benar, sementara orang di luar mereka sudah dianggap bukan Islam.

Kenapa Salafi-Wahabi Sedikit Lagi Jadi Teroris? (Sumber Gambar : Nu Online)
Kenapa Salafi-Wahabi Sedikit Lagi Jadi Teroris? (Sumber Gambar : Nu Online)

Kenapa Salafi-Wahabi Sedikit Lagi Jadi Teroris?

“Dari situ, mereka beranggapan, kalau bukan Islam maka halal darahnya, boleh dibunuh, tinggal tunggu kapan ada kesempatan, ada kemampuan dan ada keberanian,” katanya.?

Pondok Pesantren Tegal

Ia menegaskan tidak mengatakan Salafi-Wahabi itu teroris, tapi ekstrem, tertutup, dan kaku. Kelompok puritan yang menganggap dirinya yang paling benar, yang lain salah. “Walaupun ustadznya mengatakan, jangan melakukan kekerasan, nggak bisa. Kalau mengatakan yang lain salah, yang benar hanya kami, ini sudah membuka pintu bertindak keras dan menghakimi.”?

Pondok Pesantren Tegal

“Ini menjadikan murid-muridnya yang salah paham gampang sekali menjadi teroris,” tegasnya.

Kesadaran akan bahaya ajaran Salafi Wahabi juga sudah muncul di Timur Tengah. Kementerian Wakaf (Kementerian Agama) Mesir melakukan pemeriksaan di sejumlah masjid di Kairo. Dari pemeriksaan tersebut pemerintah menyita buku-buku yang berbau gerakan Salafi, terutama buku-buku yang ditulis oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Ibn Baz, Ibn Utsaimin, Ibn Taimiyah, Said Abdul ‘Adhim, Abdul Latif Mustahri, Abu Ishaq al-Huwaini, Mohammed Hussein Yacoub, dan Mohammed Hassan.

Surat kabar al-Watan pada hari Kamis (25/6), mengatakan bahwa penyitaan buku-buku ini datang setelah sebelumnya pemerintah melakukan penyitaan ratusan buku, kaset dan CD dari masjid “Ummahat Mukminiin”, dan masjid “Tauhid” di BarMasis dan Basbara.

Upaya membendung tindakan kekerasan atas nama agama juga dilakukan pemerintah Tunisia yang berencana menutup 80 masjid yang dinilai menghasut jamaah untuk melakukan tindak kekerasan. (Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Hikmah, Olahraga Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 16 September 2017

Ini Daftar 27 Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Arab Saudi

Jeddah, Pondok Pesantren Tegal - Memasuki pekan ketiga kedatangan di Kota Suci Makkah dan Madinah, jemaah haji asal Indonesia yang wafat mencapai 27 orang.

Menurut data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), sebagaimana dirilis Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag hingga hari Rabu (16/8/2017), jumlah jemaah wafat di Madinah sebanyak 21 orang, dan di Makkah 6 orang.

Ini Daftar 27 Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Arab Saudi (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Daftar 27 Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Arab Saudi (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Daftar 27 Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Arab Saudi

Mayoritas jemaah meninggal karena terkena serangan jantung dan gangguan pernapasan. Terakhir dilaporkan jemaah wafat sebanyak dua orang.

Pondok Pesantren Tegal

Kabar terkini, Ida Rosika P binti Maradaman HSB (78), berasal dari kloter 007 embarkasi Medan, meninggal dunia di pemondokan Makkah karena serangan jantung. Selanjutnya Razali Haka bin Abdul Karim (82), berasal dari 016 Batam, wafat di Masjid Makkah karena serangan jantung.

Sementara itu, menurut data Klinik Kesehatan Haji Indoensia (KKHI) Makkah jumah jemaah calon haji yang menjalani rawat inap di KKHI Makkah mencapai 62 orang, yang dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) berjumlah 23 jemaah. Sedangkan jemaah haji yang menjalani rawat inap di KKHI Madinah 35 orang dan RSAS MAdinah 69 orang.

Pondok Pesantren Tegal

Berikut data jemaah wafat sebelumnya:

1. Diah Rialati Kasbullah Tjasuri (SOC 05), wafat 7 Agustus 2017 di RS Al Ansaar, Madinah, karena sakit pada saluran pernapasan.

2. Samidi Ciro Sentono (BTH 06), wafat 7 Agustus 2017 di RS King Fahd karena serangan jantung.

3. Mudjiono Sukibat bin Somodimedjo (SUB 08), wafat 5 Agustus 2017 pukul 10.43 WAS di hotel karena mengalami serangan jantung.

4. Supono Suseno Satari bin Suseno (SUB 07), wafat 5 Agustus 2017 jelang Salat Subuh di halaman Masjid Nabawi karena mengalami serangan jantung.

