Selasa, 30 Desember 2014

Memasuki Pasar Bebas, Warga NU Diimbau Antisipasi Monopoli oleh Tenaga Asing

Jombang, Pondok Pesantren Tegal

Meski sudah terhitung sebulan lebih mulai diberlakukannya kesepakatan sistem pasar bebas atau yang biasa disebut dengan istilah MEA (Masyarakat Ekomomi Asean), namun belum ada perubahan yang mencolok terkait perkembangan jumlah tenaga kerja asing di wilayah Kabupaten Jombang.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Jombang, Heru Widjajanto mengungkapkan, di Jombang saat ini tercatat ada 84 tenaga kerja asing yang tersebar di 14 perusahaan. Dalam catatan Heru, kebanyakan mereka sudah di Jombang sejak tahun 2015 lalu. Namun hingga pada tahun 2016 ini, saat diberlakukannya sistem pasar bebas tersebut, tenaga kerja yang masuk hanya tiga orang. “Pada sektor yang sebelumnya dikhawatirkan banyak pihak tenaga kerja asing, namun semuanya masih berjalan normal,” katanya, Senin (8/2).

Memasuki Pasar Bebas, Warga NU Diimbau Antisipasi Monopoli oleh Tenaga Asing (Sumber Gambar : Nu Online)
Memasuki Pasar Bebas, Warga NU Diimbau Antisipasi Monopoli oleh Tenaga Asing (Sumber Gambar : Nu Online)

Memasuki Pasar Bebas, Warga NU Diimbau Antisipasi Monopoli oleh Tenaga Asing

Sementara itu, Wakil Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang saat dihubungi menyatakan, meskipun keberadaan tenaga asing masih sangat minim di Jombang, namun warga NU hendaknya bisa mengantisipasi terhadap kekhawatiran adanya monopoli objek pemasaran dan kerjasama yang dibangun oleh tenaga asing nanti.

Pondok Pesantren Tegal

Rijal, sapaan akrabnya menginginkan optimalisasi peran Baitul Mal wat Tamwil Nahdlatul Ulama (BMT NU) Jombang di sejumlah kecamatan segera berdiri sebagai penyeimbang laju perkembangan MEA. “Kita memang sedang menguatkan sisi ekonomi warga nahdliyin di semua kecamatan Kabupaten Jombang melalui pendirian BMT-NU di MWC-MWC, dan insya Allah tahun ini sudah banyak BMT NU yang berdiri,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Sekretaris Komisi D DPRD Jombang Miftahul Huda menuturkan bahwa jauh hari sebelumnya, DPRD Jombang telah memastikan kesiapan pemerintah dalam menghadapi imbas diberlakukannya kesepakatan MEA. Program dan penganggaran di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) telah tersingkronisasi untuk mengantisipasi MEA.

Pondok Pesantren Tegal

“Yang jelas Pemkab siap menghadapi MEA dengan menyiapkan langkah-langkahnya melalui SKPD terkait, termasuk penganggaranya. Misalnya, Dana Desa (DD) untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, penambahan modal terhadap UMKM dengan bunga ringan dan sebagainya,” jelasnya.

Huda menambahkan, sesuai dengan tupoksinya, DPRD akan tetap memantau perkembangan MEA di wilayah Kabupaten Jombang ke depan. “Bila kemudian hari ternyata muncul perubahan situasi, tentu akan ada langkah-langkah yang akan kita rumuskan bersama dengan Pemerintah,” katanya. (Syamsul Arifin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Santri, Jadwal Kajian Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 16 Desember 2014

Hasyim Muzadi: Hakim Harus Siap Miskin

?Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengatakan, agar prahara hukum yang menimpa Mahkamah Konstitusi (MK) tak terulang kembali.

Hasyim Muzadi: Hakim Harus Siap Miskin (Sumber Gambar : Nu Online)
Hasyim Muzadi: Hakim Harus Siap Miskin (Sumber Gambar : Nu Online)

Hasyim Muzadi: Hakim Harus Siap Miskin

"Semua hakim MK harus siap hidup miskin agar selama menjadi hakim tak mau menerima suap terkait perkara yang sedang dihadapi," kata Hasyim Muzadi saat menjadi tampil sebagai pakar pada uji kelayakan dan kepatuhan calon hakim MK di gedung DPR RI, Jakarta, Senin (3/3/2014).

Karena itulah, sebelum menjadi hakim, mereka harus mamantapkan niat tulusnya menjadi hakim agar di tengah jalan tak mudah tergoda oleh rayuan menerima suap. "Termasuk meminta izin dan meminta kesediaan istrinya untuk hidup miskin. Karena istri bisa menjadi salah satu provokator terjadinya suap," katanya.

Pondok Pesantren Tegal

Hukum di Indonesia, kata Hasyim, sekarang terasa jauh dari keadilan. Padahal tujuan hukum sebenarnya adalah keadilan. "Hukum di Indonesia masih prosedural. Karena. Itu, hukum kerap jauh dari rasa keadilan," jelas pengasuh pondok pesantren Al-Hikam Malang dan Depok ini.

Pondok Pesantren Tegal

Pada kesempatan tersebut, mantan Ketua Umum PBNU juga menekankan pentingnya kejujuran hakim saat berhadapan langsung dengan suap. Calon hakim yang sekarang seorang akademisi, misalnya, sulit melakukan korupsi karena di kampus tak ada yang dikorupsi.

"?Kalau sudah berada di MK, rayuan untuk menerima suap sangat besar. Seperti yang menimpa Akil Mochtar. Karena itulah, kejujuran menjadi kunci utama untuk tegaknya hukum yang berkeadilan di Indonesia," katanya.

Hasyim Muzadi lebih menekankan kejujuran karena dalam pandangannya mencari orang pintar dan ahli hukum sangat mudah. Yang sulitnya, katanya, adalah mencari orang yang jujur. "Orang pintar banyak. Yang sulit orang jujur. Sayangnya, orang jujur banyak yang tak pintar-pintar," terangnya. (Ahmad Millah/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Pondok Pesantren, Habib, Quote Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 07 Desember 2014

Kembangkan Pengetahuan Aswaja Lewat TTS

Solo, Pondok Pesantren Tegal. Berawal dari hobi mengisi TTS (Teka Teki Silang), Kang Zubad berpikir mengapa begitu jarang TTS yang mengasah pengetahuan tentang agama. Dari hal itulah, santri asal Subang tersebut kemudian memiliki ide untuk membuat TaksiNU (Teka Teka Silang NU).

“Isinya kebanyakan tentang sejarah NU,” terang alumni Pesantren Al Hikam Malang ini, saat ditemui di kediamannya di daerah Laweyan Solo, Ahad, (25/8).

Kembangkan Pengetahuan Aswaja Lewat TTS (Sumber Gambar : Nu Online)
Kembangkan Pengetahuan Aswaja Lewat TTS (Sumber Gambar : Nu Online)

Kembangkan Pengetahuan Aswaja Lewat TTS

Menurutnya orang juga bisa belajar Aswaja dan NU melalui permainan, “Jadi memahaminya tidak mesti lewat buku yang serius,” Pengetahuan seperti nama para tokoh NU, singkatan, pesantren, dan hal yang berkaitan dengan keaswajaan dikemas dalam bentuk permainan TTS.

Pondok Pesantren Tegal

Rencananya buku edukasi Aswaja ini akan dibuat sebanyak 9 jilid. “Saat ini baru dalam bentuk PDF, belum kami bukukan,” ungkapnya.

Pondok Pesantren Tegal

Pria yang hobi menulis ini mengaku belum tertarik untuk mengkomersilkannya. “Ya, baru sekedar untuk iseng memenuhi hobi pribadi. Pernah juga ada yang memesan, belum lama ini salah satunya dari IPNU Kab. Malang,” katanya.

Melalui TTS ini, Zubad mengatakan warga Nahdliyyin pada khususnya bisa bermain sekaligus belajar tentang ke-NU-an, “diharapkan mereka bisa memahami apa itu NU beserta pernak-perniknya secara sederhana,” pungkasnya.

Redaktur ? ? : Mukafi Niam

Kontributor: Ajie Najmuddin



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Meme Islam, Fragmen, Ulama Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 05 Desember 2014

Gusdurian Jakarta Putar Film “Jalan Dakwah Pesantren”

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Awal pekan pada November ini, Gusdurian Jakarta kembali menyelenggarakan kegiatan Forum Jumat Pertama. Kegiatan ini digelar di Aula Griya Gus Dur, Jalan Taman Amir Hamzah, Matraman, Jakarta Pusat, Jumat (4/11) malam.

Gusdurian Jakarta Putar Film “Jalan Dakwah Pesantren” (Sumber Gambar : Nu Online)
Gusdurian Jakarta Putar Film “Jalan Dakwah Pesantren” (Sumber Gambar : Nu Online)

Gusdurian Jakarta Putar Film “Jalan Dakwah Pesantren”

Hadir sebagai pembicara Ahmad Ginanjar Sya’ban (Direktur Pusat Studi Islam Nusantara STAINU Jakarta), Najib Burhani (intelektual Muhammadiyah), Yuda Kurniawan (sutradara film), dan Hamzah Sahal (periset film).

Sebagai pembuka acara, para peserta disuguhkan sebuah tayangan film dokumenter berdurasi sekitar 37 menit, yang berjudul “Jalan Dakwah Pesantren”. Dalam film tersebut, dikisahkan sejarah panjang lembaga pendidikan berciri khas keagamaan yang lekat dengan lokalitas dan beragam tradisi serta budaya di Indonesia bernama pondok pesantren.

“Film ini perlu untuk terus disebarkan, bahkan perlu untuk diterjemahkan ke berbagai bahasa. Bahwa ada lembaga pendidikan yang tidak hanya ajarkan karakter, akan tetapi juga warisan ilmu pengetahuan,” tutur Ginanjar Sya’ban.

Sementara itu, Yuda Kurniawan, mengungkapkan film garapannya ini akan diputar di 28 titik. Sebelumnya, film yang diproduksi Kementerian Agama RI, Rekam Docs, dan 1926 ini telah diputar dan menjadi bahan diskusi keliling Pulau Jawa di puluhan pondok pesantren, kampus, dan kantong-kantong pergerakan.

Pondok Pesantren Tegal

“Harapannya kita bisa diskusikan bersama, bagaimana soal dunia pesantren, lewat pemutaran film ini,” kata dia.

Salah satu peserta forum, Wawan, mengapresiasi pemutaran film ini. Menurutnya, dunia pesantren yang terkesan tradisonal, bisa dikenalkan kepada dunia melalui sebuah wajah teknologi modern, yakni film. (Ajie Najmuddin/Mahbib)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal IMNU, Hadits Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 28 November 2014

Warga Pengging Gelar Sebaran Apem Keong Mas

Boyolali, Pondok Pesantren Tegal. Di setiap bulan shafar atau sapar, masyarakat Pengging Boyolali Jawa Tengah menggelar tradisi Sebaran Apem Keong Mas, yang dihelat di kompleks Masjid Cipto Mulyo dan Pasar Pengging, Seperti yang terlhat pada, Jumat (27/12), ribuan orang dari yang datang dari berbagai daerah, berebut untuk mendapatkan apem.

Tradisi ini, konon berhubungan dengan kisah di zaman pujangga kraton Yosodipuro I, kala itu masyarakat mengeluhkan serangan hama keong mas dan tikus yang mengakibatkan gagal panen. Oleh Yosodipuro, petani diminta untuk memasak hama keong mas dengan cara dikukus dan dibungkus dengan janur. Sejak saat itu, hama keong mas menghilang dan petani kembali bisa menikmati panen.

Warga Pengging Gelar Sebaran Apem Keong Mas (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga Pengging Gelar Sebaran Apem Keong Mas (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga Pengging Gelar Sebaran Apem Keong Mas

Salah satu panitia yang ditemui Pondok Pesantren Tegal, Timboel mengatakan, penyelenggaraan Sebaran Apem Keong Mas ini, baru digelar secara meriah sejak 8 tahun yang lalu. “Acara Saparan Pengging ini baru dimulai sekitar tahun 2005 lalu,” terangnya.

Pondok Pesantren Tegal

Dijelaskan oleh Timboel tentang prosesi acaranya. Apem-apem kecil, yang semalam sebelumnya telah didoakan di Makam Yosodipuro, kemudian esok harinya apem-apem tersebut diletakkan dalam  dua gunungan untuk dikirab mulai dari Kantor Kecamatan Banyudono menuju Masjid Cipto Mulyo dan Pasar.

Dan acara sebaran pun dimulai, para petugas dari atas panggung mengambil apem-apem dari gunungan untuk disebarkan ke warga, dengan cara dilempar. Tak pelak, ribuan warga yang berkumpul di bawah panggung pun saling berebut untuk mendapatkan apem.

Pondok Pesantren Tegal

Wakil Bupati Boyolali, Agus Purmanto, menerangkan inti dari tradisi ini adalah kebersamaan untuk bersama-sama berkumpul. “Dimana saat itu, Yosodipura menggunakan tradisi sebaran apem kukus keong mas untuk berdakwah, agar masyarakat bisa hidup damai,” terangnya. (Ajie Najmuddin/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Budaya, Aswaja, Tegal Pondok Pesantren Tegal

Senin, 17 November 2014

Loket Pendaftaran Mudik Bareng PBNU Dipadati Peminat

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Lembaga Takmir Masjid PBNU kembali membuka pendaftaran Rombongan Mudik Bareng PBNU hari ini, Senin (7/7) pagi di masjid An-Nahdlah PBNU jalan Kramat Raya nomor 164, Jakarta Pusat. Para pendaftar tampak antre untuk mendapatkan tiket dari 15 bus rombongan mudik untuk tujuan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Loket Pendaftaran Mudik Bareng PBNU Dipadati Peminat (Sumber Gambar : Nu Online)
Loket Pendaftaran Mudik Bareng PBNU Dipadati Peminat (Sumber Gambar : Nu Online)

Loket Pendaftaran Mudik Bareng PBNU Dipadati Peminat

Untuk mendapatkan tiket, para pendaftar cukup mengisi formulir yang disediakan panitia dengan menunjukkan fotokopi KTP atau Kartu Keluarga. Mereka yang sudah mengisi formulir diberikan sebuah nota untuk ditukarkan tiket berangkat pada tanggal yang ditetapkan panitia

“Panitia menentukan Senin depan, 14 Juli di mana pengunjung dapat menukarkan nota yang mereka miliki dengan tiket,” kata seorang penjaga loket, Dedi Kurniawan.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara penjaga lainnya, Sahid memastikan, kuota tiket tujuan Banyuwangi, Surabaya, Madura, Lamongan, Mojokerto, Yogyakarta, dan Solo sudah habis. Yang tersisa Gresik, Semarang, Rembang, Temanggung, Tegal, Brebes, Pekalongan.

“Panitia tidak memastikan hari penutupan. Pastinya pendaftaran akan ditutup kalau kuota tiket dari semua tujuan sudah terpenuhi,” kata Sahid.

Pondok Pesantren Tegal

LTM PBNU menyediakan lima belas bus dengan tiga provinsi tujuan. Rombongan mudik bareng ini akan berangkat pada Ahad 20 Juli. Sebanyak delapan bus akan menyebar ke sejumlah kabupaten di Jateng. Enam bus menuju Jawa Timur. Sementara satu bus untuk tujuan Jawa Barat.

Saat menukarkan nota pada 14 Juli nanti, para pendaftar disyaratkan berinfaq untuk Gerakan Infaq dan Shodaqah Masjid (Gismas) LTM PBNU sebesar Rp. 10.000, tandas Sahid. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Aswaja, Pertandingan Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 16 November 2014

Jokowi: Perbedaan Pilihan Politik Jangan Memecah Belah Persatuan

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Presiden RI Joko Widodo bersama ibu negara Iriana kembali menyalurkan hak pilihnya dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di TPS 04 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (19/4). Seperti halnya pada putaran pertama, Jokowi memberikan pernyataan singkat usai melakukan pencoblosan.

Jokowi: Perbedaan Pilihan Politik Jangan Memecah Belah Persatuan (Sumber Gambar : Nu Online)
Jokowi: Perbedaan Pilihan Politik Jangan Memecah Belah Persatuan (Sumber Gambar : Nu Online)

Jokowi: Perbedaan Pilihan Politik Jangan Memecah Belah Persatuan

Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta ini meyakini, Pemilihan Gubernur DKI Jakarta ini akan menghasilkan pemimpin yang terbaik dan terpercaya.

“Sebab itu perbedaan pilihan politik jangan sampai memecah belah persatuan kita. Karena kita ingat, kita semua bersaudara,” ujar Jokowi didampingi Mensesneg Pratikno, Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede, dan Camat Gambir Fauzi.

Menurut ayah tiga anak ini, apapun hasilnya dan siapapun yang terpilih harus diterima oleh seluruh kalangan dengan lapang dada.

Pondok Pesantren Tegal

Setelah menyampaikan pernyataan resminya, Jokowi yang mengenakan kemeja khas putihnya langsung meninggalkan TPS 04 Gambir. Terlihat sejumlah aparat Kepolisian dan TNI berjaga dan mengatur lalu lintas di sekitar TPS.?

Di Pilkada DKI Jakarta putaran kedua ini, personil polisi dan TNI dikerahkan untuk menjaga setiap TPS. Formasi 1 Polisi dan 1 TNI ditempatkan di setiap TPS dengan dibantu oleh Personil Linmas.?

Pondok Pesantren Tegal

Menurut keterangan Mabes Polri, sebanyak 65.000 aparat gabungan dari Polri, TNI, Pemda, dan Perlindungan Masyarakat (Linmas) diterjunkan untuk membantu pengamanan jalannya pemungutan suara. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Habib, Doa, Nasional Pondok Pesantren Tegal

Senin, 29 September 2014

Ini Cara Melaporkan Akun-akun Radikal di Twitter

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal

Narasi ekstrimisme begitu masif dan viral di media sosial, khususnya Twitter Konten ini sampai mampu menjadi image Islam yang seolah identik dengan kekerasan, perang, dan bom. Dasar ini adalah salah satu alasan bagi The Wahid Institute untuk menggandeng Twitter Indonesia untuk menggelar Workshop Tweet For Peace bersama puluhan aktivis media.

Ini Cara Melaporkan Akun-akun Radikal di Twitter (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Cara Melaporkan Akun-akun Radikal di Twitter (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Cara Melaporkan Akun-akun Radikal di Twitter

Menurut salah satu narasumber dari pihak Twitter Indonesia Roy Simangunsong, twitter memang dibangun berdasarkan konsep freedom of expressions atau kebebasan berekspresi para penggunanya.

“Tetapi kebebasan berekspresi tetap harus menjunjung tanggung jawab dan etika. Sebab itu, Twitter sangat mendukung dalam memerangi radikalisme,” tegas Roy.

Roy mengajak kepada para pengguna twitter untuk melaporkan akun-akun radikal yang berpotensi ke tindakan terorisme dengan melaporkan ke platform yang disediakan oleh Twitter yaitu dengan mengakses: support.twitter.com/forms.

Untuk mendukung gerakan radikal di media sosial, lanjut Roy, twitter juga menyediakan berbagai tools (alat) yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna. Hingga saat ini menurut Roy, tagar atau hashtag merupakan tools yang sangat efektif untuk mempopulerkan konten atau pesan damai. Selain itu, banyak tools-tools lain yang bisa dimanfaatkan.

Pondok Pesantren Tegal

“Namun demikian, partisipasi aktif dalam menyampaikan konten dan informasi yang baik sangat penting. Karena Twitter juga sangat menekankan konten yang beretika di Twitter,” tutur Roy.

Kegiatan workshop ini dihadiri oleh puluhan aktivis media dan komunitas yang aktif dalam menangkal serta memerangi radikalisme dan terorisme di dunia maya. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Tegal Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 14 September 2014

Kaderisasi Miliki Peran Penting dalam Organisasi

Jember, Pondok Pesantren Tegal. Hidup matinya sebuah organisasi sangat tergantung pada kaderisasi. Jika kaderisasi lancar, maka organisasi tersebut bisa ‘survive’. Sebaliknya, jika kaderisasi stagnan, maka umur organisasi itu tinggal menunggu waktu. Hal tersebut diungkapkan Ketua Pengurus Cabang IPNU Kencong, Jember, Jawa Timur, Muhammad Mansur saat menyampaikan materi dalam acara Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) IPNU-IPPNU di aula MA Yunisma, Kencong, Rabu (28/9).?

Kaderisasi Miliki Peran Penting dalam Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Kaderisasi Miliki Peran Penting dalam Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Kaderisasi Miliki Peran Penting dalam Organisasi

Menurutnya, kaderisasi sangat penting dan harus dilakukan secara terus-menerus agar organisasi tak kekurangan kader. “Demikian juga IPNU-IPPNU, tak boleh berhenti melakukan kaderisasi. Semakin banyak kader atau anggota maka kita semakin kokoh. Semakin banyak yang memahami nilai-nilai Aswaja sekaligus mendakwahkannya,” ucapnya.

Mahasiswa semester akhir Jurusan Matematika FKIP Univeritas Islam Jember tersebut ? menambahkan, dalam hal pengkaderan, IPNU-IPPNU ? selalu berada di garda terdepan dan paling awal memperkenalkan NU kepada pelajar. IPNU-IPPNU-lah yang pertama kali keluar masuk sekolah untuk merekrut anggota.?

Baru setelah “lulus” IPNU-IPPNU, mereka aktif di berbagai ? organisasi sayap atau Banom NU yang lain. Dengan demikian, maka sesunguhnya IPNU-IPPNU merupakan ujung tombak untuk menanamkan pondasi ke-NU-an di kalangan pelajar.?

“Itu tugas mulya dan amanah yang wajib kita laksanakan. Dari sinilah banyak tokoh bahkan pemimpin bangsa muncul. Anggota IPNU-IPPNU saat ini adalah calon pemimpin ? NU di masa depan, dan kami harus bangga dengan itu semua,” tukasnya.

Pondok Pesantren Tegal

Makesta itu sendiri berlangsung selama dua hari dan diikuti oleh 60 orang peserta. Sebelum menyampaikan meteri, Mansyur melakukan pembai’atan terhadap peserta Makesta. Sejumlah narasumber dihadirkan untuk mengasah sekaligus memperluas wawasan mereka mengenai soal kepemimpinan, organisasi dan tentu saja soal ke-NU-an. (Aryudi A. Razaq/Fathoni)

Pondok Pesantren Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Makam, Halaqoh, Tegal Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 29 Agustus 2014

Nasihat Mufti Syiria dan Aljazair untuk Para Santri

Situbondo, Pondok Pesantren Tegal. Puncak kunjungan para mufti di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo (P2S3) diakhiri di Masjid Jami Ibrahimy. Dua mufti yakni Syekh Prof DR Wahbah Zuhaily (Syiria) dan Syekh Abdul Karim Dibaghi (Aljazair) berkesempatan menyampaikan pesan kepada ribuan santri dan pengurus pesantren.

Pada kesempatan tersebut Syekh Wahbah Zuhaili mengingatkan para pengurus dan ribuan santri yang hadir untuk bersungguh-sungguh dalam belajar. Karena ilmu pengetahuan tidak akan diraih tanpa kesungguhan.