5. Amnah Hasri Husin binti Husin (MES 02), wafat 4 Agustus 2017 pukul 03.00 WAS di hotel karena serangan jantung.

6. Sarnata Sarun (JKG 05), wafat 3 Agustus 2017 pukul 20.00 di hotel karena serangan jantung.

7. Ilebbi binti Jinatta Lepu (UPG 08), wafat 3 Agustus 2017 jam 16.16 WAS di pelataran Masjid Nabawi karena serangan jantung.

8. Hadiarjo Singarejo Singaleksana Kasenet bin Singarejo Kasenet (SOC 01), wafat 3 Agustus 2017 jam 13.00 WAS di hotel karena serangan jantung.

9. Sukamto bin Sudarman Muryadi (JKS 16), wafat 3 Agustus 2017 di RS Al Anshoor, karena serangan jantung.

10. Indriyani Wahadi Wiyono (SOC 02), wafat 2 Agustus 2017 di RS Al Anshoor, karena penyakit jantung.

11. Agus Salim Mulia Siregar (MES 02), wafat 1 Agustus 2017, karena trauma pada tulang leher disebabkan terjatuh.

12. Umi Nadiroh Yunus Husen (SUB 05), wafat 31 Juli 2017 di RS Al Anshoor, karena mengalami serangan jantung.

13. Marfuah merupakan jemaah dari kloter 17 embarkasi Surabaya (SUB 17), wafat di Al Dar Hospital Madinah karena mengalami serangan jantung.

14. Engkos Kostiman bin Darya dari embarkasi JKS 6, asal Parung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, wafat di Makkah karena serangan jantung.

15. Slamet Tarni Achad (62), calon haji asal Ploso Kandang, Tulungagung, Jawa Timur, mengembuskan napas terakhir di Makkah karena gangguan saluran pencernaan.

16. Risda Yarni Muhammad Rasyid (47) dari embarkasi Batam kloter 6. Meninggal di pemondokan, Madinah.

17. Siti Aminah Janip Sain (53) jemaah haji dari kloter 11 Jakarta-Bekasi, meninggal di pemondokan, Makkah, akibat serangan jantung.

18. Imas Yuhana Misbah dari Embarkasi Jakarta-Bekasi atau JKS 3 berumur 61 tahun, wafat di Makkah karena terkena serangan jantung.

19. Ilyas Muhammad Jasa dari embarkasi Batam atau BTH 8, wafat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) Madinah. Ilyas meninggal dunia dalam umur 64 tahun.

20. Ramlah Abdul Jalil Silalahi asal embarkasi Medan atau MES 8. Ia meninggal di pemondokan saat mengikuti rangkaian ibadah Arbain di Madinah. Ramlah meninggal di usia 69 tahun.

21. Dahlia Hanum Nasution (60), berasal dari Embarkasih Medan kloter 5 (MES 5), meninggal pada 12 Agustus 2017 di Rumah Sakit Arab Saudi akibat serangan jantung.

22. Jembar Untung Semo (61), berasal dari Embarkasih Surabaya kloter 18 (SUB 18), meninggal pada 14 Agustus 2017 di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) akibat gangguan pernafasan.

23. Suyahtri Kasmi Tohjoyo berusia 51 tahun, berasal dari Embarkasih Surabaya Kloter 7 (SUB 7). Meninggal di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) karena serangan jantung.

24. Dadang Iskandar Empan, berusia 65 tahun dan jemaah dari Jakarta kloter 35 (JKS 35). Meninggal di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) akibat serangan jantung.

25. Nasiman Mochamad Sahlan (65), dari kloter 46 Solo (SOC 46). Meninggal di pemondokan karena ada pendarahan dalam tubuhnya.

Unified Operations Center (UOC) Arab Saudi berkomitmen selalu siap menghadapi berbagai kondisi darurat. Seperti dilaporkan Arab News, Direktur Jenderal UOC di wilayah Makkah Ali Al-Ghamdi mengatakan, pihaknya beroperasi dalam lima shift untuk mengakomodasi lebih banyak panggilan dan perkiraan kenaikan dalam laporan darurat selama musim haji.

“Sistem ini berhasil selama musim haji tahun lalu,” tambahnya.

Kepala Humas di UOC, Mayor Abdullah Baghdadi, mengatakan, UOC memiliki peran kunci dalam menyatukan dan mengoordinasikan upaya sejumlah badan keamanan.

UOC biasanya menerima 45.000 panggilan setiap hari, namun angka ini meningkat menjadi 67.000 pada musim haji terakhir, tambahnya. (Red: Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Aswaja, Santri, Ubudiyah Pondok Pesantren Tegal