Nasihat Mufti Syiria dan Aljazair untuk Para Santri (Sumber Gambar : Nu Online)
Nasihat Mufti Syiria dan Aljazair untuk Para Santri (Sumber Gambar : Nu Online)

Nasihat Mufti Syiria dan Aljazair untuk Para Santri

Pada akhir ulasannya, pengarang kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu ini mendoakan pengasuh, para pengurus, dan santri demi kebaikan dan kejayaan pesantren.   

Pondok Pesantren Tegal

Pada kesempatan kedua, Syekh Abdul Karim Dibaghi mengingatkan para santri agar tidak hanya belajar ilmu tapi juga disertai memahami rahasia dan nur dari ilmu pengetahuan yang tengah dipelajari.

Ulama Aljazair ini juga menandaskan bahwa para santri P2S3 hendaknya merasa bangga karena pengasuhnya, KHR A Azaim Ibrahimy adalah santri dari guru di Makkah yakni Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani yang memiliki hubungan langsung hingga Nabi Muhammad SAW.

Pondok Pesantren Tegal

"Syekh Azaim adalah berasal dari keturunan orang shaleh dan langsung bersambung dengan Rasulullah SAW," terangnya Ahad (30/3).

Ia juga mengajak para santi untuk belajar dengan bekal seperti anjuran kitab Talim Mutaallim, yakni kecerdasan, ketamakan terhadap ilmu, kesabaran, biaya, petunjuk guru, serta waktu yang lama.

"Para santri jangan malas. Miliki tekad kuat serta mengamalkan ilmu yang telah diperioleh dalam keseharian," tuturnya.

Pada kesempatan terakhir, ia juga mendoakan kemajuan pesantren dan kebaikan bagi pengasuh, pengurus serta para santri dalam berkhidmat di pesantren dan masyarakat. Tidak lupa ia berdoa untuk negeri ini agar dijauhkan dari bencana dan musibah. (Syaifullah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sejarah, Nahdlatul Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 08 Agustus 2014

Menengok Toleransi Beragama di Masa Majapahit

Saling menghargai dan menghormati sesama warga merupakan ajaran yang sudah diberikan oleh nenek moyang kita sejak Indonesia belum bernama ‘Indonesia’. Hal itu bisa kita ketahui dari kerajaan besar yang pernah berdiri dan berkembang pesat di wilayah Nusantara seperti Majapahit pada sekitar abad ke-13 M.?

Apakah kerajaan Majapahit mengajarkan persatuan dan kesatuan? Hal itu bisa kita lihat dari novel yang ditulis Langit Kresna Hariadi dengan Judul Gajah Mada. Buku Gajah Muda merupakan cerita Kerajaan Majapahit dengan menyoroti kebesaran Mahapatihnya, Gajah Mada. Buku ini terdiri dari lima seri dengan judul besar yang sama, yaitu Gajah Mada.?

Dari kelima seri buku tersebut, buku Gajah Mada: Madakaripura Hamukti Moksa merupakan buku kelima yang mengisahkan tentang Gajah Mada yang mengundurkan diri dari jabatan Mahapatih. Pengunduran tersebut dikarenakan tragedi Perang Bubat yang menjadi tragedi berdarah antara kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Sunda Galuh. Tragedi tersebut menyeret Gajah Mada yang pada saat itu bertindak sebagai Mahapatih menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Sampai pada akhirnya, Gajah Mada meninggalkan jabatannya dan yang pada awalnya mengambil sumpah Hamukti Palapa untuk menyatukan Nusantara, kini memilih Hamukti Moksa di tempat yang selanjutnya dinamakan Madakaripura.?

Menengok Toleransi Beragama di Masa Majapahit (Sumber Gambar : Nu Online)
Menengok Toleransi Beragama di Masa Majapahit (Sumber Gambar : Nu Online)

Menengok Toleransi Beragama di Masa Majapahit

Madakaripura merupakan tanah perdikan milik mahapatih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit. Tanah perdikan tersebut saat ini lebih terkenal dengan air terjunnya yang terletak di Dusun Branggah, Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang,Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.?

Dalam novel tersebut, terdapat cuplikan perisitiwa yang menunjukkan bagaimana kuatnya saling menghormati dan menghargai pada masa Majapahit. Pengarang menceritakan mahapatih Gajah Mada dalam perjalanannya saat menuju tanah perdikan mengalami berbagai peristiwa. Salah satunya yaitu ? peristiwa yang terjadi di ? Perkampungan Pamadan. Kampung Pamadan merupakan sebuah desa yang harus dilalui ketika akan menuju tempat Madakaripura tersebut.?

Saat itu, Gajah Mada mendapati perkampungan dalam keadaan sepi. Padahal ketika beberapa kali didatanginya merupakan tempat yang amat hidup dan penuh geliat. Gajah Mada bertanya-tanya dalam hati. Ke mana perginya mereka. Untuk memastikan penasarannya, ia memutuskan berbelok ke sebuah rumah. Namun, setelah mencoba masuk ke dalam rumah, ia tidak mendapati seorang pun di sana. Akhirnya, Gajah Mada memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.?

Pondok Pesantren Tegal

Setelah berpacu dengan kudanya beberapa saat, ia melihat ada hal yang berbeda. Sebuah rumah, merupakan satu-satunya rumah yang mengalami nasib berbeda, hangus terbakar dan dengan kasat mata terlihat adanya jejak-jejak perusakan. Berbekal pengalaman yang dimiliki sebagai mantan pasukan khusus Bhayangkara, ia mencoba menelusuri jejak hangusnya tersebut.?

Pada akhirnya, Gajah Mada terbelalak melihat pemandangan yang mendebarkan dari ketinggian tempatnya berada. Ia melihat sekelompok orang dalam sebuah barisan berhadapan dengan kelompok lain yang bersikap sama. Dua kelompok itu terlihat seperti sedang bersiap untuk berperang habis-habisan. Selanjutnya, mereka diketahui berasal dari orang-orang yang berasal dari desa Saleces dan desa Pamadan.?

Pondok Pesantren Tegal

Konflik itu tersulut oleh peristiwa yang bermula dari anak gadis Ki Buyut Saleces yang dibawa lari oleh Ki Pintasmerti. Hal itu sertamerta dilakukan akibat dari penolakan secara mentah-mentah dari Ki Buyut Saleces, pemimpin dari desa Saleces, yang anak gadisnya dipinang oleh Ki Pintasmerti, pemimpin dari desa Pamadan. Penolakan itu mempunyai dua alasan. Pertama, anak gadisnya telah dijodohkan dengan kerabat bangsawan Lumajang. Alasan kedua yaitu dari pihak Ki Buyut Saleces beragama Syiwa, sedangkan Ki Pintasmerti menganut Budha. Akhirnya, imbas dari perseteruan tersebut adalah bentrok dari kedua warga tersebut.

Sebelum terjadi perpecahan yang menimbulkan korban, akhirnya Gajah Mada menampakkan diri di tengah-tengah dua kelompok itu. Ia meminta keterangan lebih lanjut dari dua pihak yang berseteru. Sampai pada akhirnya, ia mengetahui bahwa sebenarnya kedua anak mereka saling mencintai. Namun, karena alasan yang sudah disebutkan di atas, mereka akhirnya melakukan tindakan tersebut. Selain itu, Gajah Mada juga terkejut dengan fenomena yang ada di warga Saleces, bahwa mereka semua menganut Syiwa. Setelah Gajah Mada bertanya kepada warga, ternyata Ki Buyut Saleces sebagai pemimpin melarang warganya menganut ajaran selain Syiwa. Jika ada yang menganut Budha, Ki Buyut mengancam mereka.?

Dari pengakuan tersebut, pada akhirnya Gajah Mada dengan suara lantang menjelaskan bahwa Majapahit memberikan pengakuan kepada agama Syiwa dan agama Budha serta meminta kepada semua penganutnya untuk hidup rukun dan berdampingan. Hal itu semuanya diatur dalam Tripaksa. Karena mereka udah melakukan kesalahan, mereka disuruh menghadap ke kotaraja Majapahit untuk menghadap Prabu dan meminta hukuman yang setimpal.

Pada akhirnya, dengan karisma yang dimiliki oleh Gajah Mada, mereka menghadap kepada Prabu serta meminta hukuman yang setimpal atas perbuatannya dalam melanggar aturan toleransi yang terkandung dalam Tripaksa tersebut.

Gambaran yang dilakukan oleh penulis buku ini membawa pembaca untuk menyelami kurun waktu abad ke-13 M. Pembaca dapat memahami Majapahit secara historis, geneologis, dan ideologis. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam kerajaan Majapahit juga dapat pembaca temukan di dalam buku yang banyak menghadirkan rujukan buku sejarah dan kitab kuno yang ditulis oleh Empu Prapanca secara otoritatif ini.

Kajian buku yang mengupas habis sejarah kebesaran Majapahit pada masa mahapatih Gajah Mada ini, menggambarkan betapa besar dan luasnya pengaruh yang disebarkan oleh nenek moyang kita terdahulu. Bahkan, sebelum Pancasila lahir sebagai dasar negara, fenomena kehidupan yang ditampilkan dalam buku ini sudah menerapkan itu semua. Bahkan, sila ketiga menyebutkan bahwa negara kita menjadikan asas persatuan sebagai landasan bangsa, hal itu sudah diajarkan jauh sebelum Indonesia menjadi seperti sekarang. Persatuan itu tidak hanya kelompok-kelompok tertentu saja, entah kelompok suku maupun agama, tetapi persatuan yang dibingkai melalui keragaman budaya serta agama yang menjunjung tinggi toleransi.?

Review buku secara singkat ini tentu belum menghadirkan semua informasi dan gagasan penulis buku secara utuh sehingga pembaca dapat memahami lebih jauh lagi dengan membaca bukunya secara langsung. Selamat membaca!

Identitas buku:

Judul Buku ? ? : Gajah Mada: Madakaripura Hamukti Moksa

Penulis ? ? ? ? ? : Langit Kresna Hariadi

Tebal ? ? ? ? ? ? ? : 574 halaman

Cetakan ? ? ? ? ? : Keenam, Desember 2008

Penerbit ? ? ? ? ? : Tiga Serangkai Solo

ISBN ? ? ? ? ? ? ? ? : 979 33 0712 9

Peresensi ? ? ? : M. Ilhamul Qolbi

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Kiai Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 20 Juli 2014

Semangat NU Care Bantu Pesantren Tahfidh di Bogor

Bogor, Pondok Pesantren Tegal

Mendung yang menggantung di langit Pondok Pesantren Annur di Jalan Cibeureum Gang Menteng, Kampung Nyalindung, Desa Sukamantri Kecamata Tamansari, Bogor Jawa Barat sejak sebelum shalat Jumat (24/30) berubah jadi hujan. Selama dan beberapa saat setelah pelaksanaan shalat, hujan masih turun, hingga perlahan berubah gerimis.

Semangat NU Care Bantu Pesantren Tahfidh di Bogor (Sumber Gambar : Nu Online)
Semangat NU Care Bantu Pesantren Tahfidh di Bogor (Sumber Gambar : Nu Online)

Semangat NU Care Bantu Pesantren Tahfidh di Bogor

Suasana basah dan dingin mengantar jamaah shalat Jumat terutama penduduk sekitar meninggalkan masjid di kompleks pesantren. Keadaan menjadi hangat saat beberapa santri menabuh rebana, membawakan musik hadrah. Sementara para santri lainnya mendendangkan shalawat.

Setelah sajian musik hadrah dan shalawat, Ustadz Fathurrohman, salah satu pengajar di pesantren tersebut, mengumumkan bahwa siang itu Pondok Pesantren Annur kedatangan tamu.

Pondok Pesantren Tegal

Kepada para tamu, Ustadz Fathurrohman menjelaskan Pondok Pesantren Annur merupakan pesantren tahfidh Al-Qur’an. Dirintis pada tahun 2007, semula pesantren itu hanya memiliki delapan santri. Berdiri di atas lahan seluas 1, 8 hektar, Pesantren Annur dibangun atas cita-cita H Amran yang ingin mewadahi para yatim dan dhuafa untuk menghafal Al-Quran.

Pondok Pesantren Tegal

“Perkembangan berikutnya, dilihat dari hasil yang cukup memuaskan terbukti dengan hafalan yang baik, masyarakat mulai tertarik untuk menitipkan anak mereka menghafal Al-Quran di sini,” kata Ustadz Fathurrohman.

Saat ini ada 125 santri di Pesantren Annur. Para santri yang berada pada rentang usia SMP-SMA, berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka belajar secara gratis di pesantren tersebut, baik untuk makan, tempat tinggal, maupun biaya pendidikan. Sementara alumninya banyak yang meneruskan belajar maupun mengabdikan diri di berbagai tempat termasuk luar negeri seperti Qatar dan Turki. ?

Para tamu yakni tim NU Care LAZISNU siang itu datang ke pondok pesantren Annur untuk menyerahkan bantuan berupa beras seberat 1,5 ton.

“Setelah saya bertemu dengan dan berbicara dengan para pengasuh dan ustadz di Pesantren Annur, saya dipenuhi pikiran apa yang bisa kami (NU Care) lakukan. Adalah? tanggung jawab kita untuk saling berbagi. Kalau ada sedikit yang kami salurkan sekarang, ini adalah apresiasi dan penghormatan kepada para santri di sini,” kata Samsul.

Menurutnya, suasana menyenangkan dan melegakan di pondok pesantren sebagai tempat belajar harus selalu diciptakan. Karenanya ia berharap akan ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam waktu ke depan untuk pesantren tersebut.

“Apa yang kurang di sini dan bisa kita tambahkan untuk perbaikan, akan kita diskusikan. Semuanya untuk meningkatkan semangat dan konsentrasi para santri di sini,” harapnya. (Kendi Setiawan/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ulama, News, Kyai Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 04 Juli 2014

Amal Perbuatan Perspektif Kitab Al-Hikam

"Jika Tuhan hendak menampakkan Karunia-Nya kepadamu, maka Dia ciptakan amal dan kemudian dinisbatkannya kepadamu.” (Al-Hikam - Ibn Athaillah)

Seringkali kita terpesona dengan cara Allah menuntun kita membuka jalan menuju ladang amal kebaikan. Dibentangkannya kesempatan untuk kita menunaikan janji, mengabdi dan mengamalkan apa yang telah Tuhan ajarkan sebelumnya kepada kita.

Amal Perbuatan Perspektif Kitab Al-Hikam (Sumber Gambar : Nu Online)
Amal Perbuatan Perspektif Kitab Al-Hikam (Sumber Gambar : Nu Online)

Amal Perbuatan Perspektif Kitab Al-Hikam

Tuhan bekerja dengan cara-Nya, lantas semua kesuksesan itu dinisbatkan kepada kita. Seolah-olah itu semua hasil kerja keras dan perjuangan kita. Sebenarnya itu hanyalah Karunia-Nya kepada kita karena Dia-lah yang menciptakan amal untuk kemudian kita turut mengerjakannya.

Maka pada setiap amal pekerjaan kita, niatkanlah sebagai bentuk pengabdian kita untuk-Nya. Mengapa demikian? Amal itu bermula dari-Nya dan kita kembalikan hanya kepada-Nya. Dia-lah yang Awal dan Dia pula yang Akhir. Inilah teologi amal.

Ibn Athaillah: "Di antara tanda keberhasilan pada akhir perjuangan adalah berserah diri kepada Allah sejak permulaan.”

Pondok Pesantren Tegal

Cara kita menyambungkan niat kita dengan Allah sebelum melakukan aktivitas menentukan nilai keberhasilan. Segala amal perbuatan tergantung niat. Begitu pesan Nabi dalam Hadits shahih.?

Begitu niat sudah kita pasang efeknya dahsyat karena semua gerak panca indera mengikuti niat tersebut. Hati dan pikiran menjadi fokus. Begitu hebatnya nilai sebuah niat, langsung tercatat sebagai sebuah kebajikan meskipun kelak tak jadi dilaksanakan

Pondok Pesantren Tegal

Ibn Athaillah: "Janganlah cita-citamu tertuju pada selain Allah. Harapan seseorang tak akan dapat melampaui yang Maha Pemurah".?

Pasang niat yang baik di awal, dan tujukan semua akhir kepada-Nya. Karena Dia-lah yang Maha Pemurah. Seberapa pun besar harapan yang kita tujukan padanya, semua akan berada dalam jangkauan rahmat-Nya. Rahmat-Nya meliputi semuanya. Maka janganlah berputus asa baik di awal perbuatan, di tengah maupun di akhir karena sudah kita letakkan harapan di Tangan-Nya

"Siapa yang tidak mensyukuri nikmat, berarti menginginkan hilangnya. Dan siapa yang mensyukurinya, berarti telah secara kuat mengikatnya." Ibn Athaillah kembali mengajarkan kita bahwa sebaiknya kita ikat nikmat pemberian Allah itu dengan rasa syukur.

Pemberian Allah yang kita ikat dengan rasa syukur, akan semakin kuat nilainya, dan terus bertambah. Sebaliknya, kufur nikmat akan menghapusnya. Komplit sudah amalan kita jika niat sudah mantap di awal, tujuan amal hanya kepada Allah dan syukur mengikat nikmat di akhir.

Nadirsyah Hosen, Pengasuh Pondok Pesantren Mahad Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor Pimpinan KH M. Luqman Hakim.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ahlussunnah, Humor Islam Pondok Pesantren Tegal

Senin, 30 Juni 2014

Ulama Ikut Peduli Promosi Kesehatan

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal

“Allah tidak akan menciptakan sebuah penyakit, kecuali ada obatnya.” Demikianlah kutipan hadist yang seringkali disampaikan oleh para dai ketika menyampaikan materi soal kesehatan. 

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyatakan, persoalan kesehatan mendapat perhatian besar dalam Islam, banyak ayat Qur’an dan Hadist yang berbicara soal kesehatan dan menjadi bagian dari tugas para ulama untuk mendorong masyarakat agar berperilaku hidup sehat.

Ulama Ikut Peduli Promosi Kesehatan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ulama Ikut Peduli Promosi Kesehatan (Sumber Gambar : Nu Online)

Ulama Ikut Peduli Promosi Kesehatan

Pernyataan ini disampaikan dalam acara pertemuan nasional Peran Tokoh Agama dalam Promosi Kesehatan yang digagas oleh Lembaga Kesehatan NU, Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dan Statistical, Economic and Social Research and Training Centre for Islamic Countries (SESRIC)

Pondok Pesantren Tegal

Ia menegaskan, dalam kemampuan agama, orang NU sudah cukup mumpuni, tetapi dalam bidang lainnya, masih perlu ditingkatkan seperti dalam bidang pendidikan, kebudayaan, ekonomi, termasuk kesehatan. Hal tersebut penting untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup.

Pondok Pesantren Tegal

Dalam membina kesehatan ini, tidak dibatasi oleh ajaran agama. Ia mengisahkan sejumlah khalifah yang memiliki dokter pribadi non Muslim, karena terbukti mereka memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. 

Sementara itu, Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes Bambang menuturkan, baru sekitar 50 persen penduduk Indonesia berperilaku hidup bersih dan sehat, dengan menggunakan 10 indikator. 

“Jika indikator jumlah indikator tersebut ditingkatkan menjadi 20, maka persentasenya akan semakin kecil,” katanya.

Para ulama dan tokoh masyarakat, katanya, memiliki peran penting dalam membantu mendorong masyarakat berperilaku hidup sehat.

Sementara itu, Prof. Savas Alpay, direktur jenderal  Statistical, Economic and Social Research and Training Centre for Islamic Countries (SESRIC) menekankan pentingnya melindungi generasi muda dari bahaya merokok, selain menghabiskan uang, juga memiliki potensi terkena sejumlah penyakit. Sejumlah industri rokok skala global melakukan ekspansi ke negara-negara berkembang karena di negara mereka, regulasinya sudah sangat ketat.

Terdapat sejumlah kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan tersebut, diantaranya meminta tokoh agama mengajak orang tua dan remaja berperilaku hidup sehat, di sekolah dan di lingkungan keluarga, edukasi publik akan potensi bahaya kebiasaan merokok dengan metode yang tepat sasaran serta pentingnya mengaturkan area merokok dalam upaya menghargai kesehatan, baik diri sendiri maupun orang lain.

Tokoh agama diminta mendorong para remaja agar mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri, pilihannya, serta mampu bernegosiasi dengan dinamika hidup di lingkungan sekitarnya. (mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Ulama Pondok Pesantren Tegal

Mewaspadai Aliran Salafi, Wahabi, Dan Hizbut Tahrir

Judul: Benteng Ahlussunnah Wal Jama’ah (Menolak Faham Salafi, Wahabi, MTA, Hizbut Tahrir Dan LDII)

Penulis : Nur Hidayat Muhammad 

Pengantar: Shofiyullah Mukhlas Lc., M.A.

Penerbit: Nasyrul Ilmi, Kediri

Mewaspadai Aliran Salafi, Wahabi, Dan Hizbut Tahrir (Sumber Gambar : Nu Online)
Mewaspadai Aliran Salafi, Wahabi, Dan Hizbut Tahrir (Sumber Gambar : Nu Online)

Mewaspadai Aliran Salafi, Wahabi, Dan Hizbut Tahrir

Cetakan: I, April 2012

Tebal: xvi + 288 hlm.

Peresensi: Ach. Tirmidzi Munahwan

Pondok Pesantren Tegal

Akhir-akhir ini yang menjadi tantangan bagi warga NU adalah maraknya aliran-aliran baru yang menyimpang dari ajaran ahlussunnah wal jama’ah. Aliran-aliran tersebut seperti, Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA), Syi’ah, Ahmadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Salafi Wahabi, dan Hizbut Tahrir (HTI). Dari beberapa kelompak dan aliran ini, ajaran amaliahnya jauh berbeda dengan apa yang selama ini menjadi tradisi di kalangan warga nahdliyin. Bahkan mereka memvonis akidah amaliah warga NU seperti, tahlilan, yasinan, shalawatan, adalah perbuatan bid’ah, dan diharamkan melakukannya.

Pondok Pesantren Tegal

Melalui buku “Benteng Ahlusunnah Wal Jama’ah”, Menolak Faham Salafi, Wahabi, MTA, LDII, dan Hizbut Tahrir yang ditulis oleh Nur Hidayat Muhammad ini, kita bisa mengenali seperti apa kondisi aliran tersebut yang saat ini telah berkembang besar di Indonesia, baik dari segi proses kelahirannya maupun sikap mereka terhadap para ulama. Kita tahu gerakan-gerakan mereka hanya berbekal dalil sekenanya saja, mereka mengklaim telah memahami ajaran Rasulullah dengan semurni-murninya, padahal dalilnya adalah palsu dan tidak rasional. Mereka sebenarnya tidak memahami isi al-Qur’an dan hadits, apalagi hingga menafsirkannya. 

Munculnya beberapa aliran seperti, Salafi Wahabi dan Hizbut Tahrir di Indonesia bukanlah mendamaikan umat Islam justru perpecahan yang terjadi dikalangan umat Islam. Islam melarang melakukan perbuatan kekerasan dan perpecahan, Islam adalah agama yang ramah, santun, yang menjunjung perdamaian, persaudaraan antar sesama. Salafi Wahabi adalah kelompok yang mengusung misi modernisasi agama dan perintisnya adalah Muhammad bin Abdil Wahhab di Nejd. Beliau adalah pengikut madzhab Imam Ahmad, akan tetapi dalam berakidah beliau mengikuti Ibnu Taimiyah.

Ajaran Salafi Wahabi adalah, mengkafirkan sufi Ibnu Arabi, Abu Yazid al-Bustani. Mudah mengkafirkan muslim lain. Memvonis sesat kitab “Aqidatul Awam, dan Qashidah Burdah. Mengkafirkan dan menganggap sesat pengikut Mazdhab Asy’ari dan Maturidiyyah. Merubah beberapa bab kitab-kitab ulama klasik, seperti kitab al-Adzkar an-Nawawi. Mereka menolak perayaan Maulid Nabi Muhammad karena menganggap acara tersebut sebagai acara bid’ah, dan perbuatan bid’ah menurut mereka adalah sesat semuanya. mereka menilai acara yasinan tahlilan adalah ritual bi’ah, padahal kedua amalan tersebut tidak bisa dikatakan melanggar syari’at, karena secara umum bacaan dalam susunan tahlil ada dalil-dalilnya baik dari al-Qur’an dan al-Hadits seperti yang sudah disampaikan oleh para ulama-ulama terdahulu. Dan mereka menolak kitab “Ihya’ Ulumuddin” karya Imam al-Ghazali (hal.24-25).

Aliran dan gerakan yang akhir-akhir ini berkembang di Indonesia, adalah Hizbut Tahrir. Hizbut Tahrir sebetulnya adalah nama gerakan atau harakah Islamiyyah di Palestina dan bukan sebuah aliran, atau lembaga strudi ilmiyah, atau lembaga sosial. Mereka hanyalah organisasi politik yang berideologi Islam dan berjuang untuk membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan, membebaskan umat dari ide-ide dan undang-undang kufur, membebaskan mereka dari cengkeraman-cengkeraman dominasi negara-negara kafir dan mendirikan kembali sistem khilafah dan menegakkan hukum Allah dalam realita kehidupan.

Gerakan yang muncul pertama kali di Quds Palestina ini, selain mengusung konsep khilafah kubra, juga menolak sistem pemerintahan demokrasi yang dianut sebagian besar negara di dunia. Tujuan besar mereka adalah memulai kehidupan Islami dengan cara menancapkan tonggak-tonggak Islam di bumi Arab baru kemudian merambah khilafah Islamiyah (hal.33).

Adapun konsep mazdhab Hizbut Tahrir adalah, ingkar akan kebenaran dan adzab kubur. Membolehkan mencium wanita bukan istri baik dengan syahwat atau tidak. Tidak percaya akan munculnya Dajjal diakhir zaman. Hadits ahad tidak boleh dijadikan dalil dalam akidah. Dan membolehkan negara Islam menyerahkan pajak kepada negara kafir.

Dengan membaca buku ini anda akan diajak untuk mengenali beberapa aliran yang ada di Indonesia serta aspek-aspek kesesatannya yang telah menyimpang dari ajaran ahlussunnah wal jama’ah. Buku ini terdiri dari tiga bab pertama, menjelaskan aliran-aliran yang berkembang di Indonesia seperti, Ahmadiyah, LDII, MTA, Ingkar Sunnah, Salafi Wahabi, Syi’ah, HTI, Muhammadiyyah, dan Ahlusunnah Wajjama’ah. Kedua, membantah tuduhan wahabi dan MTA. Ketiga, tanya jawab seputar tarekat sufi, sebagai penegas amaliah tarekat sufi yang tidak bertentangan dengan syari’at. Buku ini diharapkan sebagai benteng warga NU dari serangan aliran-aliran dan faham yang saat ini marak dan berbeda dengan mayoritas umat Islam pada umumnya.

* Dosen Sekolah Tinggi Islam Blambangan (STIB) Banyuwangi

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Tokoh Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 15 Juni 2014

Peserta Bahtsul Masail Buntet Pesantren Doakan Buya Ja’far

Cirebon, Pondok Pesantren Tegal. Bahtsul masail, salah satu rangkaian menyambut Peringatan Haul Al-Marhumin Sesepuh dan Warga Buntet Pesantren Cirebon diawali doa bersama untuk almarhum Buya KH Ja’far Aqil Siroj, pengasuh Pesantren Kempek Cirebon yang wafat hari Selasa (1/4). Doa bersama berlangsung khidmat di Masjid Agung Pondok Buntet Pesantren Cirebon, Kamis (3/4) malam.

Peserta Bahtsul Masail Buntet Pesantren Doakan Buya Ja’far (Sumber Gambar : Nu Online)
Peserta Bahtsul Masail Buntet Pesantren Doakan Buya Ja’far (Sumber Gambar : Nu Online)

Peserta Bahtsul Masail Buntet Pesantren Doakan Buya Ja’far

Sebelum membuka acara, KH Amirudin Abkari yang didaulat untuk memberikan sambutan atas nama dewan sesepuh Buntet Pesantren mengatakan, Buya Ja’far merupakan sosok yang banyak berjasa bagi masyarakat pesantren dan warga Cirebon secara umum.

“Selain sebagai salah tokoh pesantren di Cirebon, almarhum merupakan orang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap warga Cirebon secara keseluruhan. Beliau juga memaksimalkan peran selama hidup sebagai Ketua MUI Kabupaten Cirebon secara tulus,” ungkap Kiai Amir.

Pondok Pesantren Tegal

Kiai Amir juga menyebutkan bahwa Buya Ja’far merupakan sosok yang dengan penuh semangat mendorong kemajuan pesantren. Hal ini, menurut Kiai Amir, yang membuat Buya Ja’far akan selalu dikenang banyak orang.

Pondok Pesantren Tegal

“Mari kita mengirimkan Fatihah secara khusus untuk Buya KH Ja’far Aqil Siroj, sosok yang patut dikenang dan diteladani,” pungkasnya.

Setelah mengirimkan doa dan berbela sungkawa atas meninggalnya Buya Ja’far, ratusan peserta bahtsul masail yang terdiri dari para tokoh sepuh dan kiai muda se-Wilayah III Cirebon ini mulai membahas dan memecahkan masalah kontemporer melalui pandangan fiqih, di antaranya ialah pembahasan soal hukum pemburuan macan Sumatra dan hukum eksploitasi Gunung Ciremai oleh pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang mengundang kontroversi belakangan ini. (Sobih Adnan/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal RMI NU Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 06 Juni 2014

Khittah NU Harus Terus Digelorakan

Situbondo, Pondok Pesantren Tegal - Perjalanan panjang Khittah NU menghadapi berbagai tantangan baik sejak awal didirikan hingga saat ini yang demikian panjang. Karenanya diperlukan refleksi ulang agar Khittah NU tetap menjadi roh bagi perjalanan jamiyah tersebut.

Demikian antara lain yang menjadi perhatian para pembicara pada pembukaan Seminar Nasional Refleksi 33 Tahun Khittah NU. Kegiatan diselanggarakan di aula Mahad Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, Rabu (11/1).

Khittah NU Harus Terus Digelorakan (Sumber Gambar : Nu Online)
Khittah NU Harus Terus Digelorakan (Sumber Gambar : Nu Online)

Khittah NU Harus Terus Digelorakan

Dalam pandangan KH Hariri Abdul Adhim, kegiatan ini merupakan upaya melakukan pembacaan ulang sejarah awal pendirian NU. "Bagaimana kita memiliki pemahaman dan pengertian saat Mbah Hasyim mendapatkan restu dari Mbah Cholil Bangkalan ketika hendak mendirikan NU," katanya.

Pondok Pesantren Tegal

Periode berikutnya adalah bagaimana perjalanan NU yang awalnya berorientasi sebagai jamiyah diniyah ijtima‘iyah akhirnya diuji dengan politik praktis. "Karena saat terlibat dalam politik praktis, ternyata menimbulkan gejolak di internal NU," kata Mudir Mahad Aly pesantren setempat tersebut.

Mewakili PWNU Jatim, KH Sadid Jauhari juga mengingatkan bahwa keinginan kembali ke Khittah NU sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 1971. "Akhirnya, pada Musyawarah Nasional atau Munas NU tahun 1983 di pesantren inilah gagasan tersebut dapat diterima," katanya.

Pondok Pesantren Tegal

KH Muhammad Firjaun Barlawan yang juga putra almagfurlah KH Ahmad Shiddiq mengingatkan bahwa kegiatan membincang khittah sebagai sumbangsih bagi khidmat NU. "Diharapkan upaya ini dapat menjadi sumbangsih kita kepada NU," kata Gus Firjaun, sapaan akrabnya.

Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama pesantren setempat dengan PW LTN NU Jatim dan TV9 Nusantara. (Ibnu Nawawi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Khutbah Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 23 Mei 2014

Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in, Paculgowang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur menerapkan kegiatan santri gemar membaca Koran tiap jam istirahat sekolah. Tepat pada pukul 10.30 WIB siang, sejumlah 300 santri sudah mulai keluar dari masing-masing kelas dan menuju halaman Pondok Pesantren guna membaca koran yang sudah dipajang di papan pengumuman.

Zainur Roziqin, salah satu pengurus pondok pesantren ini mengatakan, kebiasaan membaca itu sudah lama diterapkan dan bahkan pihaknya harus terus berlangganan koran. “Salah satu kebiasaan santri di sini ya seperti ini, setiap hari pada jam istirahat membaca koran di halaman. Dan kami harus berlangganan,” katanya kepada Pondok Pesantren Tegal saat diwawancarai di kantor pengurus, Rabu siang (21/10).

Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran

Zainur, panggilan akrabnya menambahkan, bahwa koran adalah satu-satunya media untuk mengetaui dunia luar, sementara alat elektronik, seperti telivisi (TV) dan handphone (HP) tidak diperbolehkan ada di Pondok Pesantren ini.

Pondok Pesantren Tegal

“Untuk keperluan komunikasi dengan kelurganya, kami sudah sediakan HP dengan beberapa kartu yang berbeda,” ungkap pria asal Sumatra Selatan itu.

Penerapan sistem itu, bertujuan untuk lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang dianggap lebih bermanfaat oleh pondok pesantren ini. Menurutnya, alat elektronik sering disalahgunakan jika tidak ada pengawasan intensif. “Biar mereka lebih mengutamakan kegiatan yang lebih bermanfaat, seringkali media elektronik disalahfungsikan,” terangnya.

Pondok Pesantren Tegal

Meskipun demikian, kondisi itu tidak mengganggu kewajiban-kewajiban santri yang lain. Mereka juga harus membagi waktu sekolah, diniyah, ngaji al-Qur’an, kitab kuning, shalat berjamaah di masjid dan kegiatan-kegiatan yang lain. “Pada kondisi seperti ini, para santri di sini tetap bisa melaksanakan tugas dan kewajiban-kewajiban setiap harinya,” tuturnya. (Syamsul/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Anti Hoax Pondok Pesantren Tegal

Selasa, 13 Mei 2014

Penguatan Karakter dengan Sekolah Lima Hari, Kok Bisa?

Oleh Satriwan Salim

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah menuai kontroversi. Penolakan muncul dari masyarakat, organisasi guru bahkan ormas Islam seperti NU. Bahkan Ketua Umum MUI, KH. Ma’ruf Amin pun turut memberikan pernyataan terkait penolakannya atas kebijakan baru ini, yang di media lazim dikenal dengan sebutan full day school.

Penguatan Karakter dengan Sekolah Lima Hari, Kok Bisa? (Sumber Gambar : Nu Online)
Penguatan Karakter dengan Sekolah Lima Hari, Kok Bisa? (Sumber Gambar : Nu Online)

Penguatan Karakter dengan Sekolah Lima Hari, Kok Bisa?

Jika merujuk pada Permendikbud di atas, pastinya tidak ada satu pun penggunaan istilah full day school di dalamnya. Secara umum peraturan yang berisi 11 Pasal ini memaparkan tentang waktu bersekolah yang ditentukan pemerintah, serta konsekuensinya bagi pendidik (guru) dan tenaga kependidikan. Selama ini waktu bersekolah yang terjadi di sekolah-sekolah Indonesia, baik di bawah Kemdikbud (seperti SD-SMA/SMK) maupun di bawah Kemenag (seperti Madrasah Ibtidaiyah-Madrasah Aliyah) adalah mulai hari Senin sampai Sabtu alias 6 hari.

Walaupun di banyak kota besar, sudah lama bermunculan sekolah (SMA) yang waktu belajarnya hanya 5 hari (Senin-Jumat), di Jakarta contohnya. Bahkan di sekolah seperti SMA Labschool Jakarta, sekolah lima hari sudah diterapkan semenjak tahun 1995, semasa tokoh pendidikan Prof. Dr. Arief Rachman masih aktif sebagai kepala sekolah. Dengan waktu belajar selama 8 jam dalam sehari dan 40 jam dalam seminggu, Permendikbud ini mengatur waktu siswa/i tersebut secara penuh digunakan 5 hari belajar dalam sistem pendidikan formal (sekolah) dan 2 hari berikutnya diisi oleh pendidikan keluarga.

Pondok Pesantren Tegal

Waktu 8 jam belajar tersebut, menurut Permendikbud tadi tidak hanya diisi dengan belajar dalam artian klasik (tatap muka belajar di dalam kelas), tetapi waktu belajar digunakan juga dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas sosial di sekitar sekolah. Misalkan pukul 07.00-13.00 siswa belajar di sekolah (kegiatan intrakurikuler). Dua jam berikutnya siswa melakukan kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler. Jadi siswa bisa belajar di sanggar-sanggar seni, kunjungan ke taman kota, panti-panti sosial, vihara, masjid, gereja dan tempat ibadah lainnya (secara prinsip termuat dalam Pasal 6). Nah, penggunaan waktu ekstra inilah yang diharapkan mampu membentuk karakter siswa, yang oleh Kemdikbud disebut sebagai “Penguatan Pendidikan Karakter” (PPK). Demikian penjelasan tim Kemdikbud yang santer terdengar di publik.

Kemudian agar tidak keliru dalam memahami penggunaan istilah yang berkembang di media, ada pentingnya kita memahami peristilahan tersebut secara utuh. Pertama, istilah full day school, jika diterjemahkan menjadi “sekolah sehari penuh”, yang bermakna siswa akan berada seharian di sekolah. Istilah ini memang tidak akan ditemukan dalam Permendikbud. Kedua, adalah istilah “8 jam di sekolah” (lima hari di sekolah), jika kita baca teliti memang juga tidak ada dalam peraturan tersebut. Delapan jam di sekolah bermakna siswa akan belajar tatap muka di ruang kelas (sekolah) secara penuh selama 8 jam. Ketiga, adalah yang mirip dengan kedua tadi, yaitu “8 jam sekolah” (lima hari sekolah/LHS). Selama 8 jam siswa belajar, tetapi tidak full berada di sekolah, seperti yang peraturan ini kehendaki dan diutarakan di atas.

Pondok Pesantren Tegal



Kenapa Lima Hari Sekolah Ditolak?


Ketika PBNU dan beberapa organisasi guru menolak aturan ini, seperti Persatuan Guru NU (Pergunu), LP Ma’arif NU, Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP-FKDT)dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), bukan tanpa alasan. Jika disimpulkan secara umum, setidaknya ada lima (5) alasan utama penolakan kebijakan lima hari sekolah (LHS) ini oleh publik.



(Baca: Pernyataan Resmi PBNU Menolak Kebijakan Sekolah 5 Hari)


Pertama, dalam Pasal 8 disebutkan bahwa“penetapan hari sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran 2017/2018”. Pemerintah terkesan “memaksakan” aturan ini, yang baru disahkan pada 12 Juni 2017 lalu. Sedangkan awal tahun ajaran baru yaitu Juli 2017, hanya berjarak 1 bulan. Peraturan ini sangat terasa “dadakan” perencanaan dan pelaksanaannya. Padahal pepatah lama mengatakan, segala sesuatu yang tergesa-gesa, akan tidak baik hasilnya.

Dalam proses pembuatan aturan ini sekolah-sekolah di bahwa Kemenag tidak dilibatkan, bahkan Kemenag itu sendiri. Padahal pengelolaan pendidikan dan persekolahan di tanah air ini, berada di bawah 2 kementerian tersebut. Ketergesa-gesaan ini akan makin terasa jika membaca semua pasalnya yang “hanya” berjumlah 11 Pasal. Sangat tidak mendetil uraiannya. Padahal yang akan diatur oleh Permendikbud ini adalah lebih kurang 60 juta siswa dan hampir 300 ribu sekolah (data dari www.databoks.katadata.co.id, 2016), belum termasuk Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Diniyah/Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Padahal peraturan selevel Peraturan Menteri ini harus mengatur hal yang bersifat khusus,mendetil dan bersifat teknis, (berbeda dari UU atau Peraturan Pemerintah).

Lebih aneh lagi (jika tidak dikatakan “ngaco”), dalam konferensi pers yang dilakukan Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin dan berdiri di belakangnya Mendikbud Muhadjir Effendi pada 19 Juni 2017 di Istana Presiden. Justru kebijakan full day school ini ditangguhkan oleh presiden, bahkan pemerintah akan mengganti Permendikbud No. 23 Tahun 2017 menjadi setingkat Perpres. Jadi otomatis Permendikbud ini sudah batal secara “politis”. Tetapi anehnya justru sekarang Mendikbud tetap mempertahankan dan memaksakan kebijakan ini secara nasional, mulai tahun ajaran baru 2017/2018 yang dimulai beberapa hari ke depan.

Pemaksaan waktu pelaksanaan LHS di awal tahun ajaran baru justru akan berdampak tidak baik dan menjadi alasan kedua, yaitu tidak semua sekolah secara nasional memiliki prasyarat fasilitas-fasilitas sosial/umum seperti disebutkan di atas. Posisi (lokasi) sekolah di Indonesia, khususnya yang di daerah masih jauh dari kata strategis, atau dekat dengan fasilitas sosial-keagamaan. Bahkan akses menuju sekolahpun jauh dari kata laik dan pantas, bahkan tidak manusiawi.

Para siswa dan guru harus berjuang mati-matian, lewat jembatan lapuk di atas sungai beraliran deras. Akses jalan ke sekolah yang sangat buruk, bahkan harus menempuh 2-4 jam agar sampai sekolah. Kendaraan yang tidak memadai. Potret suasana sekolah dan akses pendidikan di SD Muhammadiyah Gantong, Belitung seperti dalam film “Laskar Pelangi” (2008), yang menggambarkan pendidikan di tahun 70-an itu, ternyata masih banyak bertahan secara “istiqomah” di sekolah-sekolah daerah pelosok Indonesia hingga kini. Tentu inilah yang sifatnya “fardu ‘ain” bagi pemerintah untuk dipenuhi terlebih dulu. Agar keadilan dan pemeretaan kesempatan pendidikan benar-benar terasa di seluruh pelosok negeri.

Makanya tidak heran jika dikatakan LHS ini sangat ramah terhadap sekolah dan siswa di perkotaan, tapi tidak bagi daerah pedalaman. Padahal semua mereka itu, baik yang di kota besar maupun di daerah pelosok negeri adalah anak-anak Indonesia juga, yang berhak menjadi cerdas dan berkarakter!

Alasan ketiga, waktu belajar 8 jam sehari itu sangat tidak mengakomodir kearifan lokal (local wisdom) yang sudah terjadi puluhan tahun di masyarakat daerah. Maksudnya yaitu, secara demografis masyarakat Indonesia bertempat tinggal di kawasan pertanian, sehingga pekerjaannya mayoritas petani, peternak, berkebun dan nelayan. Selama ini, jam belajar siswa rata-rata pukul 07.00-13.00, selepas pulang sekolah para siswa di kawasan pertanian misalnya membantu orang tua mereka ke sawah dan ladang, berternak bahkan berjualan.

Sudah menjadi kewajiban bagi anak-anak petani membantu orang tua ke ladang, demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Atau berjualan makanan dan es keliling desa (seperti yang penulis pernah rasakan semasa kecil di Sumatera Barat). Justru inilah sesungguhnya pendidikan karakter yang sudah ada lama hidup dalam bumi nusantara. Tanpa lahirnya Program PPK di atas, yang dikait-kaitkan dengan lima hari sekolah, karakter pejuang,ketangguhan, kemandirian, percaya diri, kepatuhan, disiplin, kerja keras dan lainnya itu sudah terbentuk dalam masyarakat agraris dan nelayan. Bagaimana anak akan bisa membantu orang tuanya ke sawah ladang, jika waktu belajarnya masih terpakai sampai sore hari?



Lima Hari Sekolah dan Pendidikan Karakter, Kok Bisa?


Inilah kemudian yang menjadi alasan keempat penulis. Para birokrat di Kemdikbud termasuk konsultan yang dikaryakan di sana mengatakan di berbagai forum, bahwa keberadaan Permedikbud tentang Hari Sekolah ini justru dalam rangka memperkuat program yang dinamakan “Penguatan Pendidikan Karakter” yang lazim dikenal dengan sebutan PPK. Kami bertanya-tanya, apa hubungan antara 8 jam belajar itu dengan pendidikan karakter? Apakah dengan 8 jam sekolah itu karakter siswa akan makin mudah terbentuk? Makin lama anak belajar formal, maka makin terbentuk pula karakternya.

Jika demikian halnya, tentu konsep “Boarding School” dan “Pesantren” akan nyata-nyata lebih unggul dalam pendidikan karakter, sebab jam belajar mereka justru 24 jam sehari di sekolah/pesantrennya masing-masing! Logika menghubung-hubungkan jam belajar dengan pembentukan karakter ini bagi penulis tidak berbasis kajian ilmiah atau penelitian yang kuat. Di sinilah letak kerancuan cara berpikirnya.

Bukan berarti penulis menolak konsepsi pendidikan karakter dan PPK ini, tetapi mencoba mengaitkan PPK dengan Permendikbud tentang Hari Sekolah ini adalah sangat mengada-ada dan khayal belaka. Sebab pasal demi pasal dalam aturan pendek ini, tidak satupun yang menuliskan dan memuat istilah karakter atau penguatan pendidikan karakter di dalamnya, tidak satupun! Padahal Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Budi? Pekerti (yang berisi pendidikan karakter) sudah pernah dibuat di era Anies Baswedan. Lantas, peraturan pendidikan karakter apa yang mesti dipatuhi dalam Permedikbud tentang Hari Sekolah ini, jika dalam Permendikbud ini tidak satupun mengatur tentang pendidikan karakter.

Alasan kelima yang juga krusial disampaikan di sini adalah, agaknya adagium lama yang mengatakan “ganti menteri ganti kebijakan”, ini masih berlaku di Kemdikbud. Semestinya Mendikbud fokus saja kepada kelanjutan program-program Kemdikbud sebelumnya. Fokus pada penguatan dan keseriusan dalam pembenahan program yang masih compang-camping tersebut. Seperti masalah Kurikulum 2013 (yang sampai sekarang belum semua sekolah melaksanakan secara nasional) yang masih bermasalah dalam implementasi. Guru-guru masih banyak belum dilatih dalam implementasi Kurikulum 2013.

Kemudian persoalan distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP) seperti yang dijanjikan dalam Kampanye Jokowi-JK dulu. Pemeretaan akses dan keadilan dalam pendidikan kepada seluruh anak Indonesia. KIP sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan kualitas anak Indonesia, apalagi yang berada di pelosok-pelosok daerah. Kemudian persoalan pembenahan sebaran dan kualitas guru yang timpang antara perkotaan dan daerah. Yang bagi MA pemerintah dianggap lalai dalam peningkatan kualitas guru tersebut. Juga pembenahan perguruan tinggi yang mencetak calon-calon guru (eks IKIP) tentunya.

Hal tersebut terkait dengan konsistensi pemerintah dalam melaksanakan amar putusan Mahkamah Agung (2009) tentang UN. MA memutuskan agar pemerintahmelakukan pembangunan sarana-prasarana pendidikan yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia, akses dan informasi pendidikan yang terbuka dan peningkatan kualitas guru. Yang kesemua itu masih jauh dari kata tercapai. Justru masalah-masalah seperti di ataslah yang mesti sesegara mungkin dipenuhi dan dibenahi, karena akan berdampak nyata bagi peningkatan kualitas pembangunan sumber daya manusia Indonesia, seperti yang diharapkan dalam Pembukaan UUD 1945. Inilah masalah sesungguhnya pendidikan nasional kita yang mesti dituntaskan, bukan dengan lima hari sekolah jawabannya!

Penulis adalah guru SMA Labschool Jakarta; peneliti PUSPOL Indonesia; pengurus Serikat Guru Indonesia (SEGI) Jakarta



Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal RMI NU, Amalan, Pesantren Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 08 Mei 2014

Wujud Kecintaan pada NU Menurut Mustasyar PCNU Pringsewu

Pringsewu, Pondok Pesantren Tegal. Saat berbicara di depan seluruh Pengurus NU Pringsewu dari tingkat Ranting sampai Cabang, Mustasyar PCNU Pringsewu H Sujadi mengajak untuk terus mempertebal kecintaan kepada Jamiyyah Nahdlatul Ulama. Kecintaan tersebut diwujudkan dengan keikhlasan untuk berkhidmah di organisasi para ulama dengan niatan mengabdi untuk umat.

Wujud Kecintaan pada NU Menurut Mustasyar PCNU Pringsewu (Sumber Gambar : Nu Online)
Wujud Kecintaan pada NU Menurut Mustasyar PCNU Pringsewu (Sumber Gambar : Nu Online)

Wujud Kecintaan pada NU Menurut Mustasyar PCNU Pringsewu

"Teruslah menambah cinta kepada NU melalui khidmah di Jamiyyah Nahdlatul Ulama. Semoga khidmah kita akan menjadi ibadah yang diterima Allah SWT," katanya pada saat Puncak kegiatan Pengumuman Lomba MWC NU dan Ranting NU di Gedung NU Pringsewu, Kamis Siang (19/1).

Abah Jadi, begitu ulama yang Hafidz Quran ini biasa disapa menerangkan, dalam berkhidmah di NU hendaknya jangan memiliki pikiran untung dan rugi khususnya dalam hal materi. "Kalau di NU sering kegiatan dan sering tombok, tapi nyatanya nggak pernah tekor. Insyaallah kebarokahan akan selalu didapatkan dan ini lebih bernilai dari sekedar materi," tambahnya.

Selain itu lanjutnya, kekompakan para pengurus dalam mengurusi warga hendaknya terus ditingkatkan untuk terus meningkatkan kejayaan dan kecintaan terhadap NU. "Warga NU Pringsewu satu. Tidak terpecah belah. Sekali NU tetap NU," tegas Abah Jadi Pada acara yang dibarengkan dengan Peringatan Hari Lahir NU ke 91 tersebut.

Pondok Pesantren Tegal

Menurutnya, sampai dengan sekarang ini NU Pringsewu tetap dan terus berkomitmen untuk ikut serta dalam membangun Kabupaten Pringsewu di segala lini. "NU tidak saja ngurusi Jamaah. Tapi NU ikut berpartisipasi dalam segala lini termasuk ekonomi, kesehatan, pendidikan dan juga politik," katanya.

Ia mengapresiasi PCNU Pringsewu yang selama ini terus memberikan sumbangsih dalam ikut membangun Kabupaten yang bermoto Jejama Secancanan Bersenyum Manis selama ia menjabat sebagai Bupati Pringsewu.

Pondok Pesantren Tegal

"Mari jaga kekompakan untuk terus berkhidmah di Nahdlatul Ulama," ajaknya pada Acara yang mengangkat tema Terwujudnya Soliditas Jamaah dan Jamiyyah NU Demi Kemaslahatan Kabupaten Pringsewu ini.

Kegiatan Harlah NU ke 91 dan Pengumuman Pemenang Lomba MWC NU dan Ranting NU sehat ini menghadirkan KH Marzuqi Mustamar dari Malang yang merupakan Penulis Buku Al Muqtatofat Liahlil Bidayat sebagai Pembicara Utama. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Makam, Anti Hoax, Nahdlatul Ulama Pondok Pesantren Tegal

Kamis, 17 April 2014

PWNU Jatim Tak Akan Keluarkan Ikhbar Awal Syawal

Surabaya, Pondok Pesantren Tegal

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur tidak akan mengeluarkan Ikhbar (pemberitahuan awal bulan Syawal) kepada warga Nahdliyyin sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

“NU Jatim tidak akan mengeluarkan Ikhbar. Hanya Pengurus Besar (PBNU) saja yang melakukannya,” kata H Masyhudi Muchtar, Sekretaris PWNU Jatim kepada Pondok Pesantren Tegal di Surabaya, Ahad (7/10).

PWNU Jatim Tak Akan Keluarkan Ikhbar Awal Syawal (Sumber Gambar : Nu Online)
PWNU Jatim Tak Akan Keluarkan Ikhbar Awal Syawal (Sumber Gambar : Nu Online)

PWNU Jatim Tak Akan Keluarkan Ikhbar Awal Syawal

Padahal sejak bertahun-tahun yang lalu, NU Jatim telah melakukannya secara rutin. Malahan Ikhbar dari Jatim selalu dijadikan pedoman utama penetapan (itsbat) awal bulan di Jakarta, baik oleh PBNU maupun Sidang Isbat Departemen Agama.

Pondok Pesantren Tegal

Hal itu dimungkinkan, karena setiap menjelang tanggal 1 Ramadlan dan 1 Syawal, NU Jatim selalu melakukan rukyat di 11 tempat strategis. Sementara para pengambil keputusan (unsur Syuriah, Tanfidziyah dan Ketua Lajnah Falakiyah) selalu setia menunggu di Kantor PWNU. Setiap ada laporan masuk dari lokasi rukyat, keputusan resmi bisa cepat diambil.

Pondok Pesantren Tegal

Langkah tidak mengeluarkan Ikhbar ditempuh karena pada tahun yang lalu sikap itu menjadi sebab salah persepsi. Sampai akhirnya, NU Jatim dan PBNU lebaran berbeda hari. Mungkin baru kali itu PWNU dan PBNU lebaran berbeda sepanjang perjalanan sejarahnya.

Menurut Masyhudi, saat itu, sebagaimana biasanya, PWNU mengirim laporan hasil rukyatul hilal kepada PBNU dan Departemen Agama, namun laporan PWNU waktu itu tidak bisa diterima dengan alasan tertertu sebagaimana dalam disiplin ilmu falakiyah.

Sementara PWNU Jatim karena yakin rukyatul hilal yang berhasil dilaksanakan telah memenuhi persyaratan dan para perukyat sudah lebih dulu disumpah oleh hakim pengadilan agama setempat akhirnya berlebaran lebih awal.

Masyhudi meyakinkan sepenuhnya bahwa peristiwa tahun lalu itu murni kesalahpahaman. Tidak ada unsur politik di dalamnya. Apalagi merasa sederajat dengan PBNU. Sebab NU Jatim melakukan Ikhbar itu sudah rutin, sejak 15 tahun silam.

Untuk tahun ini, alumnus Pesantren Tebuireng itu sangat berharap agar tidak lagi ada perbedaan hari raya antara PWNU dan PBNU. Peristiwa tahun lalu adalah pelajaran yang sangat berharga dan harus terjadi hanya sekali karena menyangkut kepentingan banyak umat banyak.

Di sisi lain, ia sangat mengharapkan, agar para pengambil keputusan di PBNU berada di tempat dan bisa dihubungi pada saat-saat paling menentukan itu. “Terutama para ru’asak (pimpinan),” Masyhudi berharap.

Menurut Masyhudi, dalam menentukan keputusan hari raya yang berlaku di kalangan NU, tidak bisa hanya diserahkan pada falaki (ahli falak). Tapi juga harus didukung dengan fiqhi (hukum Islam) dan ijtima’i (kemasyarakatan). “Kalau mereka stand by di kantor, kan bisa cepat nantinya,” tuturnya.

Masyhudi berandai-andai, jika nantinya laporan dari PWNU tidak disambut dengan baik di PBNU, pihaknya tetap diam menunggu. Tidak melakukan Ikhbar sendiri. Namun kalau ada kiai NU yang merasa yakin dengan kesaksian melihat bulan, lalu berlebaran lebih dulu, pihaknya tidak melarang. Itu dinilai sebagai hak pribadi.(sbh)Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Sunnah, PonPes, Amalan Pondok Pesantren Tegal

Amanat Rais Aam PBNU pada Pengurus Lembaga-lembaga

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal. Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin berharap kepada pengurus lembaga-lembaga di tingkat pusat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya. Baik tugas sebagai pimpinan, keumatan, serta kebangsaan.

Amanat Rais Aam PBNU pada Pengurus Lembaga-lembaga (Sumber Gambar : Nu Online)
Amanat Rais Aam PBNU pada Pengurus Lembaga-lembaga (Sumber Gambar : Nu Online)

Amanat Rais Aam PBNU pada Pengurus Lembaga-lembaga

“Kita berharap bahwa NU periode 2015 menjadi lebih baik daripada periode sebelumnya. Dan itu tanggung jawab kita,” katanya pada sambutan pelantikan pengurus lembaga-lembaga di PBNU yang berlangsung di halaman gedung PBNU, Jakarta, Rabu malam (16/9).

Menurut kiai trah Syekh Nawawi Al-Bantani tersebut, saat ini banyak tugas yang harus dipikul pengurus NU yang telah dirumuskan pada Muktamar 33.

Pondok Pesantren Tegal

Tugas itu, lanjut dia, adalah menjaga melindungi menjaga umat dari paham-paham yang cara berpikirnya menyimpang. “Kita menjaga umat kita dari cara berpikir radikal yang menimbulkam masalah baik nasional maupun internasional. Radikal dalam agama maupun radikal sekuler,” jelasnnya.

Kiai yang Ketua Umum MUI ini meminta untuk tetap menjalankan NU sesuai misi-misi yang telah ditentukan dengan cara-cara yang santun, tidak keras, tapi juga tidak halus.

Pondok Pesantren Tegal

Ia memperjelas lagi, menjalankan NU, pengurus-pengurus harus dengan kesukarelaan, kebersediaan, dan mengajak umat pun bukan dengan cara memaksa atau intimidasi.

Kemudian, harus menerima perbedaan dan pandangan-pandangan kalangan lain, tidak bersikap egois dan fanatik yang menganggap diri hanya kita yang benar.

“Saling mencintai dan menyayangi dengan orang berbeda agama, tidak saling membenci dan bermusuhan. Inilah prinsip Islam Nusantara,” tegasnya.

Kedua, kata dia, tugas pengurus NU adalah menjaga umat agar tidak? berpikir tekstual yang hanya mengandalkan nash. Kita mengakomodasi kreativitas berpikir sepanjang dalam koridor ajaran agama. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Doa, Kajian, Internasional Pondok Pesantren Tegal

Jumat, 07 Maret 2014

‘Miqat Kebinekaan’ Lahir dari Jiwa Rindu Kebhinekaan dan Toleransi

Jakarta, Pondok Pesantren Tegal



Direktur Penerbit Erlangga Raja Daud Manahara menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada penulis buku “Miqat Kebinekaan” karya Sekretaris Jenderal PBNU H. A. Helmy Faishal Zaini. Baginya, buku ini mudah dibaca karena menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.?

‘Miqat Kebinekaan’ Lahir dari Jiwa Rindu Kebhinekaan dan Toleransi (Sumber Gambar : Nu Online)
‘Miqat Kebinekaan’ Lahir dari Jiwa Rindu Kebhinekaan dan Toleransi (Sumber Gambar : Nu Online)

‘Miqat Kebinekaan’ Lahir dari Jiwa Rindu Kebhinekaan dan Toleransi

“Buku ini mudah dibaca. Setelah membaca buku ini, banggalah kita menjadi bangsa Indonesia,” kata Daud saat memberikan sambutan dalam acara Peluncuran Buku Miqat Kebinekaan: Sebuah Renungan Meramu Pancasila, Nasionalisme, dan NU sebagai Titik Pijak Perjuangan di Gedung PBNU, Jumat (9/6).

Menurut dia, buku ini lahir dari jiwa-jiwa yang rindu akan kebhinekaan dan toleransi. Ia menilai, buku ini sangat layak dibaca oleh siapa saja yang ingin tahu tentang peta permasalahan Indonesia yang beragama, terutama masalah ideologi negara dan Islam.

“Kalau dikasih nilai, sebelaslah nilainya dari skala sepuluh,” katanya. “Buku ini menjadi peta bagi kita bahwa persoalan Indonesia beragam,” lanjutnya.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara itu, ? A Helmy Faishal Zaini menjelaskan, melalui buku ini ia berupaya untuk menyebarkan Islam yang ramah. Menurutnya, Islam seharusnya didakwahkan dengan cara-cara yang santun dan bijak, bukan dengan cacian, hinaan, teror, menebar kebencian, dan cara-cara lainnya yang tidak dibenarkan dalam Islam.

Ia menegaskan, NU melalui Muktamar Banjarmasin Tahun 1936 menegaskan bahwa Indonesia berbentuk negara bangsa (darussalam), bukan negara berdasarkan agama tertentu. Sepanjang negara ini memberikan perlindungan bagi setiap pemeluk agama untuk menjalankan ajaran agamanya masing-masing, maka negara ini adalah negara bersama dan setiap pemeluk agama harus mempertahankan keutuhannya.

“Hendaknya perbedaan itu menjadi kekuatan kita,” tukasnya. (Muchlishon Rochmat/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal Nahdlatul Pondok Pesantren Tegal

Minggu, 23 Februari 2014

Teguhkan Tradisi NU, PMII Diba’an di Masjid Agung Jombang

Jombang, Pondok Pesantren Tegal. Untuk menjaga tradisi NU, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jombang menggelar shalawat dhiba’ di Masjid Agung Baitul Mu’minin Jombang, Ahad (28/9).

Masjid yang terletak di depan alun-alun kota santri ini menjadi pilihan karena dinilai sebagai pusat melakukan syi’ar keagamaan. Berada di sentral perkotaan dan berhadapan dengan pendapa bupati.

Teguhkan Tradisi NU, PMII Diba’an di Masjid Agung Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)
Teguhkan Tradisi NU, PMII Diba’an di Masjid Agung Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)

Teguhkan Tradisi NU, PMII Diba’an di Masjid Agung Jombang

Kegiatan ini akan dilaksanakan rutin setiap setengah bulan sekali berdasarkan kerja sama PMII dengan pengurus masjid. “Kami sudah mendapat kepercayaan untuk mengisi kegiatan di sini,” ungkap Mahmudi Ketua PMII Jombang.

Pondok Pesantren Tegal

Tentu, kata dia, hal ini menjadi kebanggaan bagi PMII. Selain kepercayaan, ini bisa menjadi ruang bagi kader untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang sudah dipelajari. “Disamping belajar dan mengaktualiasasikan pengetahuan di kampus, PMII tidak akan melupakan masjid sebagai basis berdakwah,” ujar ketua yang akrab disapa Modiy ini.

Pondok Pesantren Tegal

Sementara menurut Rizki Puji Astutik koordinator kegiatan, sebagai generasi yang mempertahankan nilai-nilai Aswaja, selayaknyalah meneguhkan dan menjaga tradisi yang ada di NU. “Kami berharap kader PMII selalu mengingat Rasulullah dengan membiasakan bershalawat seperti ini, sehingga juga mau dan mampu meneladani beliau,” jelas sekretaris bidang keputrian ini.

Antusiasme peserta cukup tinggi mengikuti kegiatan ini. Bahkan dalam permulaan saja, sudah hampir seratus mahasiswa yang hadir.  “Sebenarnya masih banyak yang mau mengikuti kegiatan ini, tapi tidak dapat izin dari pondoknya,” pungkas Rizki. “Selain itu, banyak yang konfirmasi bertepatan dengan jadwal kuliah,” lanjutnya.

Kegiatan ini diikuti anggota dan kader PMII baik putra maupun putri dari enam komisariat yang ada di kampus se-Kabupaten Jombang. Mulai dari Komisariat Darul Ulum-Undar, Hasyim Asy’ari-Unhasy, Wahab Hasbullah-Unwaha, Umar Tamim-Unipdu, Ya’qub Husein-STIT-UW dan Pattimura-STKIP-STIE PGRI Jombang. (Romza/Abdullah Alawi)

    

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Olahraga Pondok Pesantren Tegal

Rabu, 12 Februari 2014

Pemkab Jombang Cairkan Anggaran 4,3 Miliar untuk Guru Ngaji

Jombang,Pondok Pesantren Tegal. Pemerintah kabupaten Jombang mencairkan anggaran sebesar Rp 4,3 miliar untuk guru ngaji. Anggaran itu diperuntukkan bagi 8610 guru yang mengajar di 1722 Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) yang tersebar di 21 kecamatan.

Pemkab Jombang Cairkan Anggaran 4,3 Miliar untuk Guru Ngaji (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemkab Jombang Cairkan Anggaran 4,3 Miliar untuk Guru Ngaji (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemkab Jombang Cairkan Anggaran 4,3 Miliar untuk Guru Ngaji

Kabag Kesra pemkab Jombang, Muhamad Bisri mengatakan, setiap tahun pemerintah mengalokasikan anggaran untuk guru TPQ. Untuk tahun ini dikatakannya, sebanyak 1.722 lembaga yang mendapatkan bantuan.

"Setiap lembaga mendapatkan alokasi sebesar Rp 2.500.000 untuk 5 guru ngaji. Jadi masing masing guru mendapatkan bantuan sebesar Rp 500 ribu setiap tahunnya," bebernya ketika ditemui di kantornya, Kamis( 4/12).

Pondok Pesantren Tegal

Pencairan bantuan untuk guru TPQ ini, dikatakan Bisri, langsung dikirim ke rekening masing masing lembaga. "Dari total TPQ yang terdaftar sebanyak 1.722 lembaga, sampai hari ini yang belum tanda tangan untuk pencairan tinggal 37 lembaga," tandasnya mengatakan.

Pondok Pesantren Tegal

Di samping pemberian intensif bagi guru TPQ, pemkab juga mengucurkan anggaran untuk para penghafal Alquran atau hafidz. Total anggaran untuk hufadz ini sebesar Rp 967 juta. "Hufadz yang mendapatkan sebanyak 320 orang. Setiap desa satu orang, ditambah koordinator sebanyak 14 orang," imbuhnya.

Diakuinya, pemerintah belum bisa memberikan keseluruhan penghafal Al Quran, karena jumlahnya yang cukup banyak.  Dan untuk mendapatkan bantuan itu, para hufadz diwajibkan mengikuti seleksi karena nantinya mereka mendapat tugas membantu imam masjid dan musholla di masing masing desa.

"Masing masing hufadz mendapatkan semacam honor sebesar Rp 3 juta setiap tahun sedangkan coordinator yang membawahi dua kecamatan mendapatkan Rp 3,5 juta," bebernya.

Masih menurut Bisri, tugas hafidz di masing-masing desa diantaranya, membina guru TPQ dan imam masjid dan musala serta ikut meramaikan masjid dengan acara semaan Al Quran. "Semoga dana insentif itu semakin menambah semangat para hafidz dalam membumikan Al Quran di masing-masing desa, dan meramaikan kegiatan di masjid dan musholla," pungkasnya. (Muslim Abdurrahman/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Doa Pondok Pesantren Tegal

Sabtu, 11 Januari 2014

Menyantap Ikan Bakar Pemakan Tinja

Ikan dalam keadaan hidup-hidup maupun bangkainya, dihukumkan halal. Bagi yang hobi, ikan bisa diolah dengan pelbagai macam cara dan aneka bumbu. Ikan bisa dibakar, digoreng, dipepes, atau diolah dengan lain cara. Status hukumnya bisa sedikit bergeser bagi ikan pemakan kotoran di sebuah empang.

Namun demikian Rasulullah SAW seperti dalam riwayat Turmudzi mengajarkan umatnya untuk menunda selama beberapa hari jika mau mengonsumsi hewan pemakan kotoran. Dari sana ulama menetapkan kemakruhan memakan hewan demikian.

Menyantap Ikan Bakar Pemakan Tinja (Sumber Gambar : Nu Online)
Menyantap Ikan Bakar Pemakan Tinja (Sumber Gambar : Nu Online)

Menyantap Ikan Bakar Pemakan Tinja

Syekh Abu Zakaria dalam Syarah Tahrir mengatakan sebagai berikut.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Pondok Pesantren Tegal

Pondok Pesantren Tegal

Makruh hukumnya mengonsumsi hewan pemakan kotoran baik itu hewan ternak, ayam, atau hewan selain keduanya. Maksudnya, kemakruhan itu meliputi anggota tubuh hewan pemakan kotoran itu seperti susu, telur, daging, bulu, atau mengendarainya tanpa alas.

Ungkapan saya “anggota tubuh” lebih umum dibanding ungkapan “dagingnya”. Makruh ini dikarenakan ada perubahan pada dagingnya yang mencakup rasa, bau, dan warnanya. Menyantap daging hewan seperti ini akan tetap makruh hingga hewan ini dibiarkan hidup beberapa waktu agar ia memakan barang-barang yang suci. Tujuannya tidak lain agar tubuhnya kembali bersih dengan sendirinya tanpa bantuan sesuatu (seperti mencucinya hingga bersih).

Sementara Syekh Syarqawi dalam Hasyiyah-nya menyebutkan.

? ? ? ? ? ? ? ?

Yang dimaksud dengan “hewan pemakan kotoran” di sini ialah segala hewan yang memakan najis mutlaq (najis apapun itu) seperti tinja.

Uraian ini cukup terang menjelaskan kedudukan ikan pemakan tinja di sebuah empang, sapi yang berkeliaran mencari makan di tempat pembuangan sampah, ayam yang mengais-kais gundukan sampah, atau hewan lain yang memakan barang-barang kotor. Wallahu A’lam. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pondok Pesantren Tegal Fragmen, Bahtsul Masail, Ahlussunnah Pondok Pesantren Tegal